"Kurang ajar. Dia telah membuat aku dalam masalah yang besar!" maki Arya dalam hatinya.Arya, setelah kabur dari kepungan para pendekar yang ada di perguruan naga hitam berhenti sejenak di hutan yang berada tak jauh dari kota Bangau."Seharusnya aku tidak kabur, ini malah membuat aku jadi buronan mereka, dan sekarang sudah pasti aku disalahkan akan kematian Ki Unda," ucap Arya.Arya melesat dengan ilmu meringankan tubuhnya, dan berniat tinggalkan kota Bangau. Tapi saat sudah cukup jauh, Arya hentikan gerakannya."Tapi bagaimana dengan Ratih dan Banda," gumam Arya.Arya saat akan melarikan diri, ingat dengan dua orang yang dipercayakan pada dirinya, dan itu jelas akan mengganggu Arya."Sialan! Sudah pasti mereka akan disalahkan atas kaburnya diriku," ucap Arya.Arya menjadi dilema, tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Arya ingin kabur dan mencari cara bersihkan namanya, tapi di lain pihak dia juga tidak mungkin biarkan Ratih dan Banda berada dalam masalah yang besar."Aku tidak mungk
Ratih dan Banda kaget dengan hadirnya sosok yang tidak dapat mereka kenali karena gelapnya ruangan itu.Tapi, meskipun Banda tidak kenal, dia tetap berteriak meminta agar mereka berdua dibebaskan dari ruangan itu."Dibebaskan katamu? Apa kau tidak berpikir jika apa yang dilakukan rekan kalian itu sebuah kesalahan yan sangat berat," kata sosok yang berdiri di depan pintu itu.Banda dan Ratih diam, tapi jelas mereka memaki dalam hati, karena sesuatu yang bukan kesalahan mereka, kini di limpahkan di pundak mereka."Bawa penerangan kemari!" teriak sosok itu.Seorang murid perguruan naga hitam membawa lilin yang sudah cukup menerangi ruangan gelap gulita itu."Ki Barata!" desis Banda."Ini memang diriku, kenapa?" tanya Ki Barata."Kau tidak akan dapatkan apa-apa dari kami," ucap Ratih"Aku tidak akan meminta apa-apa pada kalian, aku hanya ingin tahu, siapa pemuda yang bersama kalian?" tanya Ki Barata."Dia bernama Arya, kami juga tidak kenal baik dengannya. Hanya saja guru menyuruh dia unt
"Kau ingin melarikan diri dari masalah, atau kau ingin cari alasan anak muda?" tanya Nyai Sri dengan ucapan yang sinis."Untuk apa? Aku memang ingin mencari kebenaran, dan ungkap pelaku yang sebenarnya," ucap Arya."Pelaku sebenarnya, adalah dirimu. Tidak usah mencari alasan untuk tutupi semua perbuatan mu itu!" bentak Ki Lemur."Tidak, bukan aku pelakunya, jadi aku tidak akan diam saja," kata Arya.Setelah ucapkan itu, Arya keluarkan pisau pendek yang dia masih dia pegang saat Ki Barata berikan padanya."Senjata ini bukanlah, milikku!" ucap Arya."Kau hanya ingin mencari alibi saja anak muda, apapun yang kau katakan, itu tidak akan ubah jika kau adalah pelaku pembunuh Ki Unda," kata Ki Lemur tidak peduli meskipun Arya sudah tunjukkan pisau jika dia tidak terbukti pembunuh Ki Unda. "Terlalu mudah kau mengatakan jika kau bukan pembunuh Ki Unda anak muda, pisau itu bisa saja kau bawa dari mana saja untuk samarkan pembunuhan itu," lanjut Nyai Sri menimpali perkataan Ki Lemur.Arya diam,
Huppppp!!Satu tubuh hitam jauh meninggalkan perguruan naga hitam, dia menggunakan topeng yang menutupi wajahnya, sehingga wajahnya terlihat lain, bukan wajah asli yang dia miliki."Kijang emas, jika aku mendapatkan kijang emas itu, kemampuan yang aku miliki akan bertambah berkali lipat," ucap sosok itu.Sosok itu terus membelah hutan, dan kini dia sampai di hutan yang tak terlalu jauh dari kerajaan Malaya."Dimana keberadaan kijang emas itu?" gumamnya.Kepalanya celengak-celenguk mencari keberadaan kijang emas yang akhir-akhir ini santer jadi perbincangan istana."Aku tidak merasakan bau dari bunga mawar, karena yang aku tahu itu tanda jika kijang emas itu ada di sekitar tempat ini," ucap sosok itu.Huppppp!Sosok itu melayang ke udara, dan mencari dari udara. Tapi tetap saja dia tidak menemukan keberadaan dari kijang emas itu."Eh ... Sepertinya aku merasakan ada gerakan di dalam hutan!"Sosok itu menyembunyikan keberadaan aura dan hawa kekuatan yang dia miliki, dan dia bersembunyi
Dengan menyelinap, Ki Barata keluar dari ruangan yang jadi ruangan yang dia gunakan untuk sementara waktu.Ki Barata bergerak cepat, gerakannya cepat dan tidak terlihat oleh orang dengan mudahnya.Dia mendekati ruangan sepi yang di tempati oleh Banda, dan itu jelas tanpa pengawalan.Dari belakang, Ki Barata mencari jalan masuk, dan dengan satu kekuatan besar Ki Barata hancurkan pintu belakang."Siapa kau?' bentak Banda yang kaget karena hadirnya seseorang di ruangannya. Dan datang dari belakang."Aku Malaikat mautmu," jawab Ki Barata.Banda kaget, dan sudah terlalu sering dia dihajar di ruangan itu, membuatnya semakin ketakutan."Jangan dekat denganku, aku tidak melakukan kesalahan apapun!" kata Banda."Aku tahu, aku sudah tahu semuanya. Karena aku dalang dari semua ini," kata Ki Barata."Apa maksudmu? Kau siapa?" tanya Banda.Ki Barata tersenyum, dan dia sedikit menunjukkan wajahnya pada Banda."Ketua Barata?" desis Banda kaget."Apa .. apa maksud semua ini, ketua?" tanya Banda bingu
"Apakah kita tetap ke perguruan naga hitam di malam seperti ini, Ki?" tanya nyai Sri pada Ki Lemur."Sepertinya tidak bagus bertamu dimalam seperti ini, aku rasa sebaiknya kita bermalam di tengah hutan ini saja, sekalian melihat apakah pemuda itu mendekat ke arah tempat ini," jawab Ki Lemur."Baik, aku setuju!"Dua guru dari dua perguruan itu memutuskan untuk bermalam di tengah hutan, hal yang biasa mereka lakukan sebelum mereka menjadi ketua perguruan yang mereka kuasai saat ini.Saat semuanya sudah tenang bersantai, saat itulah mereka semua mengendus bau yang begitu harum."Bau bunga mawar, apa maksudnya ini?" ucap nyai Sri."Aku juga tidak paham, nyai!" kata Ki Lemur.Nyai Sri dan Ki Lemur saling pandang, dan seolah memiliki pemikiran yang sama."Apakah kabar itu nyata?" kata Ki Lemur."Bisa jadi Ki, kalau tidak, tidak mungkin bau ini sampai terendus hidung kita," kata nyai Sri.Ki Lemur menatap nyai Sri."Jadi apa yang akan kita lakukan?" "Tidak ada. Aku yakin meskipun kita melih
"kenapa kalian kembali nyai?" tanya Ki Barata saat melihat nyai Sri dan Ki Lemur kembali ke perguruan naga hitam."Kenapa ketua? Apakah itu salah?" tanya Ki Lemur."Tidak, sama sekali tidak," jawab Ki Barata."Ada apa dengan mu, Ki? Kau sepertinya tidak sehat," kata nyai Sri."Aku tidak tahu, aku merasa tubuhku sedang tidak bagus, mungkin pengaruh dari ilmu baru yang aku pelajari," jawab Ki Barata berbohong."Hahaha! Kau memang selalu bersemangat jika mendapatkan kemampuan baru Ki," puji Ki Lemur."Dunia persilatan sedang dalam ancaman orang yang akan datang dari negeri Burma, tidak ada salahnya jika kau berlatih sekarang," kata Ki Barata."Kau benar Ki!"Nyai Sri menatap Ki Lemur, dan Ki Lemur memberikan tanda agar nyai Sri ungkapkan tujuan mereka datang."Sesungguhnya kami bertemu dengan pemuda itu, dan dia mengatakan jika bukan dia pelaku pembunuhan Ki Unda," kata nyai Sri."Bukan dia? Jadi maksudnya ada orang lain, begitu?" tanya Ki Barata."Sudah pasti dia hanya ingin membela di
Arya yang ada di atas sebatang pohon memperhatikan, dan terus saja mengawasi dari jauh.Saat dia melihat murid Ki Lemur dan nyai Sri membopong dua mayat, Arya merasa heran."Mayat siapa itu?" ucap Arya dalam hatinya.Arya mencoba melihat dari jauh, dan kaget saat melihat jika mayat itu adalah mayat Ratih dan Banda."Apa? Dia juga membunuh Ratih dan Banda?" ucap Arya dengan urat kepala yang menegang.Amarah Arya sudah sampai pada ubun-ubun kepanya dan dia sudah tidak dapat memaafkan Ki Barata."Aku pastikan hari ini kau tewas," kata Arya.Arya menunggu hingga nyai Sri dan Ki Lemur jauh. Setelah itu Arya mendatangi perguruan naga hitam."Kalian semua! Keluarlah!" teriak Arya saat dia berada di halaman perguruan naga hitam.Puluhan murid perguruan naga hitam berlarian dan mengepung Arya.Huppppp!Herda, ataupun yang berwajah Ki Barata melompat dari ruangan paling atas perguruan naga hitam.Bammmmmmm!!Begitu dia menjejak di tanah, Arya langsung berikan satu tendangan yang sangat keras ya
Di dalam ruangan Tetua Chu Cai, Ki Barata dan pemilik rumah megah itu duduk dengan posisi yang berhadapan."Sungguh satu keberhasilan karena kita bisa mendapatkan tubuh es bulan!" kata Tetua Chu Cai."Iya, dan aku rasa kau harus mengambil kekuatan es bulan itu, Chu Cai!" kata Ki Barata. "Kau tidak ingin kekuatan di tubuh gadis itu, Barata?" tanya Tetua Chu Cai."Bagaimana mungkin aku tidak inginkan tubuhnya? Namun elemen yang aku miliki tidak bisa memiliki tubuh es bulan itu! Aku memiliki elemen api, dan itu pasti berlainan elemen dengan tubuh es bulan itu!" kata Ki Barata. "Kau benar juga, Barata!" kata Tetua Chu Cai."Aku tidak ingin melepaskan kesempatannya kita untuk hidup abadi, setelah ini bantu aku menemui seseorang, dia memiliki tubuh petir!" kata Ki Barata. "Pemilik tubuh petir juga sudah terlihat?" kata Tetua Chu kaget. "Iya, dan aku yakin, pemuda itu akan datang kemari! Dia mengenal pemilik tubuh bulan es itu!" kata Ki Barata. "Tenang saja, setelah aku kuasai kemampuan
Tetua Chu Cai membawa Ki Barata, dan Intan ke sebuah bangunan yang sangat besar, dan megah. Dan itu tak ubahnya sebuah istana yang indah. "Kau tinggal di sini, Chu Cai?" tanya Ki Barata tidak percaya. "Hahahaha, apakah kau pikir aku akan duduk tenang, dan tak mencari harta? Itu tidak mungkin, Barata!" kata Tetua Chu Cai."Tapi semua ini tidak mungkin bisa kau dapatkan hanya dalam waktu yang singkat!" kata Ki Barata. "Bodoh, tiga puluh tahun bukan waktu yang singkat!" kata Tetua Chu Cai."Tetap saja, untuk kumpulkan harta sebanyak ini tidak mungkin bisa dilakukan hanya dalam waktu tiga puluh tahun saja!" kata Ki Barata."Lupakan soal itu, untuk saat ini kau dan dia tinggal di sini! Anggap ini rumahmu juga!" kata Tetua Chu Cai."Luar biasa!" kata Ki Barata yang masih tidak bisa menutupi rasa kagum akan pencapain Tetua Chu Cai itu.Saat Tetua Chu Cai datang, belasan pelayan datang dan mereka berikan hormat pada Tetua Chu Cai, pemilik rumah besar itu."Siapkan dua kamar di lantai atas!
