“Aku harap kamu menyukai makanan itu.” Ucap Vivian.Saat itu tiba juga Nora dan Nanny.Untuk Nanny dia hanya datang dengan membawa bubur untuk Rachel karena dia tahu, untuk orang yang sedang dirawat tidak boleh makan yang aneh-aneh terlebi dahulu. Sedangkan, Nora datang dengan membawa makanan untuk tuannya. dan tentunya itu adalah makanan yang dimasak sendiri olehnya.“Maaf Tuan saya terlambat.” ucap Nora dengan meletakkan makanan di atas meja di depan sofa tempat Radhis duduk.“Iya… tidak masalah.” jawab Radhis.Sekarang giliran Nanny yang berbicara dengan Rachel. “Nona, maaf. Saya baru bisa datang karena, setelah saya mengantar nona kerumah sakit saya harus dimintai keterangan oleh pihak kepolisian.”“Iya, tidak apa-apa. Aku mengerti.” Jawab Rachel.“Kalau begitu saya akan menyuapi nona. Mari nona.”“Biar aku saja.” ucap Radhis yang berdiri.“Jangan! Tidak perlu… Kamu lanjutkan saja dulu makan mu.” jawab Rachel dengan tampak begitu tulus. Karena Rachel tahu, Suaminya sudah menjaga
“Deon. Ayo kita pulang.” Daka mengajak anaknya untuk pulang sebelum semuanya semakin berbahaya.“Kenapa kau—” Sandra yang tidak paham, mencoba untuk memprotes Daka tapi, Daka memotongnya dengan sedikit meremas pergelangan tangannya.“Semuanya. Kami permisi dulu ya.” Ucap Daka."Ayah?" Deon juga merasa jika dirinya tidak ingin pergi dari sana.Akan tetapi, Daka memelototi nya dan kembali mengajak dirinya untuk pergi dari sana.Merasa dirinya tidak bisa untuk tetap berada di sana, Deon berpamitan kepada Rachel."Rachel, Aku pulang dulu. Jika Kamu butuh sesuatu, Kamu hubungi saja aku."Rachel yang tidak ingin semakin lama, menjawab pernyataan Deon dengan apa yang ingin didengar oleh nya."Iya. Terimakasih." Jawab Rachel dengan senyum yang tampak dipaksakan.Kini Deon beserta keluarganya pergi dari sana. Mereka meninggalkan Rachel bersama dengan orang-orang itu. Di Ruang rawat Rachel saat ini ada Nanny dan Nora. Ada juga Vivian dan Ester. Selain itu ada juga yang baru datang tadi saat ke
Di Luar rumah sakit, saat ini Radhis sedang sendirian. Dia tiba-tiba pergi ke sebuah minimarket untuk membeli sebungkus rokok. Itu dia lakukan karena saat ini pikirannya berkecamuk tentang apa yang sudah terjadi kepada istrinya.Dia mengingat apa yang sudah disampaikan oleh Ed kepada dirinya.Itu tentang tali pengikat besi yang menunjukkan jika ada yang memang sudah sengaja memotongnya.Pikirannya benar-benar tidak stabil kala itu. Bahkan saat di kasir minimarket dia juga tampak seperti sedang melamun. Kasir minimarket itu sampai harus beberapa kali memanggilnya."Tuan!" Panggilan dari kasir minimarket untuk yang kesekian kalinya."Oh iya, maaf." Ucap Radhis dengan mengulurkan uang yang ada di tangannya.Setelah itu pikirannya masih kembali melayang saat dia berbalik untuk keluar dari minimarket itu. Sampai-sampai dia tidak menyadari jika dibelakangnya ada seorang laki-laki dengan setelan jas yang sepertinya cukup mahal."Hey! Apa-apaan ini?" Tanya sang lelaki saat Radhis tanpa seng
"Tuan Muda tenang saja, karena saya sudah berusaha untuk mencari ditempat lain, dan akhirnya kami menemukan beberapa bukti dari video rekaman taxi yang terparkir tidak jauh dari lokasi yang menunjukkan ada orang orang luar yang sepertinya menyamar menjadi pekerja pada saat kejadian. Saya dan team, dapat menyimpulkan seperti itu karena, saat saya mencoba untuk menunjukkan kepada para pekerja lain, mereka berkata jika tidak mengenal orang yang ada di video itu. Untuk saat ini saya sudah mengerahkan orang-orang terbaik yang saya punya untuk mendapatkan orang itu.” papar Ed yang menjelaskan."Baik. Terus laporkan informasi yang kalian dapatkan.""Baiklah Tuan. Saya mengerti." Ucap Ed."Dan lagi Tuan Muda." Tambah Ed karena masih ada yang ingin disampaikan kepada Radhis."Ada apa?" Tanya Radhis."Seharusnya di Geneve akan ada pertemuan penting untuk hari ini." Ucap Ed."Apa Tuan Muda bisa menghadirinya?" Tanya Ed kemudian."Batalkan." Jawab Radhis singkat."Tapi Tuan Muda." Ed mencoba untu
