Jangan lupa juga follo ig @Inoz.el kalau ada saran ceita kalian DM dan kalau ceitanya menarik, aku akan masukin dan ig pengirimnya aku tulis di note kayak gini. #seru-seruan. Sekali lagi. Coba deh tolong bantuin kasih saran RAHASIA CINTA SANG MAFIA. jangan di baca semua, deh. langsung aja di bab 45sampai 48. ya ya ya? hehehe
Cukup lama Radhis dan Ester saling menatap. Untuk Radhis semua itu sebatas rasa bersalahnya Karen Ester mengalami celaka karena berniat melindungi istrinya. Akan tetapi, untuk Ester itu adalah sebuah kesempatan dia untuk menikmati "rasa"nya. Rasa kagum dan rasa nyaman yang dipicu perasaan suka dirinya kepada tunangan "perjodohan"nya, Radhis.Vivian yang melihat itu seketika mengerti jika bukan hanya Rachel saingan cintanya untuk mendapatkan Radhis. Tapi juga Ester. "Maaf … apa aku mengganggu kalian?" Tanya Vivian yang merasa Radhis dan Ester saling menatap terlalu lama.Dengan cepat Radhis menarik badannya sedikit lebih jauh lagi dari Ester."Vivian… itu- bagaimana kondisi Rachel?" Ester terlihat sedikit salah tingkah."Kenapa kamu tidak bertanya kepada suaminya? Dia ada di depanmu saat ini." Vivian seolah sengaja menggoda Ester.Dia sangatlah menyadari jika, Ester memiliki perasaan kepada Radhis.Ester, sesama wanita tahu niatan Vivian yang menggoda dirinya. Sebelum semua terlalu
***Keesokan harinya.Hari ini, hari sabtu.kondisi tubuh yang masih sakit membuat Rachel sering terbangun dari tidurnya. Sama seperti saat ini. Matahari baru saja menampakkan wujudnya, waktu di jam dinding ruangan rawatnya masih menunjukkan jam enam kurang sepuluh menit.Rachel terbangun dan melihat sang suami yang tertidur di sampingnya dengan kondisi tidur dan kepala diletakkan di tangannya yang ada di tempat tidur Rachel, badannya membungkuk melingkar seperti seekor udang.Rachel memandangi wajah suaminya yang menghadap ke arahnya.Dia memandangi wajah polos tertidur laki-laki yang sangat disayanginya itu.Dia terkadang merasa bingung, bagaimana mungkin mereka bisa seperti ini? Jika Diingat, Rachel mau, dinikahi oleh Radhis hanya karena perintah dari sang kakek. Tapi dia sama sekali tidak menyangka jika dia akan menjadi jatuh cinta sebegitu dalamnya kepada Radhis.“Radhis, tolong jangan buat aku sedih dan cemburu lagi…” ucap Rachel lirih yang tidak berharap ucapannya akan diden
“Aku harap kamu menyukai makanan itu.” Ucap Vivian.Saat itu tiba juga Nora dan Nanny.Untuk Nanny dia hanya datang dengan membawa bubur untuk Rachel karena dia tahu, untuk orang yang sedang dirawat tidak boleh makan yang aneh-aneh terlebi dahulu. Sedangkan, Nora datang dengan membawa makanan untuk tuannya. dan tentunya itu adalah makanan yang dimasak sendiri olehnya.“Maaf Tuan saya terlambat.” ucap Nora dengan meletakkan makanan di atas meja di depan sofa tempat Radhis duduk.“Iya… tidak masalah.” jawab Radhis.Sekarang giliran Nanny yang berbicara dengan Rachel. “Nona, maaf. Saya baru bisa datang karena, setelah saya mengantar nona kerumah sakit saya harus dimintai keterangan oleh pihak kepolisian.”“Iya, tidak apa-apa. Aku mengerti.” Jawab Rachel.“Kalau begitu saya akan menyuapi nona. Mari nona.”“Biar aku saja.” ucap Radhis yang berdiri.“Jangan! Tidak perlu… Kamu lanjutkan saja dulu makan mu.” jawab Rachel dengan tampak begitu tulus. Karena Rachel tahu, Suaminya sudah menjaga
“Deon. Ayo kita pulang.” Daka mengajak anaknya untuk pulang sebelum semuanya semakin berbahaya.“Kenapa kau—” Sandra yang tidak paham, mencoba untuk memprotes Daka tapi, Daka memotongnya dengan sedikit meremas pergelangan tangannya.“Semuanya. Kami permisi dulu ya.” Ucap Daka."Ayah?" Deon juga merasa jika dirinya tidak ingin pergi dari sana.Akan tetapi, Daka memelototi nya dan kembali mengajak dirinya untuk pergi dari sana.Merasa dirinya tidak bisa untuk tetap berada di sana, Deon berpamitan kepada Rachel."Rachel, Aku pulang dulu. Jika Kamu butuh sesuatu, Kamu hubungi saja aku."Rachel yang tidak ingin semakin lama, menjawab pernyataan Deon dengan apa yang ingin didengar oleh nya."Iya. Terimakasih." Jawab Rachel dengan senyum yang tampak dipaksakan.Kini Deon beserta keluarganya pergi dari sana. Mereka meninggalkan Rachel bersama dengan orang-orang itu. Di Ruang rawat Rachel saat ini ada Nanny dan Nora. Ada juga Vivian dan Ester. Selain itu ada juga yang baru datang tadi saat ke
Di Luar rumah sakit, saat ini Radhis sedang sendirian. Dia tiba-tiba pergi ke sebuah minimarket untuk membeli sebungkus rokok. Itu dia lakukan karena saat ini pikirannya berkecamuk tentang apa yang sudah terjadi kepada istrinya.Dia mengingat apa yang sudah disampaikan oleh Ed kepada dirinya.Itu tentang tali pengikat besi yang menunjukkan jika ada yang memang sudah sengaja memotongnya.Pikirannya benar-benar tidak stabil kala itu. Bahkan saat di kasir minimarket dia juga tampak seperti sedang melamun. Kasir minimarket itu sampai harus beberapa kali memanggilnya."Tuan!" Panggilan dari kasir minimarket untuk yang kesekian kalinya."Oh iya, maaf." Ucap Radhis dengan mengulurkan uang yang ada di tangannya.Setelah itu pikirannya masih kembali melayang saat dia berbalik untuk keluar dari minimarket itu. Sampai-sampai dia tidak menyadari jika dibelakangnya ada seorang laki-laki dengan setelan jas yang sepertinya cukup mahal."Hey! Apa-apaan ini?" Tanya sang lelaki saat Radhis tanpa seng
"Tuan Muda tenang saja, karena saya sudah berusaha untuk mencari ditempat lain, dan akhirnya kami menemukan beberapa bukti dari video rekaman taxi yang terparkir tidak jauh dari lokasi yang menunjukkan ada orang orang luar yang sepertinya menyamar menjadi pekerja pada saat kejadian. Saya dan team, dapat menyimpulkan seperti itu karena, saat saya mencoba untuk menunjukkan kepada para pekerja lain, mereka berkata jika tidak mengenal orang yang ada di video itu. Untuk saat ini saya sudah mengerahkan orang-orang terbaik yang saya punya untuk mendapatkan orang itu.” papar Ed yang menjelaskan."Baik. Terus laporkan informasi yang kalian dapatkan.""Baiklah Tuan. Saya mengerti." Ucap Ed."Dan lagi Tuan Muda." Tambah Ed karena masih ada yang ingin disampaikan kepada Radhis."Ada apa?" Tanya Radhis."Seharusnya di Geneve akan ada pertemuan penting untuk hari ini." Ucap Ed."Apa Tuan Muda bisa menghadirinya?" Tanya Ed kemudian."Batalkan." Jawab Radhis singkat."Tapi Tuan Muda." Ed mencoba untu
"Dia…?" Ucap Radhis.Tapi itu hanya untuk sekilas saja, karena sesaat kemudian Radhis kembali menikmati hisapan demi hisapan rokok di bibirnya.Dia sama sekali tidak memiliki perasaan ingin tahu atau apapun.Sementara itu beberapa waktu berselang, setelah Tania cukup lama berada di ruangan Rachel. Dia bermaksud mengajak Dere untuk pulang.Dere nampak enggan untuk meninggalkan putrinya.Tapi saat dia melihat sekeliling, dimana disana cukup banyak orang, dan bahkan ada juga Nanny, membuat Dere akhirnya mau untuk menuruti kemauan istrinya."Permisi. Saya adalah dokter yang diminta oleh tuan Ed Ackerley untuk memeriksa kondisi nona Rachel." Ucap seorang laki-laki dengan perawakan tinggi putih dan wajah yang tampan.Tania menatap laki-laki itu dengan begitu seksama. Dari rambut sampai ujung kaki."Tenang. Saya adalah dokter terbaik yang sengaja didatangkan dari luar negeri." Ucapnya yang berhenti sejenak."Saya dihubungi kemarin malam dan langsung mengambil penerbangan saat itu juga. Akhir
Di luar kamar rawat inap yang ditempati oleh Rachel. Radhis sedang berbicara sesuatu yang penting kepada dokter tampan tadi. Di antara mereka sama sekali tidak ada inisiatif untuk memperkenalkan dirinya masing-masing.Utamanya Radhis. Dia sama sekali tidak bertanya nama ataupun apapun. Disisi lain sebenarnya sang Dokter ingin memperkenalkan diri nya. Tapi dia mulai berpikir saat dirinya melihat sesekali keseluruhan badan Radhis yang hanya dibalut dengan pakaian biasa.Sepertinya untuk kali ini, Ed Ackerley lebih berhati-hati, dan tidak menjelaskan kepada sang dokter tentang siapa Radhis."Tapi… benarkah laki-laki ini adalah orang penting seperti yang disampaikan oleh tuan Ed?" Ucap sang dokter yang masih belum diketahui namanya itu, dalam hatinya."Ada apa?" Tanya Radhis."Oh tidak Tuan. Tapi…" sang dokter menghentikan ucapannya untuk sejenak melihat Radhis dari atas sampai bawah."Benar anda, tuan Radhis?" Tambah dokter itu bertanya kepada Radhis."Sepertinya Ed tidak berkata selur
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia