“Radhis...Sepertinya kamu lelah. Istirahatlah, aku akan menyiapkan makanan.” Sebuah suara yang begitu lembut ikut terdengar dari panggilan Radhis.Dere sedikit syok dan tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Tidak ada maksud untuk menaruh curiga kepada menantunya, karena Dere tahu jika Radhis sangat menyayangi Rachel.Tapi setelah apa yang dia dengarkan Dere tidak bisa serta merta menyimpulkan hal baik ataupun hal buruknya. Dere lebih memilih untuk bertanya langsung kepadanya.“Radhis–”“Oh iya ayah tapi uang yang aku kirim tidak banyak hanya Seratus ribu Dolar. Akan tetapi aku yakin itu lebih dari cukup sebagai ungkapan beramah-tamah dalam rangka menyambut kepulangan mereka.”“Seratus ribu Dolar?” Cetus nenek Xion dan marot secara bersamaan.Tidak kalah kaget dengan ibu dan kakak pertamanya, Dere tanpa terkontrol bertanya kepada Radhis. “Seratus ribu Dolar?!” “Aku berharap itu cukup, dan aku masih banyak pekerjaan. Aku akan menutup teleponnya terlebih dahulu.” Ucap Radhis yang
***“Vivian baru saja dari dapur, dengan hanya mengenakan piyama sutra tipis.”Saat ini sebuah jam berbalut emas yang menempel di dinding ruang tamu Villa A1 sudah menunjukkan pukul 22:45.Waktu istirahat bagi keluarga Dere.Saat Dere turun dari lantai tiga, menuju ke lantai Dua. Lebih tepatnya menuju ke kamar anaknya, Dere masih sempat berpapasan dengan Vivian yang sepertinya baru saja mengambil minum. Dengan berpakaian piyama warna mewah sedikit tipis menerawang. Tak ayal itu menyebabkan dalamannya yang juga sewarna dengan piyama sutranya terlihat, menggoda.“Paman?” Sapa Vivian dengan mata sayunya yang seakan menggoda Dere.Bentuk kecantikan –nakal– semua ada pada diri Vivian.“Vivian? Kamu belum tidur?” Tanya Dere.Saat itu, dengan menelan ludah, hasrat Dere sebagai laki-laki benar-benar digoda oleh pemandangan yang ada di depan matanya.“Aku baru saja ambil minum paman, haus.” Jawabnya dengan senyum menggoda dan mata menggoda.Tidak ada niatan bagi Vivian untuk menggoda Dere. Aka
***Sudah empat hari semenjak Rachel mendapatkan informasi dari ayahnya terkait apa yang dia dengar saat menelpon Radhis. Empat hari itu juga waktu nenek Xion menahan untuk merebut uang yang sudah diberikan oleh Radhis Dere untuk menjamu dirinya. Jamuan itu tidaklah penting, yang terpenting bagi nenek Xion adalah dia harus bisa mendapatkan uang yang dikirim Radhis itu agar bisa menggunakan sepuasnya. Mengesampingkan hal itu saat ini Rachel sedang berada di kantornya saat tiba-tiba nenek XIon datang menghampiri dirinya. “Nenek? ada apa nenek datang kesini?” “Apa itu cara berbicara dengan nenekmu?” ketus nenek Xion bertanya saat dirinya kini duduk di sofa yang ada di ruangan direktur Wish Corp atau, lebih tepatnya, ruangan milik Rachel saat ini. “Bukan begitu Nek…” “Alah! Sudah tidak perlu pura-pura. Aku tahu, Kamu memang tidak suka aku ada disini bukan?” Nenek Xion mencoba untuk memancing pembicaraan ke arah yang dia inginkan. Rachel menarik nafas dalam-dalam. Belum selesai ma
***Mobil yang dinaiki oleh Rachel sudah sampai di proyek Mighty Mall. Tempat yang dulunya adalah Austreet Market.Puing-puing sisa pasar Austreet Market masih sedikit berserakan dimana-mana.Rachel harus melangkah hati-hati karena dia mengenakan high heels.“Rachel!” Panggil Vivian yang melihat kedatangan nya bersama dengan Nanny.Rachel menghampiri Vivian dengan seorang wanita yang ternyata itu adalah Ester.“Hai… Nona Rachel. Lama tidak bertemu?” sapa Ester.Sebenarnya alasan mereka jarang bertemu saat ini adalah karena Rachel yang seperti sedang menjaga jarak dari dirinya.Itu karena perasan curiga Rachel kepada Ester yang waktu suaminya di usir sementara oleh Tania, Rachel sempat mendengar Ester pagi-pagi buta bersama dengan suaminya. Itu menyebabkan prasangka di pikirannya.“Iya… Cukup lama.” Jawab Rachel yang tersenyum kepada Ester.“Bagaimana kabar suamimu? Sudahkan di memberikan kabar kepadamu? Karena aku mendengar tuan Ed memberikan tugas kepada nya untuk pergi mengurus sesu
Ester menarik dan memeluk Rachel. Akan tetapi masih ada satu buah besi yang mengarah ke mereka dan mengenai mereka berdua. Itu membuat mereka berdua sama-sama pingsan karena tertimpa besi yang lepas dari ikatannya. Suasana menjadi heboh.Pekerja berusaha membantu Rachel dan Ester. Nanny dan Vivian segera sama-sama menghubungi ambulan saat mereka mengetahui Rachel dan Ester mengalami kecelakaan. Dalam perjalanan menuju ke rumah sakit, Vivian menghubungi Ed, guna memberitahukan tentang apa yang sudah terjadi. Vivian juga mengikuti mobil ambulance di belakangnya dengan menggunakan mobilnya. Radhis yang sedang berada di luar negeri mendapatkan telepon dari Ed. “Apa?!” teriak Radhis. “Aku akan kembali sekarang! Hubungi orang untuk membantuku mengurus keperluan di bandara sekarang juga!”Titahnya kepad Ed. “Rachel… Tunggu aku.” Gumam Radhis yang lantas berdiri dan segera bersiap untuk kembali ke Auckland. ***Sekitar Empat jam berselang. Rachel dan Ester sudah lepas dari kondisi kr
Vivian masuk kedalam ruangan rawat Rachel. dengan mata yang masih saja menatap penuh arti kepada Radhis.“Tuan Radhis—”“Tolong Radhis saja. Ini bukan jam kerja, kurang nyaman bagi saya dipanggil tuan oleh orang yang seumuran.” Potong Radhis atas sapaan Vivian kepadanya.“Iya, Radhis.” Jawab Vivian.“Kamu sudah kembali?” tambah Vivian bertanya kepada Radhis.“Iya.” Jawab Radhis singkat.“Kalau begitu aku akan pulang dulu. Ini hampir malam, aku juga belum bilang kepada om dan tante. Aku sengaja karena aku takut akan membuat mereka khawatir. Jadi aku akan bilang secara langsung kepada mereka setelah ini.” jelas Vivian lagi.“Iya. Tolong, dan maaf sudah merepotkan.” ucap Radhis dengan tatapannya masih mengarah ke Rachel yang masih belum juga siuman.Setelah itu, Vivian benar-benar pergi dari rumah sakit untuk kembali ke Villa A1 untuk sekedar beristirahat dan memberitahukan kepada Dere dan Tania atas apa yang dialami oleh Rachel.Ditempat lain, diwaktu yang sama. Marot baru saja selesai
Di rumah sakit.Radhis masih dengan penuh perasaan sayang, saat ini menggenggam tangan istrinya, yang sedang terbaring tidak sadarkan diri. Sesekali Radhis mengelus kepala Rachel.Dia berharap jika Rachel bisa segera sadar. ~suara ponsel berbunyi~Itu adalah ponsel Radhis yang menerima panggilan dari Ed. Radhis mengangkat panggilan telepon dari Ed dengan satu tangannya, dimana tangan yang lain masih dengan erat menggenggam tangan Rachel. “Ada apa?!” Tanya Radhis. “Saya mau melapor, Tuan Muda.” ucap Ed yang kemudian berhenti sejenak, sebelum dia lanjut berbicara. “Pihak olah TKP menemukan jika tali tambang yang dipakai untuk mengikat besi itu menunjukkan jejak jika sengaja dipotong menggunakan benda tajam.” Tutur Ed. “Suda aku duga.” ucap Radhis. “Lantas apa yang harus kita lakukan Tuan?” Tanya Ed lagi. Radhis memberikan beberapa instruksi kepada Ed. Yang pertama biarkan pihak kepolisian melakukan tugasnya. Tapi, selama pelaku belum tertangkap Radhis meminta kepada Ed agar su
Cukup lama Radhis dan Ester saling menatap. Untuk Radhis semua itu sebatas rasa bersalahnya Karen Ester mengalami celaka karena berniat melindungi istrinya. Akan tetapi, untuk Ester itu adalah sebuah kesempatan dia untuk menikmati "rasa"nya. Rasa kagum dan rasa nyaman yang dipicu perasaan suka dirinya kepada tunangan "perjodohan"nya, Radhis.Vivian yang melihat itu seketika mengerti jika bukan hanya Rachel saingan cintanya untuk mendapatkan Radhis. Tapi juga Ester. "Maaf … apa aku mengganggu kalian?" Tanya Vivian yang merasa Radhis dan Ester saling menatap terlalu lama.Dengan cepat Radhis menarik badannya sedikit lebih jauh lagi dari Ester."Vivian… itu- bagaimana kondisi Rachel?" Ester terlihat sedikit salah tingkah."Kenapa kamu tidak bertanya kepada suaminya? Dia ada di depanmu saat ini." Vivian seolah sengaja menggoda Ester.Dia sangatlah menyadari jika, Ester memiliki perasaan kepada Radhis.Ester, sesama wanita tahu niatan Vivian yang menggoda dirinya. Sebelum semua terlalu
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia