Pria tampan dengan senyum rupawan itu, berdiri sambil menatap lautan luas yang berada di ujung wilayah selatan. Seluruh awak kapal pengangkut barang yang banyak, sedang mengangkut hasil dagangan batu sihir dari wilayah selatan. "Sebuah kehormatan bisa mendapat pasokan batu sihir dari wilayah ini, saya sangat berterima kasih," ucap sang saudagar batu sihir."Tidak masalah, ini juga merupakan bisnis pedagang seperti biasanya. Terima kasih tuan, telah mempercayai tambang batu sihir wilayah kami," ucap pria muda itu."Jika berkenan, siapakah nama anda tuan. Saya sangat terkejut melihat pebisnis muda seperti tuan yang memiliki seni berdagang luar biasa," "Ryder, saya hanyalah lulusan akademi bisnis 1 tahun lalu tuan. Ilmu saya masih minim, dibandingkan tuan," ucap Ryder tenang."Tuan Ryder akan menjadi pebisnis yang luar biasa, saya bisa menjamin itu," ucap sang saudagar sambil tersenyum puas.Setelah lama berbincang, Ryder mengantarkan saudagar pergi ke kapal yang akan segera berlayar.
Freya menanam banyak bunga kecil di taman dekat rumah kecilnya. Perempuan itu memilih tinggal bersama penduduk dibandingkan hidup dalam istana penguasa miliknya. Bangunan itu yang dulunya digunakan sebagai tempat rehabilitas sekaligus mengungsi para penduduk telah dijadikan sebagai gedung penelitian obat dan ramuan herbal."Freya, maukah kamu membantu sekali ini saja," mohon Layla."Aku sudah mengatakannya berulang kali, posisiku saat ini tidak bisa seenaknya meninggalkan wilayah begitu saja," terang Freya."Ayolahh…., bukankah kamu pasti ingin menerima undangan ini. Jangan pikirkan perkataan Daren," kata Layla."Layla,""Freya, aku memintamu menghadiri undangan ini demi nama wilayah kita. Apa yang akan wilayah luar katakan ketika kita menutup seluruh akses untuk menjalin hubungan antar wilayah. Ini demi kemakmuran penduduk wilayah kita juga," jelas Layla.Freya mengerutkan keningnya, lalu memasang wajah malas. Kedudukan Freya sebagai seorang penguasa wilayah utara membuatnya malas be
Freya meremas gelas yang di pegangnya, lalu maju ke depan dengan percaya diri. "Aku memang dari wilayah luar, tapi aku sama sekali tidak melakukan hal yang salah sedikitpun. Bukankah, setiap orang berhak memilih apa yang dikenakannya dan itu tidak sama sekali memberatkan orang lain," terang Freya kesal."Nona, lebih baik anda pergi saja dari aula ini,""Iya, kasihan sekali dia yah," "Aku malu melihat kelakuannya,"Freya menatap tajam ke arah orang-orang yang terus mengejeknya. Liliam dengan cepat berlari ke arah Freya lalu menyelimuti tubuhnya mantel hitam. Sangat tidak mengenakkan melihat Freya dipermalukan seperti itu di depan banyak orang."Tunggu, aku ingin mengucapkan satu hal pada kalian semua. Wilayah selatan yang makmur ini ternyata dipenuhi orang-orang tidak sopan," seru Freya.Ryder tertawa pelan, lalu berjalan ke arah Freya yang sedang membenarkan sepatunya. "Pakailah sepatu ini, jangan sampai kaki nona terluka," tutur Ryder sambil berlutut di depan Freya."No-nona," uca
Pagi yang begitu cerah, Ryder dan Billy telah siap untuk berangkat ke pusat kota wilayah perbatasan. Beberapa pasukan terlatih milik Ryder juga ikut mengawal, sekaligus Aulin dan Melly yang mengikut rombongan itu."Aku ingin mengucapkan selamat jalan pada Freya, tapi sepertinya dia sudah kembali," gumam Ryder."Tuan, sebentar lagi kita akan berangkat dengan teleportasi. Saya harap tuan tidak meninggalkan satupun barang bawaan anda," ucap salah seorang ksatria sihir."Sudah aman, mari kita berangkat," sahut Ryder."Mengapa wajah tuan sedih seperti itu, apa ada sesuatu yang membuatmu terganggu?" tanya Billy."Tidak, fokuslah dan jangan memikirkan hal yang tidak perlu," jawab Ryder dingin.Billy mengangguk paham, lalu melihat ke sekitar apakah ada yang akan mengganggu. Para ksatria sihir, membuka sihir perpindahan ruang berskala besar. Dengan hitungan detik Ryder tiba di depan gerbang wilayah perbatasan. Angin yang berhembus cukup hangat, Billy segera membawa kartu identitas dan mempersi
