“Kurang enam jam lagi,” ucap Tuan Leo tersenyum miring sambil melirik jam dinding yang ada di ruangan khsusus pertemuan. “Persiapkan diri kalian untuk menerima hukuman mati.”
Tubuh Frankie dan Rose perlahan merosot, untung saja sandaran kursi cukup kuat menahan tubuh mereka yang seperti akan ambruk. Tatapannya kosong, air mata mereka mulai meluruh dan mengalir di kedua pipi.
“Untuk apa Tuan memberikan kami makan jika kami tetap dihukum mati?” tanya Rose. Suaranya lemas dengan air mata yang semakin mengucur dari kedua sudut matanya, sedangkan Frankie semakin pergi ke alam bawah sadar.
Tuan Leo tersenyum miring “Agar kalian lebih siap menjalani hukuman kematian!”
“Jadi katakan apa permintaan terakhir kalian? ... kalian tidak punya banyak waktu lagi. Dan aku sudah menghubungi seseorang untuk mengurus sisa harta kalian. Jadi kalian tenang saja, harta kalian akan diwariskan kepada orang yang kalian ma
Setelah memutus sambungan dengan seseorang itu, jari-jemari Rose dengan cepat mengetik sebuah pesan.'Tolong bantu selamatkan aku dari hukuman kematian. Lakukan berbagai cara agar aku bebas, minimal hukuman ini ditunda. Tolong bergerak cepat. Waktuku tidak lama lagi. Dan jangan balas pesanku ini, ponselku akan diberikan lagi pada Tuan Leo,' tulis Rose dengan sedikit gemetar. Ia mengirim pesan kepada beberapa orang yang ada di kontaknya. Lalu, Rose langsung menghapus pesan itu.“Semoga mereka bisa menyelamatkan,” batin Rose berkata sambil menghebus napas kasar. Lalu ia menoleh ke samping, melihat Frankie yang terlihat tidak punya harapan untuk hidup.Di titik ini, Tuan Leo masuk kembali ke ruangan khusus pertemuan. Rose spontan mengulas senyum paksa.“Bagaimana? Sudah selesai?” tanya Tuan Leo sambil menarik kursi.“Sudah, Tuan. Terima kasih,” jawab Rose mengangguk sambil menyerahkan ponsel pada Tuan Leo.Tu
Rose dan Frankie mematung dengan wajah menegang. Lidahnya mengaga, tetapi tak mampu mengeluarkan satu suarapun. Hanya hembusan napas dan detakan jantung yang terdengar begitu jelas. Mereka bisu setelah mengetahui fakta yang bagai mimpi buruk untuk hidup mereka.Rose dan Frankie tidak menyangka bahwa selama ini orang yang dianggapnya bodoh adalah orang terhebat di dunia. Levon adalah Tuan Leo yang menyamar sebagai cleaning service di perusahaannya sendiri. Tidak ada yang menduga bahwa pemilik perusahaan Leo Group selama ini adalah seseorang yang yang dekat dengan semua orang. Dia adalah Levon, si cleaning service yang sering dihina dan direndahkan.“Rose? Papa? Ada apa dengan kalian? Mengapa kalian memanggilku lagi? Padahal aku belum membunuh Tuan Leo.” Levon berpura-pura sangat khawatir. Ia memasang wajah konyol dan bodoh seperti biasanya.Tubuh Rose dan Frankie bergetar dengan hebat. Bahkan meja di hadapannya sedikit bergetar akibat kedua tangan mer
Di apartemen Katerine dan Angelina bersiap-siap berangkat ke gedung kejagung, penjara terbesar di New York.Ketika Angelina membuka pintu apartemen, di luar ada dua pria bertopeng yang menunggu.“Utusan Tuan Leo? Ada apa?” tanya Angelina, yakin dua pria bertopeng itu bukan Tuan Leo karena dilihat dari postur tubuhnya lebih pendek dari Sang Tuan.“Ya, Nona. Saya disuruh Tuan Leo untuk memberikan ini,” jawab salah satu pria bertopeng sambil memberikan dua pakaian serba hitam beserta topengnya.“Untuk kami? Untuk apa?” tanya Angelina penasaran, sambil menerima dua pakaian serba hitam beserta topengnya.“Semua orang yang memiliki hubungan dengan Tuan Leo, harus mengenakan pakaian ini sampai Rose dan Frankie dihukum mati. Karena apapun bisa terjadi. Di luar sana pasti ada orang yang berusaha membebaskan Rose dan Frankie. Dan mungkin saja mereka mengincar nyawa kalian untuk mengalihkan fokus Tuan Leo. Jadi pakail
Rose dan Frankie sudah terlihat tenang dan pasrah menghadapi hukuman yang sebentar lagi akan dilaksanakan. Mereka juga didampingi oleh seorang rohaniawan untuk menghilangkan rasa takut yang berlebihan. “Apakah Tuhan akan mengampuni semua dosaku?” tanya Frankie dengan air mata yang semakin deras mengalir. Ia sangat menyesali segala kejahatan yang pernah dilakukan. Jika diberi kesempatan, ia ingin menebus dosanya dengan menjadi orang baik. “Tuhan pasti mengampuni semua dosa manusia, jika manusia itu benar-benar menyesali segala dosa-dosa yang pernah ia lakukan,” jawab Rohaniawan dengan suara lembut dan menenangkan. Di tempat berbeda, Rose juga menangis. Ia ingin diberikan kesempatan kedua untuk memperbaiki segalanya. “Aku belum siap mati. Aku takut Tuhan akan menghukumku. Katakan pada Tuan Leo untuk menunda hukumanku,” pinta Rose mengatupkan kedua tangan di dada sambil menangis terisak-isak. “Jika hati Nona tulus, menyesali segala dosa-dos
Levon pergi dari ruangan Rose dan langsung menyuruh beberapa petugas lapas untuk memberi makan kepada istrinya. “Dan jangan lupa sesuai dengan rencana,” titah Levon mengulas senyuman licik, dan petugas itu pun mengangguk paham. Tak butuh waktu lama, dua orang petugas lapas mengantarkan beberapa hidangan ke ruangan Rose. “Silahkan makan,” ucap salah satu petugas lapas dengan ekspresi sangat dingin sambil meletakkan hidangan di atas meja. “Terima kasih, Tuan,” balas Rose mengulas senyuman terbaiknya, dan dua petugas lapas itu pergi ke luar tanpa berpamitan. Rose memulai menyantap hidangan dengan sangat cepat. Ia sudah tidak sabar ingin segera bercinta dengan Levon. “Aku harus berusaha,” gumam Rose tersenyum penuh arti, setelah makan. Di menit selanjutnya, dua petugas lapas datang kembali. Mereka langsung membereskan piring kotor. “Terima kasih, Tuan.” ujar Rose dengan ramah, tetapi dua petugas itu tidak merespon dan
Setelah Rose dan Frankie dinyatakan sudah meninggal, Levon masuk ke dalam untuk melihat raga istri dan mertuanya. “Selamat jalan, Rose. Selamat jalan, Papa. Aku sudah memaafkan semua perbuatan kalian ... Beristirahatlah dengan tenang! Kini kalian sudah tidak merasakan beban hidup lagi. Semoga Tuhan mengampuni dosa kalian.” Levon mengucapkan dengan hati tulus sambil melihat Rose dan Frankie secara bergantian. “Mandikan jenasah mereka. Kita makamkan hari ini juga.” titah Levon, lalu ia pergi meninggalkan ruangan dan menghampiri Pulisic. “Pulisic apakah kau sudah menghubungi semua kerabat mereka?” tanya Levon dengan wajah serius. Pulisic mengangguk, “Sudah, Tuan. Tapi tidak ada satu pun yang ingin mengiri jenasah mereka ke pemakaman. Kerabat mereka sudah memasrahkan urusan ini pada Negara.” “Apakah mereka tidak ingin melihat Rose dan Frankie untuk terakhir kalinya?” tanya Levon memastikan. Hingga saat ini, tidak ada satu pun kerabat Rose dan Fran
Keesokan harinya Levon dengan pakaian bertopeng, pergi bersama Amelia dan Pulisic ke perusahaan industri kimia, Washington. Levon meresmikan secara simbolis, penyerahan kepemilikan perusahaan industri kimia kepada Katerine, pewaris sah yang sebenarnya. Setelah menerima penyerahan perusahaan, Katerine tak kuasa menahan tangis. Ia langsung memeluk kedua orang tuanya, “Papa, Mama, maafkan katerine. Bertahun-tahun lamanya keluarga kita menderita karena Katerine. Maafkan Katerine, Pa, Ma.” “Ini sudah takdir Tuhan, nak. Jangan menyalahkan dirimu,” ucap Harry lembut sambil mengelus punggung Katerine. “Jangan bersedih. Lupakan segalanya, masa lalu biarlah berlalu. Sekarang kita menatap masa depan bersama,” imbuh Enola menahan tangis sambil mengelus rambut Katerine. “Terima kasih, Pa. Terima kasih, Ma.” Katerine semakin memeluk erat kedua orang tuanya. Bertahun-tahun Katerine dihantui rasa bersalah, akhirnya penantian itu berakhir. Perusahaan yang dire
Semua orang yang ada di meja makan, terdiam dan kaget melihat kemarahan berlebihan yang ditunjukkan Amelia pada Angelina. Padahal barusan sepupu Tuan Leo itu menerbitkan senyuman, tetapi justru kini tiba-tiba tatapannya sangat menyeramkan. Ada apa? “Amelia?” panggil Levon dengan suara sedikit tegas, tetapi Amelia menghiraukan dan tetap menatap Angelina dengan tatapan mata menyala. “Nona? Mengapa Nona tiba-tiba marah padaku? Apa saya berbuat kesalahan? Apa saya berbuat kesalahan? Jika sikap saya kurang baik dan menyinggung Nona, Saya minta maaf.” Angelina berkata dengan lembut sambil mengatupkan kedua tangan di dada. Lalu ia duduk kembali ke kursi dan menunduk dalam. Ia tidak takut menatap mata menyala milik Amelia, tetapi ia menghormati sepupu Tuan Leo dengan menundukkan kepala dan menunggu jawaban. Mungkin saja sikapnya barusan sudah menyinggung perasaan Amelia. “Kau sudah melewati batasan, Angelina. Kau--” Belum sempat Amelia mendamprat Angeli
Air mata Angelina mengalir deras, menumpahkan semua kesedihannya. Kalimatnya barusan diucapkan secara sadar. Ia siap mati, Jika dengan nyawanya bisa membuat Amelia kembali ke jalan yang Sementara itu, Amelia sangat terkejut. Tanpa dugaannya sama sekali, Angelina mengetahui identaitasnya. “Nona Amelia? Aku Ketty ... Namaku Ketty, bukan Nona Amelia,” ucap Amelia masih belum mengaku. “Sudahlah, Nona. Buka topengmu. Jika kau ingin membunuhku, silahkan saja. Aku tidak akan melawannnya,” kata Angelina pasrah. Amelia mulai cemas. Ia mulai curiga bahwa Angelina datang bersama dengan Levon dan orang-orang kepercayaannya. “Aku bukan Nona Amelia!” teriak Amelia. “Aku Ketty ... Aku memanggilmu kesini untuk menyelesaikan masalahku. Tapi kau justru berpihak pada wanita itu.” Amelia masih mempertahankan penyamarannya. Lalu ia berjalan cepat ke arah sudut pintu. Ia melihat layar pengintai aktifitas di luar, depan dan sekitar kamarnya. Tidak ada siapa-siapa, batinnya. Lalu ia kembali memutar ba
“Sayang sekali, padahal kue ini sangat enak,” ucap Amelia sambil meletakkan kue itu ke wadahnya“Em kalau begitu, makanlah,” kata Angelina setengah mengetes.“Ah aku sudah kenyang ... aku sudah banyak menghabiskan kue ini,” kilah Amelia tersenyum paksa, menutupi rasa kesalnya.“Ow ya, Ketty. Rumahmu dimana?” tanya Angelina.“Hemmm dekat dengan mansion Tuan Leo,” jawab Amelia.“Apa Tuan Leo mengenalmu?” tanya Angelina memancing.“Emmm tidak ... Tuan Leo tidak mengenalku,” kilah Amelia. “ow ya lanjutkan pembahasan yang tadi ... Jadi bagaimana menurutmu? Apa aku harus mengalah?”“Terkadang kita harus mengalah demi kebahagiaan orang yang kita cintai,” jawab Angelina bijak. “Tapi aku tidak sudi wanita iblis itu merebut orang yang aku cintai ... Hanya aku yang pantas mendampinginya, bukan wanita iblis itu,” respon Amelia sedikit emosi. Tatapan tajamnya mulai diperlihatkan pada Angelina. “tunggu ... Apa itu artinya kau mendukung wanita itu merebut pujaan hatiku?” tanyanya.Angelina menghela
“Ya, Tuan.” Angelina mengangguk dengan tatapan serius “aku siap kehilangan nyawa asal Nona Amelia kembali menjadi orang baik. Karena aku memang salah.”Mendengar itu, Levon terharu. Ia menatap Angelina dengan tatapan bangga. Jack dan teman-temannya pun merasakan hal yang sama.“Aku tidak salah memilih calon istri ...” ucap Levon dengan tatapan lembut. Lalu ia mengambil ponsel Angelina. “Aku tidak akan membiarkan calon istriku celaka.”Angelina meneteskan air mata, lalu ia spontan memeluk Levon.“Tuan, aku stress. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku ingin sekali menjadi istri Tuan, tapi disisi lain ... aku kasihan pada Nona Amelia. Aku tidak mau merebut Tuan darinya,” kata Angelina menangis dalam pelukan Levon. Lalu ia melepas pelukannya dan mendongak menatap penuh arti pada calon suaminya itu. “Menikahlah saja dengan Nona Amelia, Tuan.”“Aku menyayangi Amelia. Dia adikku, dan selamanya statusnya tidak berubah ... Sementara kau, Angel. Kau adalah calon istriku,” respon Levon tersenyu
Dengan pakaian khas pria bertopeng, Amelia menunggu di salah satu kamar apartemen British, kira-kira jarak tempuhnya sekitar satu jam dari apartemen Hoston. Amelia sudah menyelipkan sebuah pisau di sela-sela lubang sofa. Ia juga mencampurkan racun di makanan ringan berupa kue keju yang ada di atas meja. “Leo sudah berbohong padaku, Angelina tidak pulang ke Washington.” Angelina sangat marah, ia sudah tidak sabar ingin bertemu gadis itu dan segera membunuhnya. “Aku pastikan hari adalah hari terakhirnya bisa bernapas!” Sementara itu, Jack bergerak cepat setelah menerima pesan dari Levon. Ia melacak nomor ponsel yang diberikan Sang Tuan. “kamar nomor 987,” ucap temannya pada Jack setelah berhasil melacak keberadaan pemilik nomor itu. Jack dan teman-temannya menyusuri setiap lorong, menaiki lift untuk sampai ke kamar teratas yang ada di apartemen British. Salah satu di antara mereka menyamar sebagai cleaning service, namanya Sancho. TOK! TOK! Sancho mengetok pintu kamar Amelia, se
Levon tampak duduk di kursi ruangan makan yang ada di apartemen Hoston. Ia sudah janjian dengan Angelina untuk makan bersama.“Hem dia sangat cantik,” gerutu Levon ketika melihat Angelina datang. Ia memandangi penampilan gadis itu dari atas sampai bawah. Kecantikannya sangat natural.“Tuan sudah menunggu lama?” tanya Angelina sambil menarik kursi makan yang menghadap Levon.“Hemm dua menit yang lalu,” jawab Levon. lalu ia memanggil waitress“Mau makan apa, Angel?” tanya Levon, Angelina pun mengamati daftar menu makanan dan minuman yang ada di hadapannya.“Tuna sandwich, terus minumannya emmm ...lemon tea.”“Dua tuna sandwich, dua lemon tea,” ulang Levon pada waitress yang berdiri di samping meja makan mereka.“Baik, mohon ditunggu.”Angelina terkekeh pelan, “Kenapa Tuan memesan menu yang sama?”“Karena sebent
