Wajah Angelina memerah. Dengan napas yang saling memburu ia siap meledakkan amarahnya, sedangkan Katerine emosinya lebih terkendali. Ia mengelus punggung anaknya seraya berkata, “Tenangkan dirimu, nak. Jangan biarkan setan merasuki jiwamu.”
“Mamamu benar, tenangkan dirimu. Biarkan hukum yang berbicara. Frankie dan Rose pasti akan mendapat hukuman setimpal,” sahut Tuan Leo. Ia memahami perasaan yang sedang Angelina rasakan. Gadis itu menyimpan dendam pada Frankie dan Rose yang telah merenggut kebahagiaan Mamanya. “Jika kau masih belum bisa menahan emosi, aku tidak akan mengizinkanmu masuk menemui mereka. Dan ingat satu hal, bagaimanapun juga Frankie adalah Papa kandungmu.”
Angelina menghembus napas panjang, menetralkan emosinya yang sedari tadi berada di ubun-ubun. Ia tahu Frankie adalah Papa kandungnya, tetapi ketika sudah mengingat perlakukan Frankie yang membuat Mamanya menderita, ia melupakan fakta bahwa orang itu mempunyai hubungan biologis dengan dirinya.
<Katerine dan Angelina ditemani oleh pengawal, menuju ke ruangan khusus pertemuan.Wajah Katerine dan Angelina langsung memerah ketika melihat dua sosok yang membuat hidupnya menderita.Sedangkan Rose dan Frankie yang mondar-mandir, baru menyadari kehadiran seorang ibu dan anak yang mematung di depan pintu dengan tatapan mata berkilat iblis.“Hai Kate,” Frankie langsung menyapa dengan senyuman sinis. “kemarilah! Dan kau juga Angel, anakku. Kemarilah, peluklah Papa.” Frankie merentangkan kedua tangan.Katerine dan Angelina semakin emosi. Wajahnya memerah dengan napas memburu dan siap meledakkan amarahnya.“Jangan sebut nama itu, bajingan!” Katerine yang tadinya selalu mengingatkan Angelina agar menahan emosi, kini justru ia menghampiri Frankie dengan tatapan penuh kebencian dan dendam karena mantan suaminya menyebut nama Kate. Nama itu adalah nama panggilan kesayangan Frankie pada Katerine sewaktu masih
Frankie tidak sadar dengan apa yang diucapkan. Secara tak langsung, ia sudah membocorkan rahasia siasat liciknya untuk terbebas dari penjara melalui bantuan Levon. Meski tidak diucapkan secara gamblang, itu bisa saja membuat Katerina dan Angelina curiga dan mungkin saja akan melapor pada Tuan Leo.Rose pun baru tersadar jika ucapan Frangkie bisa menggagalkan rencana untuk keluar dari cengkeraman Tuan Leo.“Maksudnya Levonku akan menghubungi pengacara kepercayaan kami. Kami sangat yakin, kami tidak akan mendapatkan hukuman mati,” ucap Rose dengan penuh kepercayaan tinggi sambil menginjak pelan kaki Frankie. Rose tak ingin Katerine dan Angelina curiga dengan ucapan Papanya.Frankie juga tersadar sudah melakukan kesalahan setelah mendengar penjelasan Rose.“Ya benar, menantuku sekarang pasti sudah bertemu dengan pengacara handal kepercayaan kami.” Frankie menyambung dengan senyuman seringai agar Katerine dan Angelina percaya dengan uc
Hakim Agung sudah memutuskan hukuman mati untuk Frankie dan Rose akan dilaksanakan besok jam dua belas. Kepolisian setempat juga sudah mendapat perintah tertulis dari kejaksaan, sehingga saat ini juga mereka mempersiapkan segalanya yang berhubungan dengan hukuman mati. Di luar media-media dengan cepat mengetahui berita ini dan mulai meliput pelaksanaan hukuman mati yang dinilai sangat mendadak. Bahkan ada sebagian politikus memanfaatkan momen ini untuk menyerang Presiden Amerika lewat media sosial pribadinya. Apalagi pemilihan presiden baru akan dilaksanakan enam bulan lagi. Tentu ini dijadikan senjata oleh lawan politiknya agar Weston tidak memimpin Amerika untuk kedua kalinya. Namun, Weston hanya menanggapi santai serangan politik yang dialamatkan padanya. Bahkan dalam batinnya, ia akan melaksanakan hukuman kematian hari ini juga jika mendapat perintah dari Tuan Leo. Ketika Weston iseng keluar dari gedung kejagung, wartawan langsung menyerbunya dengan banya
Deg! Jantung Frankie dan Rose seakan berhenti. Bahkan tubuh mereka ambruk bersamaan duduk di lantai. Tubuhnya seolah tak bertenaga setelah mengetahui fakta yang bagai mimpi buruk untuk mereka. Dalam keadaan duduk di lantai, Rose mendongak dan menatap pada Tuan Leo. Lalu ia berpegangan ke kursi dan memaksakan berdiri dengan tubuh bergetar, “Tu-an Leo itu mustahil. Itu sudah menyalahi aturan hukum Negara. Tuan jangan seenaknya sendiri memutuskan sepihak.”Rose mengucapkan dengan suara bergetar dan napas tersengal-sengal. Frankie yang duduk dibawah ikut menambahkan, “Ber-sik-aplah, a-adil, Tuan.” Suara Frankie sangat dalam dan kacau, bahkan nyaris tidak jelas sama sekali. Levon tersenyum miring, “penjahat seperti kalian tidak perlu diberikan kesempatan menatap dunia. Bahkan seharusnya kalian sudah mati dari dulu.” “Waktunya telah tiba, Frankie. Tuhan telah menghukummu dan anakmu. Ini balasan bagi manusia berhati iblis seperti kalian,” Katerine menambahkan
Malam penuh tangis dan derita, Frankie dan Rose ditempatkan di dalam sel yang berbeda. Mereka terlihat begitu sangat menyedihkan dan terlihat seperti orang gila.“Hahaha aku wanita cantik dan cerdas. Tidak ada yang bisa mengalahkanku. Semenjak kecil aku selalu menang, dan hati ini pun juga aku pasti menang. Aku benci kekalahan!” Ucap Rose dengan suara yang sangat kacau. Ia tertawa terbahak-bahak meski air terus mengalir dari sudut matanya.Di detik selanjutnya ia menangis histeris sambil menjambak rambutnya sendiri, tetapi itu tak bertahan lama. Tawanya kembali menggelegar, “Hahaha siapa yang lebih cerdas dariku? Katakan ... hahaha mengapa kalian diam? Ayo katakan.”Di luar sel, petugas lapas menertawakan Rose, “Dia belum menerima kenyataan kalau dirinya sudah tamat.”“Itu akibatnya jika berani melawan Tuan Leo. Penjahat seperti mereka seharusnya dihukum mati dari dulu,” timpal petugas lapas lain
“Sekarang kau boleh keluar.” Tuan Leo mengulang kalimatnya kembali, seketika Rose langsung membelalak sempurna menatap Sang Tuan.“Sungguh, Tuan? Tuan mau membebaskan saya? Hukuman mati itu dibatalkan?” Rose mencecar banyak pertanyaan dengan wajah kegirangan.Tuan Leo hanya menjawab dengan senyuman. Rose pun mengartikan bahwa senyuman itu adalah isyarat bahwa dirinya dibebaskan dari hukuman mati.“Terima kasih, Tuan. Terima kasih banyak.” Rose senang bukan main kepalang. Yang tadinya ia terlihat pucat sekali, kini senyuman mulai terbit kembali. Bahkan dirinya meloncat-loncat kegirangan sampai terjatuh karena keseimbangan tubuhnya tak terjaga. Ia besikap seperti anak kecil, melupakan jati dirinya sebagai wanita yang sangat licik.Rose segera berdiri kembali dengan semangat. Ia seperti mendapat energi tambahan, meski pada kenyataannya ia terjatuh karena tubuhnya melemah akibat tidak makan dari kemarin.“Sekal
“Kurang enam jam lagi,” ucap Tuan Leo tersenyum miring sambil melirik jam dinding yang ada di ruangan khsusus pertemuan. “Persiapkan diri kalian untuk menerima hukuman mati.”Tubuh Frankie dan Rose perlahan merosot, untung saja sandaran kursi cukup kuat menahan tubuh mereka yang seperti akan ambruk. Tatapannya kosong, air mata mereka mulai meluruh dan mengalir di kedua pipi.“Untuk apa Tuan memberikan kami makan jika kami tetap dihukum mati?” tanya Rose. Suaranya lemas dengan air mata yang semakin mengucur dari kedua sudut matanya, sedangkan Frankie semakin pergi ke alam bawah sadar.Tuan Leo tersenyum miring “Agar kalian lebih siap menjalani hukuman kematian!”“Jadi katakan apa permintaan terakhir kalian? ... kalian tidak punya banyak waktu lagi. Dan aku sudah menghubungi seseorang untuk mengurus sisa harta kalian. Jadi kalian tenang saja, harta kalian akan diwariskan kepada orang yang kalian ma
Setelah memutus sambungan dengan seseorang itu, jari-jemari Rose dengan cepat mengetik sebuah pesan.'Tolong bantu selamatkan aku dari hukuman kematian. Lakukan berbagai cara agar aku bebas, minimal hukuman ini ditunda. Tolong bergerak cepat. Waktuku tidak lama lagi. Dan jangan balas pesanku ini, ponselku akan diberikan lagi pada Tuan Leo,' tulis Rose dengan sedikit gemetar. Ia mengirim pesan kepada beberapa orang yang ada di kontaknya. Lalu, Rose langsung menghapus pesan itu.“Semoga mereka bisa menyelamatkan,” batin Rose berkata sambil menghebus napas kasar. Lalu ia menoleh ke samping, melihat Frankie yang terlihat tidak punya harapan untuk hidup.Di titik ini, Tuan Leo masuk kembali ke ruangan khusus pertemuan. Rose spontan mengulas senyum paksa.“Bagaimana? Sudah selesai?” tanya Tuan Leo sambil menarik kursi.“Sudah, Tuan. Terima kasih,” jawab Rose mengangguk sambil menyerahkan ponsel pada Tuan Leo.Tu