Ryder melirik Freya yang begitu khawatir, dia memang sangat ingin mencari asal kekuatan itu, tapi tidak mungkin bagi Ryder untuk meninggalkan Freya sendiri. Pria itu mencubit pipi Freya pelan sambil tertawa."Tenanglah, aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuhmu sedikit saja," bisik Ryder tersenyum hangat.Freya terdiam sejenak, wajahnya terasa panas dan memerah. Dia begitu malu, dengan cepat gadis itu menutup wajahnya."Hentikan itu, dasar bodoh," teriak Freya kesal. Melihat reaksi Freya yang begitu lucu, Ryder tersenyum lebar. Kekhawatirannya melihat Freya saat di ruang rapat telah hilang, ternyata Freya sama sekali tidak berubah sedikitpun padanya."Aku akan mengantarmu ke Lilian, ayo Freya," ajak Ryder sambil memegang tangan Freya lembut."Ryder, aku tidak ingin orang lain salah paham," ucap Freya."Tidak ada yang akan melihatnya, ayo kita segera pergi," bisik Ryder.Mereka berdua berlari bersama, di tengah keramaian kota malam bertabur bintang yang indah. Sedangkan dari jauh
Suara teriakan terdengar di luar pintu, para pengawal segera memeriksanya. Hingga Mel asisten Ryder masuk, dengan nafas yang memburu karena berlari."Apa yang terjadi?" tanya Ryder."Aulin di tangkap pasukan wilayah, aku tidak tahu penyebabnya tapi saat kembali ke kamar, Aulin di bawa oleh banyak pengawal," ungkap Mel panik.Ryder terkejut, itu diluar perhitungannya. Dia menarik pedangnya, dan menatap Atlas dengan tajam. Aulin adalah adik kecil yang Ryder jaga, dia sangat menghargai perempuan itu dan alasannya ikut dalam pertemuan wilayah untuk membantu Ryder."Atlas, aku tidak akan segan menebasmu jika kau melukai Aulin sedikit saja," tekan Ryder dengan emosi."Tenanglah Ryder, kita harus memikirkan ini dengan kepala dingin," ucap Freya."Aku tidak bisa tenang, saat rekanku berada dalam posisi tidak aman," tegas Ryder.Freya tersentak, untuk kesekian kalinya Ryder seperti kembali ke dirinya yang dulu. Hal itu membuat Freya mundur, dan hanya akan mendengarkan alasan dari Tuan wilayah
Ryder tertawa begitu keras, sangat lega mendengar perkataan Daren. Dia mengambil sebuah tongkat kayu, lalu mengarahkannya pada Daren."Aku tidak lagi mengingat kejadian di masa lalu, sekarang yang kita butuhkan adalah bagaimana cara menghadapi masa depan. Aku percaya pada kalian semua, seperti kalian percaya padaku. Itulah jawabanku sobat," ungkap Ryder sambil tersenyum.Daren terdiam, dari wajah dan setiap ucapan Ryder begitu tampak tulus di mata Daren, Sungguh pemimpin yang luar biasa. Daren ikut tersenyum, lalu mendorong tongkat kayu Ryder."Kalian berdua, berhentilah melakukan hal bodoh. Ayo kita segera menyusun rencana," ucap Layla kesal.Di wilayah perbatasan, Freya memutuskan berdiam diri di kamar sesuai perintah Lilian dan Edward. Dia, tidak begitu yakin dengan apa yang sebenarnya terjadi, tapi melihat Ryder dan Pengawalnya kabur dari wilayah, membuat Freya khawatir. Edward dalam mode siaga, tak ada yang terlepas dari jangkauan sihir pelacak miliknya. Se
"Ryder, cepatlah datang, ku mohon," lirih Freya.Tuan Atlas menggaruk kepalanya, sambil berjalan ke arah Freya. Namun, langkahnya terhenti karena Lilian dan Edward menghadang pria itu, sebelum dekat dengan Freya."Nona, tetap berada di belakang kami," ucap Lilian serius."Hahaha, pengawal anda sangat overprotektif yah. Aku hanya ingin mendekat dan berbicara secara terbuka dengan nona Freya. Menyingkirlah kalian," ujar Atlas."Maaf tuan, kami akan menjaga nona dengan baik. Melihat kondisi sekarang yang sedikit kacau, maka lebih baik anda menja-,""Enyah dari hadapanku, atau kalian ingin melawan," tegas Atlas.Lilian dan Edward terhempas ke belakang, dengan tubuh yang menghantam dinding. Mata Freya membulat, dia sangat terkejut melihat kekuatan aneh yang keluar dari tubuh Atlas seperti aura kegelapan. Saat Freya hendak ingin berjalan membantu Lilian, suara ketukan pintu membuat semua orang terdiam.Melihat Lilian dan Edward tak sadarkan, menyulut amarah Freya. Bukan waktunya untuk memen