"kenapa kalian kembali nyai?" tanya Ki Barata saat melihat nyai Sri dan Ki Lemur kembali ke perguruan naga hitam."Kenapa ketua? Apakah itu salah?" tanya Ki Lemur."Tidak, sama sekali tidak," jawab Ki Barata."Ada apa dengan mu, Ki? Kau sepertinya tidak sehat," kata nyai Sri."Aku tidak tahu, aku merasa tubuhku sedang tidak bagus, mungkin pengaruh dari ilmu baru yang aku pelajari," jawab Ki Barata berbohong."Hahaha! Kau memang selalu bersemangat jika mendapatkan kemampuan baru Ki," puji Ki Lemur."Dunia persilatan sedang dalam ancaman orang yang akan datang dari negeri Burma, tidak ada salahnya jika kau berlatih sekarang," kata Ki Barata."Kau benar Ki!"Nyai Sri menatap Ki Lemur, dan Ki Lemur memberikan tanda agar nyai Sri ungkapkan tujuan mereka datang."Sesungguhnya kami bertemu dengan pemuda itu, dan dia mengatakan jika bukan dia pelaku pembunuhan Ki Unda," kata nyai Sri."Bukan dia? Jadi maksudnya ada orang lain, begitu?" tanya Ki Barata."Sudah pasti dia hanya ingin membela di
Arya yang ada di atas sebatang pohon memperhatikan, dan terus saja mengawasi dari jauh.Saat dia melihat murid Ki Lemur dan nyai Sri membopong dua mayat, Arya merasa heran."Mayat siapa itu?" ucap Arya dalam hatinya.Arya mencoba melihat dari jauh, dan kaget saat melihat jika mayat itu adalah mayat Ratih dan Banda."Apa? Dia juga membunuh Ratih dan Banda?" ucap Arya dengan urat kepala yang menegang.Amarah Arya sudah sampai pada ubun-ubun kepanya dan dia sudah tidak dapat memaafkan Ki Barata."Aku pastikan hari ini kau tewas," kata Arya.Arya menunggu hingga nyai Sri dan Ki Lemur jauh. Setelah itu Arya mendatangi perguruan naga hitam."Kalian semua! Keluarlah!" teriak Arya saat dia berada di halaman perguruan naga hitam.Puluhan murid perguruan naga hitam berlarian dan mengepung Arya.Huppppp!Herda, ataupun yang berwajah Ki Barata melompat dari ruangan paling atas perguruan naga hitam.Bammmmmmm!!Begitu dia menjejak di tanah, Arya langsung berikan satu tendangan yang sangat keras ya
Herda melesat meninggalkan perguruan naga hitam, dan saat sudah mendekati kota bangau, Herda membuang topeng wajah Ki Barata."Dengan ini namaku akan bersih dari segala tuduhan, semua orang akan salah ketua barada jika semuanya ketahuan," kata Herda dengan senyum jahat."Tapi aku tetap harus mencari keberadaannya ketua, Kalau tidak bisa-bisa masalah akan semakin besar, dan jelas ketua akan bingung, nantinya," kata Herda.Herda tidak memulihkan kondisinya, tapi dia melesat menuju kota gajah, dia tahu ke arah kota itulah Ki Barata mencari kijang emas yang amat dia dambakan itu.***Jauh di sekitar hutan yang menjadi wilayah kota gajah, Ki Barata masih terus awasi tiga orang yang sudah berlari jauh dari pandangannya.Ki Barata menjaga jarak, dan tidak mau mendekati rombongan kecil itu."Aku pasti akan mendapatkan kijang emas itu, apapun caranya kijang emas itu harus jadi milikku," kata Ki Barata.Ki Barata melihat tiga orang itu hentikan langkah mereka, dan bicara cukup keras."Apakah be
"Tahan amarahmu, aku akan jelaskan semuanya," kata Ki Lemur yang mulai merasakan kekuatan besar dari Ki Resta."Jelaskan, atau kau akan jadi kambing hitam bagi amarah ini," kata Ki Resta dan lepaskan kerah baju Ki Lemur."Pembunuh kedua muridmu adalah orang kau percayakan membawa mereka ke perguruan naga hitam," kata Ki Lemur."Arya!" desis Ki Resta."Benar, dia juga sudah membunuh Ki Unda. Alasan dia membunuh muridmu adalah untuk tutupi identitas dirinya," kata Ki Lemur memutusakn sendiri.BAMMMMMMM!Ki Resta tidak dapat lagi menahan amarahnya, dan tanah yang berada di bawah kakinya, jadi sasaran kemarahan dari Ki Resta."Kurang ajar! Dia mencari masalah denganku, baik. Aku akan berikan dia masalah," kata Ki Resta dengan marah yang tak tertahan.Api dendam sudah merasuki jiwa Ki Resta, dendam pada Arya."Aku akan mencari bocah itu, aku pastikan dia akan tewas," kata Ki Resta."Jangan sekarang Ki, sebaiknya semayamkan dulu mayat kedua muridmu ini, setelah itu kita cari sama-sama anak
Arya secara diam-diam ikuti Ki Lemur dan nyai Sri yang membawa mayat Banda dan Ratih. "Sialan, apa aku akan dapatkan masalah besar dari seluruh perguruan? Jika ini terjadi aku akan jadi pelarian," ucap Arya.Dan di hadapan Arya juga terlihat bagaimana terpukulnya Ki Resta dengan kematian dua murid yang sudah dia didik dari kecil itu."Ki Resta seseorang yang baik, aku tidak ingin membuat masalah ataupun bertarung dengan dia, tapi sepertinya tidak mungkin terhindarkan," kata Arya dalam hatinya."Sebaiknya aku mencari jalan keluar dari negeri ini, itu jalan terbaik. Aku akan kembali ke pulau ular." Huppppp.Arya meninggalkan hutan di kegelapan malam. Tinggalkan hutan yang dipenuhi dengan amarah.Di hutan itu, suasana memang sangat panas, udara yang dingin tidak mampu menutupi api amarah yang keluar dari tubuh Ki Resta."Sebaiknya tenangkan dirimu, Resta. Kita cari cara untuk menangkap pemuda itu," kata guru Harada."Dia kuat!" kata nyai Sri."Tidak, dia tidak sekuat itu, aku akan tang
"Apa yang terjadi guru?" tanya salah satu murid Ki Resta.Mata Ki Resta merah menatap muridnya, tidak suka dengan pertanyaan itu, dan itu membuat murid Ki Resta bergidik ketakutan. Belum pernah mereka melihat mata tajam seperti yang baru saja di perlihatkan Ki Resta pada mereka."Guru! Kami ingin jawaban, apa yang terjadi sesungguhnya? Apa terjadi pada Ratih dan Banda?" tanya murid Ki resta lagi.Ki Resta menatap muridnya yang bertanya. Dan seperti sebelumnya, tatapan Ki Resta sanga tajam menakutkan."Saudara kalian dibunuh oleh orang yang aku percayai, dan aku akan membunuh dia," ucap Ki Resta.Ketiga murid Ki Resta yang tersisa kaget. Tapi mereka tidak mungkin dapat berbuat apa-apa."Kalian semua kembalilah ke rumah kalian. Mulai hari ini perguruan ini aku bubarkan, aku akan melakukan apapun yang ingin aku lakukan," kata Ki Resta."Kapan kami akan kembali?" "Kembali? Tidak akan ada kata kembali, kalian bukan muridku lagi," kata Ki Resta."Tapi guru!""Jangan panggil aku guru lagi,
"Aku tidak paham maksud Ki Bonggol?" ucap Arya."Tidak perlu kau tahu untuk saat ini, nanti kau akan tahu sendiri," jawab Ki Bonggol."Jadi apa yang harus kau lakukan untuk membersihkan namaku?" tanya Arya."Itu juga akan kau tahu jika saatnya tiba," ucap Ki Bonggol.Tok tok tok.Saat mereka bicara cukup serius, pintu rumah Ki Bonggol diketuk, dan itu membuat Arya menjadi tegang."Sebaiknya kau bersembunyi," kata Ki Bonggol.Arya angguk kepala, dan memilih untuk ikuti saran ki Bonggol. Ki Bonggol membuka pintu, dan menyuruh masuk orang yang mengetuk pintu rumahnya."Ki Barong, ada apa?" tanya Ki Bonggol."Ada masalah yang lebih besar lagi," kata Ki Barong."Masalah yang lebih besar, apa itu? Mari kita bicara di dalam," ajak Ki Bonggol.Orang yang di panggil Ki Barong itu masuk, meskipun dia tidak ingin masuk tapi dia tetap menerima ajakan Ki Bonggol."Ada apa? Masalah apa yang kau katakan itu?" tanya Ki Bonggol."Si tangan maut sudah kembali," kata Ki Barong."Apa? Kau jangan asal bic
Ki Barata mencoba mundur, dan menenangkan Ki Resta yang sudah kalap setelah kematian dua muridnya.Ki Resta yang sempat jadi harapan di golongan putih kini sudah kembali pada dirinya di masa lalu. Si tangan maut.Bammmmmmm!Terjadi benturan keras antara Ki Barata dan si tangan maut, dan itu cukup kuat, bahkan sampai mengguncang perguruan naga hitam.Ki Barata terpukul mundur, sementara Ki Resta mampu bertahan."Tidak salah memang kau dianggap pendekar nomor satu saat ini Ki Barata, kau mampu menahan jurus pukulan maut dari ku!" kata si tangan maut."Pukulan maut! Itukah pukulan yang sempat gemparkan dunia persilatan tiga puluh tahun yang lalu?" gumam Ki Barata.Ki Resta kembali berbuat menyerang, tapi Ki Barata mencoba menahan ki Resta."Tahan Ki! Apa kau pikir aku diam saja dengan kematian muridmu, aku terluka karena pemuda itu," kata Ki Barata berbohong."Benarkah itu?" ucap Ki Resta sangat sinis."Untuk apa kau berbohong Ki," kata Ki Barata mencoba untuk tidak meneruskan pertarunga
Di dalam ruangan Tetua Chu Cai, Ki Barata dan pemilik rumah megah itu duduk dengan posisi yang berhadapan."Sungguh satu keberhasilan karena kita bisa mendapatkan tubuh es bulan!" kata Tetua Chu Cai."Iya, dan aku rasa kau harus mengambil kekuatan es bulan itu, Chu Cai!" kata Ki Barata. "Kau tidak ingin kekuatan di tubuh gadis itu, Barata?" tanya Tetua Chu Cai."Bagaimana mungkin aku tidak inginkan tubuhnya? Namun elemen yang aku miliki tidak bisa memiliki tubuh es bulan itu! Aku memiliki elemen api, dan itu pasti berlainan elemen dengan tubuh es bulan itu!" kata Ki Barata. "Kau benar juga, Barata!" kata Tetua Chu Cai."Aku tidak ingin melepaskan kesempatannya kita untuk hidup abadi, setelah ini bantu aku menemui seseorang, dia memiliki tubuh petir!" kata Ki Barata. "Pemilik tubuh petir juga sudah terlihat?" kata Tetua Chu kaget. "Iya, dan aku yakin, pemuda itu akan datang kemari! Dia mengenal pemilik tubuh bulan es itu!" kata Ki Barata. "Tenang saja, setelah aku kuasai kemampuan
Tetua Chu Cai membawa Ki Barata, dan Intan ke sebuah bangunan yang sangat besar, dan megah. Dan itu tak ubahnya sebuah istana yang indah. "Kau tinggal di sini, Chu Cai?" tanya Ki Barata tidak percaya. "Hahahaha, apakah kau pikir aku akan duduk tenang, dan tak mencari harta? Itu tidak mungkin, Barata!" kata Tetua Chu Cai."Tapi semua ini tidak mungkin bisa kau dapatkan hanya dalam waktu yang singkat!" kata Ki Barata. "Bodoh, tiga puluh tahun bukan waktu yang singkat!" kata Tetua Chu Cai."Tetap saja, untuk kumpulkan harta sebanyak ini tidak mungkin bisa dilakukan hanya dalam waktu tiga puluh tahun saja!" kata Ki Barata."Lupakan soal itu, untuk saat ini kau dan dia tinggal di sini! Anggap ini rumahmu juga!" kata Tetua Chu Cai."Luar biasa!" kata Ki Barata yang masih tidak bisa menutupi rasa kagum akan pencapain Tetua Chu Cai itu.Saat Tetua Chu Cai datang, belasan pelayan datang dan mereka berikan hormat pada Tetua Chu Cai, pemilik rumah besar itu."Siapkan dua kamar di lantai atas!
Dua ekor kuda dengan penunggang kuda yang terlihat adalah pasangan kakek dan cucunya sama-sama memacu kuda mereka dengan kecepatan yang tinggi. Orang yang ada di depan, selemah lelaki tua yang seluruh rambutnya sudah memutih, namun itu tak membuat pergerakan lelaki tua itu dalam mengendalikan kudanya terlihat lemah. Dan di sampingnya, seorang gadis cantik dengan pakaian kuning, dan rambut yang panjang, dia berada tepat di samping lelaki tua itu. Keduanya sama-sama memacu kuda, dan sama-sama menuju ke satu tujuan yang mungkin hanya lelaki tua itu akan kemana tujuan mereka. Kedua orang itu adalah, Ki Barata, dan Intan. Yang mana saat ini Intan sudah sepenuhnya percaya pada Ki Barata. Hingga akhirnya, mereka berdua tiba di sebuah padang rumput yang cukup hijau dan luas. "Ini tempatnya!" kata Ki Barata dan hentikan laju kudanya. Ki Barata yang berhenti secara tiba-tiba membuat Intan bingung, dan ia menatap ke arah lelaki tua itu. "Ki Barata, kenapa kita berhenti?" tanya Intan."Ak
Setelah mengetahui kalau Arya diutus oleh Putri Gut, Ketua Noat tidak memiliki pilihan, dan mau tak mau dia menerima kedatangan anak muda itu di perguruan yang ia pimpin itu.Ketua Noat membawa Arya ke sebuah ruangan, dan mereka duduk berhadapan dalam situasi yang tegang. Satu hal lain yang membuat Ketua Naot bersedia menerima kedatangan Arya karena dia sudah merasakan kekuatan anak muda itu. Ketua Noat ikut merasakan getaran karena kekuatan dari teriakan Arya itu, dan itulah juga jadi alasan yang membuat ia menerima kedatangan Arya "Katakan apa yang diinginkan oleh Putri Gut dari aku?" tanya Ketua Noat. "Yang Pertama, aku minta maaf, karena sudah memaksa Ketua Besar untuk menerima diriku di sini!" kata Arya. Permintaan maaf Arya itu membuat Ketua Noat tersenyum, dan ketegangan itu langsung hilang karena sikap sopan dari anak muda itu. "Kemudian yang kedua, tuan putri tidak meminta apa-apa dari ketua, tapi aku membutuhkan beberapa jawaban dari pertanyaan yang ingin aku ajukan pa
Dengan kuda yang dia tunggangi, Arya melesat meninggalkan hutan, dan ia memilih untuk ikuti jalan yang ada di depannya.Arya beruntung karena jalan itu merupakan jalan tunggal, dan jalan satu-satunya yang ia lalui hingga ia tak merasa bingung selama dalam perjalanan itu.Satu hari satu malam Arya berada dalam perjalanan, dan yang dia lalui hanya jalanan tanpa pernah melihat sebuah desa apalagi sebuah kota. "Apakah di negeri ini tidak ada kota atau sebuah desa?" kata Arya bingung akan hal itu. Bahkan saat hari akan sore, Arya tetap tidak melihat sebuah desa, padahal ia sudah butuh tempat yang tenang untuk istirahat."Manusia!" kata Arya. Di kejauhan, mata Arya melihat ada dua orang yang sedang berjalan kaki, dan Arya memilih untuk mendatangi mereka. Arya segera turun dari atas kudanya, dan mendekati kedua orang itu."Mohon maaf, apakah ada desa yang dekat do sekitar hutan ini?" tanya Arya. "Tidak ada anak muda! Tapi jika kau ingin istirahat, kau bisa datangi Perguruan Mawar Kuning
