“Bagaimana ini Radhis?” Tania masih saja berusaha untuk membuat Radhis merasa tertekan.
“Jika memang sudah seperti ini bagaimana jika terjadi apa-apa dengan Anakku!” Tania berkata lagi seolah memusuhi Radhis namun sebenarnya dia hanya ingin sesuatu yang lebih, ibaratnya dia berharap Radhis merasa bersalah dan memberikan sesuatu kepada dirinya.sementara Dere hanya terdiam, dia mencoba untuk berpikir apa yang sudah di bilang oleh Radhis yaitu bahwa jika menantunya itu tidak membantu Ed Ackerley mungkin sekarang mereka sudah menjadi gelandangan.
Sementara Tania masih mencoba untuk memberikan tekanan kepada Radhis, “Radhis!” bentak Tania.
“Iya Bu.” Jawab Radhis yang saat itu sebenarny
Mendapati dirinya di beritahu seperti itu oleh Suaminya, Tania hanya bisa terdiam da menunduk.Dia tahu jika suaminya seperti itu tandanya jika Suaminya sudah sangat marah.Tania bisa saja protes jika saat suaminya membentaknya, namun jika suaminya sudah menatap seperti itu maka dia tidak berani memberontak karena dia tahu jika suaminya seperti itu tandanya adalah suaminya sangat berbahaya, atau bisa dibilang suaminya kini sangat marah kepadanya.Sementara itu Radhis hanya bisa terdiam melihat ayah dan ibu mertuanya.dia terdiam melihat mereka berdua yang kini sedang saling menekan satu sama lain, lebih tepatnya sang ayah mertua yang menekan Tania, yaitu ibu mertuanya.Sampai akhirnya Radhis buka suara, “Tuan Ed memang bilang ada kemungkinan yang mendapatkan ancaman
sementara itu kini RAchel sudah sampai di kantornya dengan selamat dan diantarkan oleh Boaz supir barunya.“Terima kasih,” Ucap Rachel kepada Boaz yang baru saja membukakan pintu mobil untuk dia turun.“Siap Nona, saya mohon izin untuk berjaga di sekitar kantor sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh Tuan Ed.”“Silakan dan jika ada keperluan kau bisa menghubungi sekretarisku.”“Baik Nona.”Setelah itu kini Rachel memasuki kantornya untuk melakukan pekerjaan nya. Sementara Boaz Berjaga di sekitar kantor dan di sekeliling Rachel untuk menjaga keamanan Rachel tentunya.Setelah cukup lama Boaz Berkeliling di sekitar kantor
disaat Radhis pergi menuju ke tempat Ed ternyata di waktu yang sama orang-orang suruhan laki-laki misterius itu kini sedang menyelesaikan urusan mereka masing-masing.beberapa orang dengan kode nama “B,” “C2 dan juga 3” sedang berbicara dengan laki-laki dengan tampilan usia yang sedikit tua.Tidak begitu jelas siapa laki-laki tua itu, karena kini mereka berbincang dengan berhadapan dan juga yang tampak kini hanya sebuah punggung yang tampak sedikit berumur namun suaranya masih menunjukkan jika dia menunjukan dirinya bekas dari orang yang berwibawa.“Jadi seperti itu, jika kau mau membantuku kau juga akan sama-sama bisa membalaskan dendammu atas anak tersayang-mu kepada laki-laki itu.”“Benarkah kalian akan membantuku
Bertepatan saat Ester meninggalkan ruangan Radhis, disaat yang sama ternyata seperti apa yang dibilang oleh Radhis kepada Ester di awal, jika memang dirinya kini sudah berjanji bertemu dengan Ed di sana.dan itu sangatlah pas, karena disaat Ester membuka pintu untuk pergi disaat yang sama Ed akan memasuki ruangan Radhis. bahkan kini Ed dalam posisi yang akan mengetuk ruangan Radhis.“Tuan Ed?” ucap Ester yang melihat Ed ada di luar pintu ruangan Radhis dalam posisi mengangkat satu tangan seperti orang kebanyakan yang sedang ingin mengetuk pintu.“Selamat pagi menjelang siang Nona,” Ed berkata dengan ekspresi yang sedikit kaku dan seperti orang yang sedang tekanan.“Siang? ini baru saja 9:30 Tuan,” ucap Ester yang menimpali ucapan
“Jika memang bukan hanya itu, lantas apa lagi tuan?” tanya Ed lagi kepada Radhis.“Alasannya adalah, aku berpikir jika mungkin saja mereka masih mengawasi kita di depan kantor ini,” ucap Radhis kepada Ed lagi.“Saya mengerti Tuan. Jadi Tuan tidak ingin mereka tahu, jika kita sudah mengetahui jika mereka mengirimkan Bom kepada kita.”“Iya kali benar, jadi aku ingin mereka berpikir jika kita masih belum tahu jika kita sudah mendapatkan bom yang mereka letakkan,” ucap Radhis dengan menyatukan jarinya dan menjadikannya sebagai penopang dagu.Ed jadi semakin sadar jika Tuan Mudanya kini semakin berkembang, dia merasa jika pemikiran dari Tuan mudanya kini menjadi lebih tajam, dan berkat itu Ed semakin kagum deng
“Mungkin yang aku inginkan saat ini adalah sebuah Villa atau tempat tinggal yang cukup besar lainnya sejenis itu,” ucap Radhis kepada Ed dengan tatapan orang yang yang sedang penuh pertimbangan.“Jika memang begitu aku ada saran lagi untuk tuan.”Belum selesai Ed berkata Radhis kembali memotong ucapan Ed, “Tapi ingat, sebelum kau memberikan saran kepadaku aku ingin tempat itu tidak jauh-jauh dari sini, karena kau tahu jika istriku adalah penggila kerja, aku tidak ingin dia berkendara malam terlalu jauh saat dia ingin lembur atau mungkin saat dia ada pertemuan dengan klien,” jelas Radhis kepada Ed.“Iya Tuan Muda, saya paham akan itu,” ucap Ed dalam sikap yang sangat serius.“Terimakasih jika kamu sudah paham, jadi ada
“Apa kabar Rachel?” Ester mencoba untuk membuka percakapan dengan Radhis, karena seperti yang diketahui Ester sebenarnya berada disini karena untuk menjadi calon IStri Radhis yang dipilihkan oleh Kakek Zond.Bahkan Kakek Zond, atau kakek RAdhis sangat mendukung jika RAdhis memiliki Istri lain selain Rachel, atau bisa dibilang memiliki dua orang Istri, yaitu Rachel dan juga Ester.sayangnya Radhis adalah orang yang setia, belum lagi dia adalah laki-laki yang sangat bertanggung jawab dengan pilihannya, dia akan melakukan setiap hal dengan penuh pertimbangan, bahkan jika itu urusan hati.“Baik,” jawab Radhis singkat, bukan karena Radhis tidak ingin berbicara dengan ESter, namun karena memang dia tidak tahu apa yang ingin dibicarakan dengan Ester.&ld
“Bagaimana aku harus menjelaskan tentang tanggapan istriku waktu itu?” ucap Radhis yang terhenti sejenak hanya untuk sekedar menarik nafas sebelum dia melanjutkan ucapannya. “Yang aku tahu waktu itu mungkin karena Beberapa hari sebelumnya sempat terjadi kesalahpahaman antara kami sehingga membuat Rachel seolah mengabaikan Deon waktu itu,” Lanjut Radhis menjelaskan. “Aku minta maaf sebelumnya jika terdengar kurang sopan. Tapi aku mau bertanya, kenapa kamu tidak segera memberitahu Rachel Jika kamu adalah pemilik dari perusahaan Geneve Itu?” Ester mencoba untuk memancing agar Radhis mau menjelaskan kepadanya alasan sebenarnya Kenapa Radhis tidak mau mengakui dirinya Yang kini menjadi kepala keluarga Zond. Mendapat pertanyaan dari Ester yang seperti itu, Radhis Menjelaskan alasan kenapa dia tidak mau memb
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia