Ridius memberikan arahan pada pasukannya untuk maju, Zack segera mengaktifkan pelindung besar di sekitar kastil tempat para penduduk berkumpul. Ridius berdecak kesal, dia segera maju bersama para pasukannya menyerang Zack. Mustahil baginya mampu menang melawan lima ratus pasukan ditambah seorang penyihir hebat seperti Ridius. Zack merapalkan sebuah mantar dan pedang besar miliknya mulai diselimuti oleh api yang merah padam.
"Sungguh pedang sihir yang indah, tapi aku tidak yakin itu bisa mengalahkan para pasukan ku," ucap Ridius.Zack menerima serang dari sepulung orang pasukan yang mengepungnya, sedangkan beberapa pasukan itu terus menembakkan bola api ke arah Zack. Pria itu menangkis setiap serangan dengan baik, tapi dia sama sekali tidak sadar bahwa Ridius tengah menjebaknya dalam sebuah sihir terkuat yaitu kutukan darah yang pernah dialami oleh Evan. Selama Zack belum meneteskan darah sedikitpun, kutukan itu belumlah aktif.Sebenarnya, Zack pernah membantuZack menarik Raul pergi dari tempat itu, mencari tempat sejauh mungkin untuk mengurangi resiko sihir kegelapan mencapai kastil. Ridius cekikikan dalam heningnya suasana di tengah kota, membuat Raul merinding."Ada satu cara untuk melawan sihir kegelapan, tapi kita berdua harus menanggung akibatnya!!" seru Raul."Apapun resikonya, aku sudah siap melakukan itu. Cepat katakan pria bodoh!!" teriak Zack.Raul dan Zack mengatur rencana mereka sambil berlari menuju hutan perbatasan dekat gerbang timur. Sepertinya mereka memiliki semangat yang menggebu-gebu, hingga mereka berdua terlihat percaya diri dengan rencananya.Di lain tempat, gemuruh tembakan panah api dan es mulai menghujani barak wilayah utara. Freya terus menghunus pedangnya dan maju ke barisan depan menyerang semua prajurit selatan yang tersisa, teriakan familiar yang perempuan itu kenali membuatnya terhenti sejenak lalu berbalik.Evan tertusuk tepat di dekat jantungnya, membuatnya mengerang begitu keras. Freya yang awalnya ingi
"Arrrgghhhh… Hen..tikan.. Kumohon," erang Freya menahan luka di sekujur sayap emasnya.Ryder menyerang Freya begitu cepat dengan kedua pedangnya, ahli pedang ganda sangatlah cocok untuk Ryder. Namun, bagi Freya itu semua hanyalah alat untuk membunuh. Jika saja sayap itu tidak melindungi dirinya, mungkin Ryder berhasil menghabisi Freya.Freya merintih kesakitan, perempuan itu mengencangkan sayapnya lalu menerpa tubuh Ryder dengan sihir angin yang kuat, membuat Freya bisa mundur beberapa langkah, seraya mengatur nafasnya. Mengapa Ryder sangat berubah, dibanding sebelumnya. Seakan mereka berdua sama sekali tidak pernah bertemu, bahkan tatapan mata Ryder begitu tajam dan sinis. Freya menghentakkan kakinya, lalu melompat ke depan Ryder.Pria yang haus akan darah, itulah ekspresi yang ditunjukkan oleh Ryder pada Freya. Mata Freya membulat, ketika salah satu pedang Ryder berhasil menusuk salah satu sayap Freya dan memotongnya. Detak jantung perempuan itu mulai tak teratur, semburat cairan me
"Gawat, apa yang harus kita lakukan Zane," racau Natalia panik."Aku harus melakukan tugasku, ayo ikut aku untuk menghabisi Freya sekarang," terang Zane."Apa?! Kau bercanda, Ryder sudah tersadar dan sekarang kau ingin melakukan hal yang berbahaya seperti itu. Ini sama saja kita masuk ke dalam lubang yang kita buat," ketus Natalia."Apa-apaan dirimu, biasanya hanya menurut. Diam dan ikuti aku saja, Mengerti," tekan Zane.Ryder dengan perlahan meletakkan tubuh Freya di atas pasir hangat, lalu berjalan mengambil kedua pedangnya yang terhempas saat diserang Freya. Sesaat Ryder melirik ke arah langit yang mulai berwarna jingga yang begitu pekat. Dari jauh Zane dan Natalia mulai bergerak untuk menyerang Freya. Ryder mulai memiliki insting yang sangat tajam, bergerak secepat kilat melesat ke depan Natalia dan menebas kedua kaki perempuan itu. Teriakan yang begitu keras lolos dari heningnya medan perang itu, Natalia menangis begitu keras dan menahan perih di antara kedua kakinya yang sudah t
Pria tampan dengan senyum rupawan itu, berdiri sambil menatap lautan luas yang berada di ujung wilayah selatan. Seluruh awak kapal pengangkut barang yang banyak, sedang mengangkut hasil dagangan batu sihir dari wilayah selatan. "Sebuah kehormatan bisa mendapat pasokan batu sihir dari wilayah ini, saya sangat berterima kasih," ucap sang saudagar batu sihir."Tidak masalah, ini juga merupakan bisnis pedagang seperti biasanya. Terima kasih tuan, telah mempercayai tambang batu sihir wilayah kami," ucap pria muda itu."Jika berkenan, siapakah nama anda tuan. Saya sangat terkejut melihat pebisnis muda seperti tuan yang memiliki seni berdagang luar biasa," "Ryder, saya hanyalah lulusan akademi bisnis 1 tahun lalu tuan. Ilmu saya masih minim, dibandingkan tuan," ucap Ryder tenang."Tuan Ryder akan menjadi pebisnis yang luar biasa, saya bisa menjamin itu," ucap sang saudagar sambil tersenyum puas.Setelah lama berbincang, Ryder mengantarkan saudagar pergi ke kapal yang akan segera berlayar.
Freya menanam banyak bunga kecil di taman dekat rumah kecilnya. Perempuan itu memilih tinggal bersama penduduk dibandingkan hidup dalam istana penguasa miliknya. Bangunan itu yang dulunya digunakan sebagai tempat rehabilitas sekaligus mengungsi para penduduk telah dijadikan sebagai gedung penelitian obat dan ramuan herbal."Freya, maukah kamu membantu sekali ini saja," mohon Layla."Aku sudah mengatakannya berulang kali, posisiku saat ini tidak bisa seenaknya meninggalkan wilayah begitu saja," terang Freya."Ayolahh…., bukankah kamu pasti ingin menerima undangan ini. Jangan pikirkan perkataan Daren," kata Layla."Layla,""Freya, aku memintamu menghadiri undangan ini demi nama wilayah kita. Apa yang akan wilayah luar katakan ketika kita menutup seluruh akses untuk menjalin hubungan antar wilayah. Ini demi kemakmuran penduduk wilayah kita juga," jelas Layla.Freya mengerutkan keningnya, lalu memasang wajah malas. Kedudukan Freya sebagai seorang penguasa wilayah utara membuatnya malas be
Freya meremas gelas yang di pegangnya, lalu maju ke depan dengan percaya diri. "Aku memang dari wilayah luar, tapi aku sama sekali tidak melakukan hal yang salah sedikitpun. Bukankah, setiap orang berhak memilih apa yang dikenakannya dan itu tidak sama sekali memberatkan orang lain," terang Freya kesal."Nona, lebih baik anda pergi saja dari aula ini,""Iya, kasihan sekali dia yah," "Aku malu melihat kelakuannya,"Freya menatap tajam ke arah orang-orang yang terus mengejeknya. Liliam dengan cepat berlari ke arah Freya lalu menyelimuti tubuhnya mantel hitam. Sangat tidak mengenakkan melihat Freya dipermalukan seperti itu di depan banyak orang."Tunggu, aku ingin mengucapkan satu hal pada kalian semua. Wilayah selatan yang makmur ini ternyata dipenuhi orang-orang tidak sopan," seru Freya.Ryder tertawa pelan, lalu berjalan ke arah Freya yang sedang membenarkan sepatunya. "Pakailah sepatu ini, jangan sampai kaki nona terluka," tutur Ryder sambil berlutut di depan Freya."No-nona," uca
Pagi yang begitu cerah, Ryder dan Billy telah siap untuk berangkat ke pusat kota wilayah perbatasan. Beberapa pasukan terlatih milik Ryder juga ikut mengawal, sekaligus Aulin dan Melly yang mengikut rombongan itu."Aku ingin mengucapkan selamat jalan pada Freya, tapi sepertinya dia sudah kembali," gumam Ryder."Tuan, sebentar lagi kita akan berangkat dengan teleportasi. Saya harap tuan tidak meninggalkan satupun barang bawaan anda," ucap salah seorang ksatria sihir."Sudah aman, mari kita berangkat," sahut Ryder."Mengapa wajah tuan sedih seperti itu, apa ada sesuatu yang membuatmu terganggu?" tanya Billy."Tidak, fokuslah dan jangan memikirkan hal yang tidak perlu," jawab Ryder dingin.Billy mengangguk paham, lalu melihat ke sekitar apakah ada yang akan mengganggu. Para ksatria sihir, membuka sihir perpindahan ruang berskala besar. Dengan hitungan detik Ryder tiba di depan gerbang wilayah perbatasan. Angin yang berhembus cukup hangat, Billy segera membawa kartu identitas dan mempersi
Ryder melirik Freya yang begitu khawatir, dia memang sangat ingin mencari asal kekuatan itu, tapi tidak mungkin bagi Ryder untuk meninggalkan Freya sendiri. Pria itu mencubit pipi Freya pelan sambil tertawa."Tenanglah, aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuhmu sedikit saja," bisik Ryder tersenyum hangat.Freya terdiam sejenak, wajahnya terasa panas dan memerah. Dia begitu malu, dengan cepat gadis itu menutup wajahnya."Hentikan itu, dasar bodoh," teriak Freya kesal. Melihat reaksi Freya yang begitu lucu, Ryder tersenyum lebar. Kekhawatirannya melihat Freya saat di ruang rapat telah hilang, ternyata Freya sama sekali tidak berubah sedikitpun padanya."Aku akan mengantarmu ke Lilian, ayo Freya," ajak Ryder sambil memegang tangan Freya lembut."Ryder, aku tidak ingin orang lain salah paham," ucap Freya."Tidak ada yang akan melihatnya, ayo kita segera pergi," bisik Ryder.Mereka berdua berlari bersama, di tengah keramaian kota malam bertabur bintang yang indah. Sedangkan dari jauh