Deon tiba-tiba saja ikut berbicara saat Rachel dan Nanny masih membicarakan bagaimana besok mereka akan pergi, “Rachel. Apa kau yakin jika Wanita ini akan bisa mengikuti ritme kerjamu?” Rachel segera menoleh ke arah Deon yang barusan berceletuk.Rachel merasa jika ucapan Deon seolah merendahkan Nanny secara langsung.Tidak dipungkiri, ada keraguan di hati Rachel tentang Nanny. tapi jika mendengar apa yang dibicarakan oleh Ed, Rachel seolah ingin mempercayai Nanny.“Aku yakin ini adalah rencana dari suamimu yang tidak berguna itu.”Deon seolah ingin mencari perkara dengan Rachel disana.Tidak ada niatan dari Deon untuk seperti itu, tapi tanpa dia sadari ucapannya sangat menyinggung perasaan Rachel.Deon masih berpikir jika Rachel belum kembali rukun dengan suaminya, karena itulah Deon mencoba untuk semakin menghasut Rachel agar perasaannya semakin jauh dari Radhis.“Kenapa kau berkata seperti itu?” Tanya Rachel pelan namun ada sedikit penekanan.“Apa kamu lupa? Siapa kamu dan siapa d
“Ibu! Sepertinya aku harus pulang sekarang.”Saat itu, Dere seolah ingin kabur dari sana sebelum ibunya meminta hal yang aneh-aneh kepadanya.Dere sudah merasa tidak enak. Itu karena saat itu tatapan nenek XIon menunjukan tatapan rakus yang selama ini sudah dipahami oleh Dere sebagai anaknya.Sebenarnya, saat ini nenek Xion masih cukup merasa marah dengan apa yang sudah disampaikan oleh Rachel; Saat Rachel berkata jika pemilik Villa besar itu adalah Radhis dan itu membuat nenek Xion tidak bisa menghasutnya agar memberikan izin kepadanya untuk tinggal disana dan merasakan kemewahan yang ada. Dere sudah merasakan semua nya, tidak ada lagi kenyamanan dirinya di sana, itulah kenapa sebenarnya Dere sata ii ingin segera pergi dari sana. Tapi semua itu perrcuma, karena anenek Xion menanhannya dengan sebuah tatapan dimana Dere seolah terintimidasi.“Kenapa kau ingin segera pergi dari sini? tidakkah kau merasa rindu dengan ibu dan marot?” Dere menunduk untuk sejenak merenungi persetujuannya
“Radhis...Sepertinya kamu lelah. Istirahatlah, aku akan menyiapkan makanan.” Sebuah suara yang begitu lembut ikut terdengar dari panggilan Radhis.Dere sedikit syok dan tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Tidak ada maksud untuk menaruh curiga kepada menantunya, karena Dere tahu jika Radhis sangat menyayangi Rachel.Tapi setelah apa yang dia dengarkan Dere tidak bisa serta merta menyimpulkan hal baik ataupun hal buruknya. Dere lebih memilih untuk bertanya langsung kepadanya.“Radhis–”“Oh iya ayah tapi uang yang aku kirim tidak banyak hanya Seratus ribu Dolar. Akan tetapi aku yakin itu lebih dari cukup sebagai ungkapan beramah-tamah dalam rangka menyambut kepulangan mereka.”“Seratus ribu Dolar?” Cetus nenek Xion dan marot secara bersamaan.Tidak kalah kaget dengan ibu dan kakak pertamanya, Dere tanpa terkontrol bertanya kepada Radhis. “Seratus ribu Dolar?!” “Aku berharap itu cukup, dan aku masih banyak pekerjaan. Aku akan menutup teleponnya terlebih dahulu.” Ucap Radhis yang
***“Vivian baru saja dari dapur, dengan hanya mengenakan piyama sutra tipis.”Saat ini sebuah jam berbalut emas yang menempel di dinding ruang tamu Villa A1 sudah menunjukkan pukul 22:45.Waktu istirahat bagi keluarga Dere.Saat Dere turun dari lantai tiga, menuju ke lantai Dua. Lebih tepatnya menuju ke kamar anaknya, Dere masih sempat berpapasan dengan Vivian yang sepertinya baru saja mengambil minum. Dengan berpakaian piyama warna mewah sedikit tipis menerawang. Tak ayal itu menyebabkan dalamannya yang juga sewarna dengan piyama sutranya terlihat, menggoda.“Paman?” Sapa Vivian dengan mata sayunya yang seakan menggoda Dere.Bentuk kecantikan –nakal– semua ada pada diri Vivian.“Vivian? Kamu belum tidur?” Tanya Dere.Saat itu, dengan menelan ludah, hasrat Dere sebagai laki-laki benar-benar digoda oleh pemandangan yang ada di depan matanya.