“Haachhiiii!!!”, Racel terbersin.
Rachel berada disebelah Radhis, mereka berpelukan begitu erat dengan tanpa ada sehelai benang yang menempel di tubuh mereka, dengan keringat yang begitu melimpah seolah baru selesai lari maraton.
“Sepertinya ada yang sedang membicarakanku”, ucap Rachel dengan menggosok-gosok hidungnya.
“Mungkin Ayah atau Ibu sedang membicarakanmu”, ucap Radhis yang masih saja mendekap tubuh istrinya dan merasakan hangatnya tubuh istrinya.
“Iya mungkin”, jawab Rachel, yang semakin erat memeluk Suaminya.
“Apa kita harus pulang?”, tanya Radhis kepada Rachel, dan disini seketika Rachel memandang ke arah mata Radhis tanpa berucap, cuman memandang dengan tatapan sayu seolah tidak ingin waktu itu berlalu.
Seakan mengerti Radhis kemudian mencium bibir Rachel, cukup lama Radhis melakuka itu dengan tangannya yang mulai bergerak untuk menyusuri lekukan tubuh indah istrinya,
Kini beberapa hari berlalu, dan sudah tibah waktu dimana pernikahan Sea digelar.Acara itu akan di gelar nanti jam tujuh malam dan kini saat pagi harinya Rachel masih masuk ke kantornya, sementara keluarga nenek Xion sibuk mempersiapkan semuanya.Iring-iringan mobil yang akan mengantarkan Sea dan Jhon ke hotel juga sudah dipersiapkan,barisan mobil berjajar di depan kediaman Wish, entah itu mobil sewaan atau dari Jhon juga tidak ada yang tahu.Sementara itu di dalam Rumah dengan bersantai menunggu waktu acara resepsi, Sea berbicara dengan calon suaminya untuk menanyakan informasi dari W.O yang mengurus pernikahan mereka.“Sayang apa kamu sudah mencoba menghubungi orang W.O?”,“Semuanya sudah berjalan dengan baik sayang, kamu tidak usah merasa kawatir”, ucap Jhon kepada calon istrinya.“Iya sayang..” ucap Sea kepada Jhon, kemudian dengan bersandar di bahu Jhon Sea kembali berkata, “Sebentar l
“Tapi Bu”, ucap marot yang sebenarnya malas jika di ajak kesana waktu itu, seolah ada yang sedang dia kerjakan.“Kenapa?!”, tanya nenek Xion dengan membentak.“Aku sedikit sibuk Bu, ada yang aku kerjakan dengan Nori”, ucap Marot perlahan karena merasa takut jika nenek Xion akan marah.Benar saja, mendengar perkataan Marot nenek Xion langung membentaknya seketika,“Aku disini tidak bertanya!, aku di sini memerintahmu agar mengantarkanku kesana!”.“Iya Bu, aku minta maaf, aku akan mengantarkanmu kesana”, ucap Marot yang langsung berdiri dan masuk kedalam.“Mau kemana kamu?!”, tanya nenek Xion dengan keras karena dia sudah terlanjur merasa jengkel kepada Marot.“Aku akan mengganti pakaian ku dulu Bu”, ucap Marot yang berhenti di tengah jalannya menuju kamar sembari menoleh kepada nenek Xion.“Baik kalau begitu, aku juga mengganti pakaian”
“Iya Bu,aku mengaku salah”, ucap Marot dengan pasrah saat dia dimarahi oleh ibunya.“Mari nona, kita sama-sama mengecek apakah semua benar-benar siap atau belum”, ucap nenek Xion yang menghadap kepada Lisa, kemudian nenek Xion masih melanjtkan perkataanya dengan melirik kepada Marot, “Abaikan saja ayahnya Sea yang tak berguna ini” ucap nenek Xion kepada Lisa tanpa bisa menyaring ucapannya.“Tolong Nyonya jangan berkata seperti itu, bagaimanapun juga Tuan Marot adalah Ayah dari Sea, dan akan menjadi besan saya”, ucap Lisa dengan melirik genit ke arah Marot.“Sudah, mari nona dan Nyonya biar saja lanjutkan menjelaskan”, ucap si enyelenggara yang sedari tadi sebenarnya sudah menjelaskan kepada nenek Xion dan Marot, tapi harus mengulangi semua penjelasanya karena sekarang ada Lisa disana.Sudah cukup lama mereka berkeliling dan kini sudah dapat dipastikan bahwa semua sudah benar benar siap dan dipast
Siang ini, diwaktu yang sama saat Marot, nenek Xion dan Lisa menuju kediaman wish , Rachel sedang membereskan sisa-sisa pekerjaannya.Berkas-berkas kini berserakan di meja kerjanya mulai dia rapikan satu-persatu,“Huhhh... disaat semua sibuk dengan mempersiapkan kebahagiaan, aku harus mengurusi lembaran-lembaran kertas ini”, omel Rachel yang kemudian berucap kembali, “Aku kan juga ingin berduaan dengan suamiku”.“Hahhhh.. apa sih yang aku pikirkan”, celetuk Rachel mengerutu dirinya sendiri.“Aku yang memilih berkarir, dan bahkan suamiku mengupayakan perusahaan ini untukku, belum lagi bahkan suamiku rela mengalah tidak meminta keturunan terlebih dahulu agar aku bisa menggapai karirku”, ucap Rachel yang berhenti beraktifitas sejenak.“Aku harus berjuang demi semuanya yang sudah kami upayakan”, ucap Rachel yang berhasil mengupayakan semangatnya sendiri lagi.Kini saat dia kembali melan
Sementara itu Radhis yang tadi disuruh untuk membeli hadiah oleh istrinya kini sudah mendapatkan apa yang dia cari, kini dia membawa kotak kecil yang terbuat dari kaca, dan isinya dapat dilihat yaitu sebuah kalung dengan linotin dari berlian, tak lupa kotak itu juga dihiasi dengan pita melingkar menambah kesan mewah.“Darimana?” tanya Dere kapada Radhis.“Ini Ayah, aku barusaja membeli hadiah untuk kita bawah nanti”, jawab Radhis kepada ayahnya.“Kenapa kamu tadi tidak bilang, aku akan ikut jika kamu bilang, aku juga ingin membelikan hadiah untuk mereka”, ucap Dere yang sedikit kecewa.“Ayah tenang saja, di mobil ada hadiah yang bisa di bawah oleh Ayah dan Ibu”, ucap Radhis.“Oh benarkah?”, tanya Dere kepada menantunya itu.“Iya ayah, iya sudah aku masuk dulu”, lanjut Radhis berpamitan kepada Ayahnya untuk masuk kedalam kamarnya.Di dalam kamar dia menelepon Istri
“Iya sudah kamu telepon dulu Tuan Ed”, ucap Rachel yang seolah tak ingin telepon itu dimatikan.“Baik lah kalau begitu sekalian kita bertemu di Tempat resepsi”, ucap Ester kepada Rachel, yang kemudian “Sampai nanti”, dan menutup teleponnya.“Suami ku tadi menelepon, ada apa dia meneleponku?” ucap Rachel sendiri saat menggapai ponselnya, dan melihat kelayar ponsel.“Halo Suamiku?”, ucap Rachel saat telepon dengan suaminya tersambung,“Iya, aku tadi meneleponmu, tapi kamu sepertinya sedang menelepon orang jadi aku menundanya”, ucap Radhis.“Iya, tadi Ester menelepon ku jadi aku suruh temani saja dia aku bekerja, sambil ngobrol-ngobrol lewat telepon”, ucap Rachel dengan polos kepada Radhis.“Iya.. tidak apa-apa, tapi pastikan pekerjaanmu selesai dengan baik”,ucap Radhis memperingatkan IStrinya dengan halus.“Siap pak pemilik perusahaan!&
Rachel kini yang tadi masih bekerja sudah pulang, tepat pukul 3 dia berada dirumah, “Kamu baru sampai Istriku?”, tanya Radhis yang masih menggunakan celemek dan membawa sebuah Sapu.“Iya...”, ucap Rachel yang memandangi suaminya.“Kenapa?”, tanya Radhis yang sedikit bingung karena dilihat terus menerus oleh Istrinya.“Kamu belum siap-siap?”, tanya Rachel.“Iya aku masih harus beres-beres rumah”, jawab Radhis masih dengan menyapu rumah itu.“Biar Aku yang mengerjakan kamu mandi saja dulu”, ucap Rachel yang berusahan untuk mengambil sapu di tagan Radhis.“Tidak-tidak... sudah kamu saja dulu yang mandi”, ucap Radhis yang menarik sapu di tangannya menjauh dari Rachel.“Kenapa?, sudah kamu saja dulu”, ucap Rachel yang masih mencoba untuk merebut sapu di tangan Radhis.“Tida, tidak, tidak.. Kamu saja dulu, aku gak mau jika aku
“Radhis kemarin mengeluarkan uang 7 juta untuk membeli gaun kita dan stelan yang dia pakai juga Ayah”, suara Rachel menyahuti dari arah belakang.“tu, ju, ju, ta,?” tanya Tania sambil menoleh kearah Rachel dan semakin terngangah.“Rachel.. kamu cantik sekali?”, ucap Tania, yang didengar oleh Dere, dan tentu saja membuat Dere penasaran dan menoleh kearah Rachel.“Ini benar anakku?”, ucap Dere yang kaget melihat putrinya yang begitu cantik dipadu dengan Gaun yang sangat mewah.“Ayah kenapa?” tanya Rchel yang melihat ayahnya begitu kaget.“Anakku begitu tampak menawan..”, ucap Dere.“Ayah...” ucap Rachel sambil menahan malu.“Suamiku kanapa kamu terdiam?”, ucap Rachel yang sambil menatap ke Radhis.“Hah?”, ucap Radhis yang kaget karena dipanggil oleh Rachel.“Seperti kata Ayah dan Ibu, kamu terlihat sangat canti
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia