Nenek Xion tidak mengenal Vivian, dia dengan cepat memperkenalkan dirinya dengan tujuan dia ingin tahu siapa Vivian dan untuk apa dia berada disana.“Saya adalah Xion Wish.”“Gadis muda, siapa namamu?” tanya nenek Xion seolah menganggap Vivian adalah gadis muda biasa.“Gadis muda?” Vivian bertanya dengan tawanya yang renyah.“Perkenalkan, saya adalah Vivian Smith.”“Smith?” nenek Xion bertanya.Marot memang bodoh tapi bagaimanapun juga dia cukup mengerti dunia bisnis karena dulunya sering ikut kemanapun nenek Xion pergi. “Sepertinya aku pernah mendengar nama Smith.”“Bukankah itu adalah keluarga pemilik Mighty Mall?” nenek Xion berceletuk.“Benar, dan saya ada di Auckland saat ini untuk mebangun Mighty Mall.” Jelas Vivian.Ed membiarkan Vivian dan nenek Xion berbincang terlebih dahulu. Saat ini Ed hanya menatap ke arah Rachel yang sedari tadi tertunduk karena dia merasa sedih jika harus jauh dari suaminya untuk waktu yang lama. Pertengkaran di antara mereka bahkan belum benar-benar
“Nyonya Wish! Oh maaf– Nyonya Xion.” panggil Ed dengan sengaja memprovokasi.“Apa maksud anda?” Bentak nenek Xion kepada Ed.Untuk sejenak, Ed hanya diam.Setelah itu, Ed kembali berbicara dengan mata yang menatap tajam ke arah nenek Xion.“Jika keluarga Wish memiliki bisnis utama yaitu perusahaan Wish Corp. Lantas apa masih bisa anda disebut kepala keluarga Wish jika Wish Corp Sudah tidak lagi menjadi milik anda?”Ucapan Ed itu seolah membuat nenek Xion tersambar listrik tegangan tinggi.bagaimana mungkin dia lupa menyadari hal itu.Bisa dibilang identitas keluarga Wish Adalah Wish Corp dan rumah utama.Tapi untuk saat ini nenek Xion bahkan sudah tidak lagi menempati keduanya. Bahkan dengan bodohnya, saat itu dengan berpikir akan untung besar jika menjadi keluarga Adney. Nenek Xion menarik sisa saham yang dia punya di Wish Corp untuk membuat pesta pernikahan yang megah, hal itu tentu saja semakin membuat dirinya tidak punya pengaruh apa-apa lagi di Wish Corp.Selain tidak punya apa-
“Nanny adalah orang yang saya pilih untuk menjadi Maid pribadi Nona Rachel.”Ed berhenti sejenak.“Iya tuan Ed, Nanny juga sudah menjelaskan perihal itu.” Jawab Rachel.“Selain itu. Sebenarnya, saya berharap agar Nona bisa menjadikan Nanny sebagai asisten pribadi Nona. Tidak hanya di di rumah, tapi juga di kantor.”Rachel kembali melihat ke arah Nanny.Dia berpikir kenapa Ed ingin menjadikan Nanny sebagai asisten pribadinya?“Apakah Nanny mempunyai kualifikasi itu?” pikir Rachel dalam hatinya.Ed mengerti apa yang sudah dipikirkan oleh Rachel, namun Ed tidak mau terlalu menjelaskan semuanya kepada Rachel.Ed menyembunyikan semuanya dari Ed tentang latar pendidikan dan juga kemampuan beladiri milik Nanny.Latar belakang Nanny sebelumnya adalah hampir sama dengan Hall atau Halligan. Orang yang pernah melatih Radhis saat kecil. Bedanya Nanny dengan Hall adalah, Hall termasuk seorang veteran perang, dan Nanny hanyalah sebatas seorang agen wanita yang memiliki teknik beladiri yang baik.Se
Deon tiba-tiba saja ikut berbicara saat Rachel dan Nanny masih membicarakan bagaimana besok mereka akan pergi, “Rachel. Apa kau yakin jika Wanita ini akan bisa mengikuti ritme kerjamu?” Rachel segera menoleh ke arah Deon yang barusan berceletuk.Rachel merasa jika ucapan Deon seolah merendahkan Nanny secara langsung.Tidak dipungkiri, ada keraguan di hati Rachel tentang Nanny. tapi jika mendengar apa yang dibicarakan oleh Ed, Rachel seolah ingin mempercayai Nanny.“Aku yakin ini adalah rencana dari suamimu yang tidak berguna itu.”Deon seolah ingin mencari perkara dengan Rachel disana.Tidak ada niatan dari Deon untuk seperti itu, tapi tanpa dia sadari ucapannya sangat menyinggung perasaan Rachel.Deon masih berpikir jika Rachel belum kembali rukun dengan suaminya, karena itulah Deon mencoba untuk semakin menghasut Rachel agar perasaannya semakin jauh dari Radhis.“Kenapa kau berkata seperti itu?” Tanya Rachel pelan namun ada sedikit penekanan.“Apa kamu lupa? Siapa kamu dan siapa d