"Dia…?" Ucap Radhis.Tapi itu hanya untuk sekilas saja, karena sesaat kemudian Radhis kembali menikmati hisapan demi hisapan rokok di bibirnya.Dia sama sekali tidak memiliki perasaan ingin tahu atau apapun.Sementara itu beberapa waktu berselang, setelah Tania cukup lama berada di ruangan Rachel. Dia bermaksud mengajak Dere untuk pulang.Dere nampak enggan untuk meninggalkan putrinya.Tapi saat dia melihat sekeliling, dimana disana cukup banyak orang, dan bahkan ada juga Nanny, membuat Dere akhirnya mau untuk menuruti kemauan istrinya."Permisi. Saya adalah dokter yang diminta oleh tuan Ed Ackerley untuk memeriksa kondisi nona Rachel." Ucap seorang laki-laki dengan perawakan tinggi putih dan wajah yang tampan.Tania menatap laki-laki itu dengan begitu seksama. Dari rambut sampai ujung kaki."Tenang. Saya adalah dokter terbaik yang sengaja didatangkan dari luar negeri." Ucapnya yang berhenti sejenak."Saya dihubungi kemarin malam dan langsung mengambil penerbangan saat itu juga. Akhir
Di luar kamar rawat inap yang ditempati oleh Rachel. Radhis sedang berbicara sesuatu yang penting kepada dokter tampan tadi. Di antara mereka sama sekali tidak ada inisiatif untuk memperkenalkan dirinya masing-masing.Utamanya Radhis. Dia sama sekali tidak bertanya nama ataupun apapun. Disisi lain sebenarnya sang Dokter ingin memperkenalkan diri nya. Tapi dia mulai berpikir saat dirinya melihat sesekali keseluruhan badan Radhis yang hanya dibalut dengan pakaian biasa.Sepertinya untuk kali ini, Ed Ackerley lebih berhati-hati, dan tidak menjelaskan kepada sang dokter tentang siapa Radhis."Tapi… benarkah laki-laki ini adalah orang penting seperti yang disampaikan oleh tuan Ed?" Ucap sang dokter yang masih belum diketahui namanya itu, dalam hatinya."Ada apa?" Tanya Radhis."Oh tidak Tuan. Tapi…" sang dokter menghentikan ucapannya untuk sejenak melihat Radhis dari atas sampai bawah."Benar anda, tuan Radhis?" Tambah dokter itu bertanya kepada Radhis."Sepertinya Ed tidak berkata selur
"Bangs*t!"Nenek Xion berteriak sekencang kencangnya dia merasa kesal dengan ulah orang yang dia sewa untuk mencelakakan Rachel.“Kenapa Bu?” Marot yang ada di sisi nenek Xion menanyakan apa yang terjadi. kenapa nenek Xion terlihat begitu marah.Nenek Xion tidak menjawab pertanyaan putra kesayangannya, saat ini dia justru memerintahkan sesuatu kepada Marot.“Tapi Bu?” Marot merasa ragu dengan apa yang diperintahkan oleh nenek Xion.“Sudah. Lakukan!” ucap nenek Xion yang membuat Marot mau tidak mau harus melakukan perintahnya.Disaat yang sama di tempat yang jauh. Kally, istri Goma Esfor sedang duduk santai di rumahnya. Sedangkan sang suami, Goma seperti biasa harus bekerja di kantornya. Salah satu perusahaan milik keluarga Esfor.Saat itu, Kally baru saja meletakkan ponselnya di meja. Namun, sesaat kemudian mengambilnya kembali.Setelah sesaat menatap layar ponsel dan jempol tangannya yang mengusap layar itu dari bawah ke atas. Dengan sekali mengetuk, Kally menghubungi suaminya.Cuku
Suara knalpot mobil menandakan jika Sea sudah meninggalkan kawasan rumah dengan diantarkan supir mereka.“Huang… Aku ibu mertuamu.” Ucap Nori saat Huang duduk di sampingnya dan tangannya mulai meraba pahanya yang masih tertutup rok sebatas lutut yang dia pakai.Sedari awal Huang memanglah seorang laki-laki yang brengsek.Jelas dia tidak akan puas hanya dengan satu wanita. Apalagi Sea baru saja melahirkan, sepertinya Huang harus menahan hasratnya untuk sementara waktu kepada Istrinya.“Aku tau kamu adalah ibu mertuaku, tapi untuk saat ini kita hanya berdua.”Huang berbicara dengan membenamkan wajahnya di samping kepala Nori, tepat di depan telinga.“Biarkan aku memanggilmu Nori, untuk saat ini. Dan akan aku buat kamu menikmati apa yang dirasakan oleh Sea.”Kalimat itu terucap saat Huang mulai menarik tangan Nori untuk mengarah ke pangkal pahanya, dan setelah itu dengan refleks, mata Nori terbelalak dan menatap kemana arah tangannya berada. Dia seolah begitu tercengang setelah dia mera