Share

168. Azmir Ditembak

Kejadian sebelumnya, di New York.

Air mata Brielle terus mengalir sepanjang acara pemakaman berlangsung. Tubuh Brielle merosot, kakinya tak sanggup lagi menahan tubuhnya ketika anaknya mulai ditimbun tanah.

“Kane ... anakku,” lirih Brielle ditengah isak tangisnya.

“Sudahlah, sayang. Jangan menangis. Biarkan Kane pergi dengan tenang.” Scholes mengelus punggung Brielle, kemudian membantunya berdiri.

Satu persatu pelayat berpamitan pulang. Kini tinggal keluarga Levon yang setia menemani Brielle dan suaminya. 

Brielle menangis sambil menciumi nissan Kane. Ia masih belum merelakan kepergian anaknya, “Kemarin malam kita masih bermain petak umpet, Kane.”

“Relakan kepergian Kane, Nyonya. Jika Nyonya terus menangis, Kane tidak akan pergi dengan tenang,” sahut Angelina.

Brielle menangis sambil mencium nissan Kane lagi, “Maafkan Mama, Kane. Sekarang tidurlah dengan tenang.”

Brielle perlahan sudah merelakan Kane. Ia mengusap a

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status