“Ibu! Sepertinya aku harus pulang sekarang.”Saat itu, Dere seolah ingin kabur dari sana sebelum ibunya meminta hal yang aneh-aneh kepadanya.Dere sudah merasa tidak enak. Itu karena saat itu tatapan nenek XIon menunjukan tatapan rakus yang selama ini sudah dipahami oleh Dere sebagai anaknya.Sebenarnya, saat ini nenek Xion masih cukup merasa marah dengan apa yang sudah disampaikan oleh Rachel; Saat Rachel berkata jika pemilik Villa besar itu adalah Radhis dan itu membuat nenek Xion tidak bisa menghasutnya agar memberikan izin kepadanya untuk tinggal disana dan merasakan kemewahan yang ada. Dere sudah merasakan semua nya, tidak ada lagi kenyamanan dirinya di sana, itulah kenapa sebenarnya Dere sata ii ingin segera pergi dari sana. Tapi semua itu perrcuma, karena anenek Xion menanhannya dengan sebuah tatapan dimana Dere seolah terintimidasi.“Kenapa kau ingin segera pergi dari sini? tidakkah kau merasa rindu dengan ibu dan marot?” Dere menunduk untuk sejenak merenungi persetujuannya
“Radhis...Sepertinya kamu lelah. Istirahatlah, aku akan menyiapkan makanan.” Sebuah suara yang begitu lembut ikut terdengar dari panggilan Radhis.Dere sedikit syok dan tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Tidak ada maksud untuk menaruh curiga kepada menantunya, karena Dere tahu jika Radhis sangat menyayangi Rachel.Tapi setelah apa yang dia dengarkan Dere tidak bisa serta merta menyimpulkan hal baik ataupun hal buruknya. Dere lebih memilih untuk bertanya langsung kepadanya.“Radhis–”“Oh iya ayah tapi uang yang aku kirim tidak banyak hanya Seratus ribu Dolar. Akan tetapi aku yakin itu lebih dari cukup sebagai ungkapan beramah-tamah dalam rangka menyambut kepulangan mereka.”“Seratus ribu Dolar?” Cetus nenek Xion dan marot secara bersamaan.Tidak kalah kaget dengan ibu dan kakak pertamanya, Dere tanpa terkontrol bertanya kepada Radhis. “Seratus ribu Dolar?!” “Aku berharap itu cukup, dan aku masih banyak pekerjaan. Aku akan menutup teleponnya terlebih dahulu.” Ucap Radhis yang
***“Vivian baru saja dari dapur, dengan hanya mengenakan piyama sutra tipis.”Saat ini sebuah jam berbalut emas yang menempel di dinding ruang tamu Villa A1 sudah menunjukkan pukul 22:45.Waktu istirahat bagi keluarga Dere.Saat Dere turun dari lantai tiga, menuju ke lantai Dua. Lebih tepatnya menuju ke kamar anaknya, Dere masih sempat berpapasan dengan Vivian yang sepertinya baru saja mengambil minum. Dengan berpakaian piyama warna mewah sedikit tipis menerawang. Tak ayal itu menyebabkan dalamannya yang juga sewarna dengan piyama sutranya terlihat, menggoda.“Paman?” Sapa Vivian dengan mata sayunya yang seakan menggoda Dere.Bentuk kecantikan –nakal– semua ada pada diri Vivian.“Vivian? Kamu belum tidur?” Tanya Dere.Saat itu, dengan menelan ludah, hasrat Dere sebagai laki-laki benar-benar digoda oleh pemandangan yang ada di depan matanya.“Aku baru saja ambil minum paman, haus.” Jawabnya dengan senyum menggoda dan mata menggoda.Tidak ada niatan bagi Vivian untuk menggoda Dere. Aka
***Sudah empat hari semenjak Rachel mendapatkan informasi dari ayahnya terkait apa yang dia dengar saat menelpon Radhis. Empat hari itu juga waktu nenek Xion menahan untuk merebut uang yang sudah diberikan oleh Radhis Dere untuk menjamu dirinya. Jamuan itu tidaklah penting, yang terpenting bagi nenek Xion adalah dia harus bisa mendapatkan uang yang dikirim Radhis itu agar bisa menggunakan sepuasnya. Mengesampingkan hal itu saat ini Rachel sedang berada di kantornya saat tiba-tiba nenek XIon datang menghampiri dirinya. “Nenek? ada apa nenek datang kesini?” “Apa itu cara berbicara dengan nenekmu?” ketus nenek Xion bertanya saat dirinya kini duduk di sofa yang ada di ruangan direktur Wish Corp atau, lebih tepatnya, ruangan milik Rachel saat ini. “Bukan begitu Nek…” “Alah! Sudah tidak perlu pura-pura. Aku tahu, Kamu memang tidak suka aku ada disini bukan?” Nenek Xion mencoba untuk memancing pembicaraan ke arah yang dia inginkan. Rachel menarik nafas dalam-dalam. Belum selesai ma