Dua ekor kuda dengan penunggang kuda yang terlihat adalah pasangan kakek dan cucunya sama-sama memacu kuda mereka dengan kecepatan yang tinggi. Orang yang ada di depan, selemah lelaki tua yang seluruh rambutnya sudah memutih, namun itu tak membuat pergerakan lelaki tua itu dalam mengendalikan kudanya terlihat lemah. Dan di sampingnya, seorang gadis cantik dengan pakaian kuning, dan rambut yang panjang, dia berada tepat di samping lelaki tua itu. Keduanya sama-sama memacu kuda, dan sama-sama menuju ke satu tujuan yang mungkin hanya lelaki tua itu akan kemana tujuan mereka. Kedua orang itu adalah, Ki Barata, dan Intan. Yang mana saat ini Intan sudah sepenuhnya percaya pada Ki Barata. Hingga akhirnya, mereka berdua tiba di sebuah padang rumput yang cukup hijau dan luas. "Ini tempatnya!" kata Ki Barata dan hentikan laju kudanya. Ki Barata yang berhenti secara tiba-tiba membuat Intan bingung, dan ia menatap ke arah lelaki tua itu. "Ki Barata, kenapa kita berhenti?" tanya Intan."Ak
Setelah mengetahui kalau Arya diutus oleh Putri Gut, Ketua Noat tidak memiliki pilihan, dan mau tak mau dia menerima kedatangan anak muda itu di perguruan yang ia pimpin itu.Ketua Noat membawa Arya ke sebuah ruangan, dan mereka duduk berhadapan dalam situasi yang tegang. Satu hal lain yang membuat Ketua Naot bersedia menerima kedatangan Arya karena dia sudah merasakan kekuatan anak muda itu. Ketua Noat ikut merasakan getaran karena kekuatan dari teriakan Arya itu, dan itulah juga jadi alasan yang membuat ia menerima kedatangan Arya "Katakan apa yang diinginkan oleh Putri Gut dari aku?" tanya Ketua Noat. "Yang Pertama, aku minta maaf, karena sudah memaksa Ketua Besar untuk menerima diriku di sini!" kata Arya. Permintaan maaf Arya itu membuat Ketua Noat tersenyum, dan ketegangan itu langsung hilang karena sikap sopan dari anak muda itu. "Kemudian yang kedua, tuan putri tidak meminta apa-apa dari ketua, tapi aku membutuhkan beberapa jawaban dari pertanyaan yang ingin aku ajukan pa
Dengan kuda yang dia tunggangi, Arya melesat meninggalkan hutan, dan ia memilih untuk ikuti jalan yang ada di depannya.Arya beruntung karena jalan itu merupakan jalan tunggal, dan jalan satu-satunya yang ia lalui hingga ia tak merasa bingung selama dalam perjalanan itu.Satu hari satu malam Arya berada dalam perjalanan, dan yang dia lalui hanya jalanan tanpa pernah melihat sebuah desa apalagi sebuah kota. "Apakah di negeri ini tidak ada kota atau sebuah desa?" kata Arya bingung akan hal itu. Bahkan saat hari akan sore, Arya tetap tidak melihat sebuah desa, padahal ia sudah butuh tempat yang tenang untuk istirahat."Manusia!" kata Arya. Di kejauhan, mata Arya melihat ada dua orang yang sedang berjalan kaki, dan Arya memilih untuk mendatangi mereka. Arya segera turun dari atas kudanya, dan mendekati kedua orang itu."Mohon maaf, apakah ada desa yang dekat do sekitar hutan ini?" tanya Arya. "Tidak ada anak muda! Tapi jika kau ingin istirahat, kau bisa datangi Perguruan Mawar Kuning
Kusir Kereta Kuda yang membawa Putri Gut terus memacu kereta kuda itu hingga mereka masuk ke dalam hutan. Arya yang berada di bagian belakang kereta kuda itu semakin curiga, dan ia yakin kalau kusir kereta itu tidak bisa untuk dipercaya."Kita istirahat!" teriak Arya dan memacu kuda hingga berada di samping Kusir Kereta Kuda itu."Tidak bisa, kita harus keluar dari hutan ini, barulah kita istirahat!" kata Kusir Kereta Kuda itu. "Kita harus istirahat!" kata Arya. Namun Kusir Kereta Kuda itu masih saja memaksa kuda yang menarik kereta kuda untuk berlari, hingga mereka sampai di tengah-tengah hutan itu. "Baiklah, kita istirahat!" kata Kusir Kereta Kuda dan ia menarik tali pekana kuda.Huppppp!!Dan setelah itu, dia melompat dari kursi kusir kereta kuda, dan ia memperlihatkan ilmu meringankan tubuh yang cukup tinggi. "Siapa kau sebenarnya?" tanya Arya ingin tahu. Kecurigaan pada Kusir Kereta Kuda itu semakin besar, dan itu membuat Arya jadi waspada."Keluar kalian semua!" teriak Kus
Beberapa hari setelah Ki Barata dan Intan sampai di Negeri Burma, kapal yang membawa Putri Gut dan pengawalnya, serta Arya pun tiba Negeri yang cukup besar itu. "Mari kita turun, Arya! Setelah itu kita akan lanjutkan perjalanan menggunakan kereta kuda!" kata Putri Gut. "Baik, Tuan Putri!" kata Arya. Putri Gut kembali kenakan topeng untuk menutupi wajahnya, dan itu dia lakukan untuk mengurangi masalah karena wajahnya yang cukup cantik dan menarik perhatian orang-orang."Cari sebuah kamar penginapan, aku akan istirahat sebelum kita lanjutkan perjalanan ke ibu kota!" kata Putri Gut pada salah satu pengawalnya. "Baik, Tuan Putri!" kata salah satu pengawalnya dan segera mencari penginapan yang pantas untuk Putri Kedua dari Raja Burma itu. Putri Gut menunggu, dan memilih untuk duduk di sebuah kursi yang kosong, yang mana dua pengawal, dan Arya mengawasi Putri Gut. Tidak berapa lama, pengawal yang mencari kamar itu kembali datang, dan ia katakan kalau sudah menyewa kamar untuk tempat i
Selama dalam perjalanan menuju Negeri Burma, Arya selalu saja berada di geladak kapal, dan menunggu kapan mereka akan tiba di Negeri itu. "Dari keterangan yang diberikan oleh Baju Kijang Emas, masih ada empat baju pelindung yang harus aku cari, dan keberadaan baju pelindung itu ada dua di Negri Burma! Aku harap menemukan petunjuk tentang hal itu!" kata Arya. Arya merasa mendatangi Negeri Burma merupakan sebuah takdir, dan ia yakin dia baju pelindung yang ada di Negeri Burma pun pasti ditakdirkan untuk dia miliki. Saat Arya menatap ke arah lautan, saat itulah Putri Gut datang dan berdiri di samping anak muda itu."Apa yang kau pikirkan, Arya?" tanya Putri Gut. "Sudah jelas aku memikirkan sahabatku, Tuan Putri! Aku harus mencari dia," kata Rangga Satria."Aku akan berikan kau sedikit petunjuk!" kata Putri Gut."Petunjuk apa itu, Tuan Putri?" tanya Arya. "Datangi Perguruan Mawar Kuning, jumpai Ketua Noat, dia pasti tahu sesuatu!" kata Putri Gut. "Dimana Perguruan Mawar Kuning itu,
Peerempuan berkerudung kuning itu keluar dari kedai bersama dengan pengawalnya.Ke tujuh orang dengan warna kulit yang cukup berbeda dengan penduduk negeri Malaya itu memasuki kedai yang lain."Mana orangnya?" tanya perempuan itu."Itu tuan putri!" jawab panglima Cun dan menunjuk nakhoda Rundi.Perempuan itu mendekati nakhoda Rundi dan duduk tanpa diminta."Apakah tuan nakhoda yang akan membawa kapal menuju negeri Burma?" tanya perempuan itu."Benar nona, apa nona rekan dari dia?" tanya nakhoda Rundi menujuk panglima Cun."Benar! Dan aku yang menyuruh dia untuk mencari kapal, apakan benar jika kapal itu ada, tapi kekurangan penumpang?" tanya perempuan itu."Benar nona, bahkan sampai sekarang baru satu penumpang yang akan menuju negeri Burma, tidak mungkin aku berangkat hanya dengan tujuh atau delapan penumpang saja, kecuali kalian membayar lebih," kata nakhoda Rundi."Berapa yang kau inginkan?" tanya perempuan berkerudung kuning itu."Berapa ya? Aku tidak dapat memastikan berapa nona,