Amelia turun dari atas dan bepura-pura tidak mengetahui apa-apa. Dengan mengenakan pakaian olaharaga, ia menghampiri mereka.“Hai,” sapa Amelia ramah. “Selamat pagi semuanya.”“Pagi,” jawab mereka bersamaan.“Mau kemana, nak?” tanya Emma perhatian. Sebenarnya ia merasa kasihan dan tidak tidak tega mendengar keputusan Levon mengirim sepupunya itu kembali ke Turki.“Mau olahraga, Anne,” jawab Amelia. “Ya udah dulu, lanjutkan obrolan kalian.”Amelia berjalan ke luar mansion. Ia ingin melarikan diri tanpa naik mobil karena orang-orang kepercayaan Levon ada dimana-mana.Pandangannya mengawasi sekitar jalan. Dirasa aman, ia meyetop taksi yang kebetulan lewat.“Nona Amelia?” tanya supir taksi itu setelah tahu siapa penumpangnya.“Hem antarkan aku ke toko pakaian terdekat,” titah Amelia. “cepat, aku terburu-buru.”“B
“Arg! Sial!” teriak Amelia menghempaskan tubuhnya ke kasur sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. Lalu ia berdiri lagi dan mulai merusak barang-barang miliknya di kamar itu.“Leo!” teriaknya lagi penuh emosi. Kali ini ia mengacak-acak sprei kasur. “Apa kau menginginkan aku mati? Kenapa kau tak mencegahku, Leo? Kenapa kau malah mengantar wanita iblis itu pulang?”Angelina sangat marah karena setelah mengirim video itu, Levon justru tidak panik dan berusaha datang menemuinya.“Leo!” teriakannya lebih kencang hingga suaranya serak. “gara-gara wanita iblis itu, kau jauh dariku!”Sementara itu Levon sudah sampai di mansion. Kedatangannya ditemui Emma.“Leo kenapa pulang? Dimana Angel? Bukannya kau mengantarkan Angel ke Washington?” tanya Emma cemas.“Tidak, Anne. Leo mengantarnya ke apartemen Hoston. Sementara waktu dia lebih baik tinggal di sana sampai keadaan di mans
Amelia mengirimkan sebuah video yang memperlihatkan dirinya sedang melakukan aksi percobaan bunuh diri dengan cara memakan serbuk sabun cuci.“Ada apa, Leo?” tanya Emma sekilas melihat perubahan ekspresi wajah Levon.“Hem tidak ada apa-apa, Anne,” kilah Levon. Beruntung ia barusan menekan mute suara di ponselnya.“Hem Anne kira ada sesuatu.”Levon menggelengkan kepala. Lalu pandangannya bergeser ke arah Angelina. “Ow ya, Angel. Aku akan mengantarmu pulang.”“Tidak perlu, Tuan. Aku minta bantuan pada Fred saja,” respon Angelina menolak. Ia berusaha menghindar dari Levon.“Biarlah Levon yang mengantarmu pulang, Angel,” kata Emma.“Tidak perlu ....” Angelina berhenti berbicara ketika Emma menatapnya dengan isyarat dirinya tidak boleh menolak dihantar Levon. “Baik, Anne.”Malam ini aja aku menuruti permintaan Anne. Setelah ini aku akan m
“Nona, jangan lakukan itu.” Yang tadinya Angelina diam seribu bahasa, akhirnya bersuara. Tatapannya penuh rasa bersalah. “Aku tidak akan menerima perjodohan ini. Maafkan aku ... aku gadis yang tidak tahu diri. Seharusnya dari dulu aku tidak hadir dalam keluarga Tuan Leo.” “Jika kau menyadari semua kesalahanmu, pergilah sekarang juga!” bentak Amelia pada Angelina dengan sorot mata tajam. “Jika kau tidak ingin melihatku mati, pergilah sejauh mungkin dan jangan perlihatkan wajahmu lagi! Kalau perlu pindah Negara!” Angelina meneteskan air mata, “Baik, Nona. Aku akan pergi dari kehidupan Tuan Leo. Aku akan menjauh dari Tuan Leo ... Maafkan semua kesalahanku. Sejujurnya aku tidak pernah punya niat merebut Tuan Leo dari Nona.” Angelina pun berlari ke kamarnya dengan tangisan, sedangkan sedari tadi tatapan tajam Levon tetap menyorot pada Amelia. “Menikahlah denganku, Leo. Aku janji akan menjadi istri yang baik untukmu,” ucap Amelia dengan buliran tangisan, me