“Aku baru saja ambil minum paman, haus.” Jawabnya dengan senyum menggoda dan mata menggoda.Tidak ada niatan bagi Vivian untuk menggoda Dere. Aka
***Sudah empat hari semenjak Rachel mendapatkan informasi dari ayahnya terkait apa yang dia dengar saat menelpon Radhis. Empat hari itu juga waktu nenek Xion menahan untuk merebut uang yang sudah diberikan oleh Radhis Dere untuk menjamu dirinya. Jamuan itu tidaklah penting, yang terpenting bagi nenek Xion adalah dia harus bisa mendapatkan uang yang dikirim Radhis itu agar bisa menggunakan sepuasnya. Mengesampingkan hal itu saat ini Rachel sedang berada di kantornya saat tiba-tiba nenek XIon datang menghampiri dirinya. “Nenek? ada apa nenek datang kesini?” “Apa itu cara berbicara dengan nenekmu?” ketus nenek Xion bertanya saat dirinya kini duduk di sofa yang ada di ruangan direktur Wish Corp atau, lebih tepatnya, ruangan milik Rachel saat ini. “Bukan begitu Nek…” “Alah! Sudah tidak perlu pura-pura. Aku tahu, Kamu memang tidak suka aku ada disini bukan?” Nenek Xion mencoba untuk memancing pembicaraan ke arah yang dia inginkan. Rachel menarik nafas dalam-dalam. Belum selesai ma
***Mobil yang dinaiki oleh Rachel sudah sampai di proyek Mighty Mall. Tempat yang dulunya adalah Austreet Market.Puing-puing sisa pasar Austreet Market masih sedikit berserakan dimana-mana.Rachel harus melangkah hati-hati karena dia mengenakan high heels.“Rachel!” Panggil Vivian yang melihat kedatangan nya bersama dengan Nanny.Rachel menghampiri Vivian dengan seorang wanita yang ternyata itu adalah Ester.“Hai… Nona Rachel. Lama tidak bertemu?” sapa Ester.Sebenarnya alasan mereka jarang bertemu saat ini adalah karena Rachel yang seperti sedang menjaga jarak dari dirinya.Itu karena perasan curiga Rachel kepada Ester yang waktu suaminya di usir sementara oleh Tania, Rachel sempat mendengar Ester pagi-pagi buta bersama dengan suaminya. Itu menyebabkan prasangka di pikirannya.“Iya… Cukup lama.” Jawab Rachel yang tersenyum kepada Ester.“Bagaimana kabar suamimu? Sudahkan di memberikan kabar kepadamu? Karena aku mendengar tuan Ed memberikan tugas kepada nya untuk pergi mengurus sesu
Ester menarik dan memeluk Rachel. Akan tetapi masih ada satu buah besi yang mengarah ke mereka dan mengenai mereka berdua. Itu membuat mereka berdua sama-sama pingsan karena tertimpa besi yang lepas dari ikatannya. Suasana menjadi heboh.Pekerja berusaha membantu Rachel dan Ester. Nanny dan Vivian segera sama-sama menghubungi ambulan saat mereka mengetahui Rachel dan Ester mengalami kecelakaan. Dalam perjalanan menuju ke rumah sakit, Vivian menghubungi Ed, guna memberitahukan tentang apa yang sudah terjadi. Vivian juga mengikuti mobil ambulance di belakangnya dengan menggunakan mobilnya. Radhis yang sedang berada di luar negeri mendapatkan telepon dari Ed. “Apa?!” teriak Radhis. “Aku akan kembali sekarang! Hubungi orang untuk membantuku mengurus keperluan di bandara sekarang juga!”Titahnya kepad Ed. “Rachel… Tunggu aku.” Gumam Radhis yang lantas berdiri dan segera bersiap untuk kembali ke Auckland. ***Sekitar Empat jam berselang. Rachel dan Ester sudah lepas dari kondisi kr
Vivian masuk kedalam ruangan rawat Rachel. dengan mata yang masih saja menatap penuh arti kepada Radhis.“Tuan Radhis—”“Tolong Radhis saja. Ini bukan jam kerja, kurang nyaman bagi saya dipanggil tuan oleh orang yang seumuran.” Potong Radhis atas sapaan Vivian kepadanya.“Iya, Radhis.” Jawab Vivian.“Kamu sudah kembali?” tambah Vivian bertanya kepada Radhis.“Iya.” Jawab Radhis singkat.“Kalau begitu aku akan pulang dulu. Ini hampir malam, aku juga belum bilang kepada om dan tante. Aku sengaja karena aku takut akan membuat mereka khawatir. Jadi aku akan bilang secara langsung kepada mereka setelah ini.” jelas Vivian lagi.“Iya. Tolong, dan maaf sudah merepotkan.” ucap Radhis dengan tatapannya masih mengarah ke Rachel yang masih belum juga siuman.Setelah itu, Vivian benar-benar pergi dari rumah sakit untuk kembali ke Villa A1 untuk sekedar beristirahat dan memberitahukan kepada Dere dan Tania atas apa yang dialami oleh Rachel.Ditempat lain, diwaktu yang sama. Marot baru saja selesai