Kusir Kereta Kuda yang membawa Putri Gut terus memacu kereta kuda itu hingga mereka masuk ke dalam hutan. Arya yang berada di bagian belakang kereta kuda itu semakin curiga, dan ia yakin kalau kusir kereta itu tidak bisa untuk dipercaya."Kita istirahat!" teriak Arya dan memacu kuda hingga berada di samping Kusir Kereta Kuda itu."Tidak bisa, kita harus keluar dari hutan ini, barulah kita istirahat!" kata Kusir Kereta Kuda itu. "Kita harus istirahat!" kata Arya. Namun Kusir Kereta Kuda itu masih saja memaksa kuda yang menarik kereta kuda untuk berlari, hingga mereka sampai di tengah-tengah hutan itu. "Baiklah, kita istirahat!" kata Kusir Kereta Kuda dan ia menarik tali pekana kuda.Huppppp!!Dan setelah itu, dia melompat dari kursi kusir kereta kuda, dan ia memperlihatkan ilmu meringankan tubuh yang cukup tinggi. "Siapa kau sebenarnya?" tanya Arya ingin tahu. Kecurigaan pada Kusir Kereta Kuda itu semakin besar, dan itu membuat Arya jadi waspada."Keluar kalian semua!" teriak Kus
Beberapa hari setelah Ki Barata dan Intan sampai di Negeri Burma, kapal yang membawa Putri Gut dan pengawalnya, serta Arya pun tiba Negeri yang cukup besar itu. "Mari kita turun, Arya! Setelah itu kita akan lanjutkan perjalanan menggunakan kereta kuda!" kata Putri Gut. "Baik, Tuan Putri!" kata Arya. Putri Gut kembali kenakan topeng untuk menutupi wajahnya, dan itu dia lakukan untuk mengurangi masalah karena wajahnya yang cukup cantik dan menarik perhatian orang-orang."Cari sebuah kamar penginapan, aku akan istirahat sebelum kita lanjutkan perjalanan ke ibu kota!" kata Putri Gut pada salah satu pengawalnya. "Baik, Tuan Putri!" kata salah satu pengawalnya dan segera mencari penginapan yang pantas untuk Putri Kedua dari Raja Burma itu. Putri Gut menunggu, dan memilih untuk duduk di sebuah kursi yang kosong, yang mana dua pengawal, dan Arya mengawasi Putri Gut. Tidak berapa lama, pengawal yang mencari kamar itu kembali datang, dan ia katakan kalau sudah menyewa kamar untuk tempat i
Selama dalam perjalanan menuju Negeri Burma, Arya selalu saja berada di geladak kapal, dan menunggu kapan mereka akan tiba di Negeri itu. "Dari keterangan yang diberikan oleh Baju Kijang Emas, masih ada empat baju pelindung yang harus aku cari, dan keberadaan baju pelindung itu ada dua di Negri Burma! Aku harap menemukan petunjuk tentang hal itu!" kata Arya. Arya merasa mendatangi Negeri Burma merupakan sebuah takdir, dan ia yakin dia baju pelindung yang ada di Negeri Burma pun pasti ditakdirkan untuk dia miliki. Saat Arya menatap ke arah lautan, saat itulah Putri Gut datang dan berdiri di samping anak muda itu."Apa yang kau pikirkan, Arya?" tanya Putri Gut. "Sudah jelas aku memikirkan sahabatku, Tuan Putri! Aku harus mencari dia," kata Rangga Satria."Aku akan berikan kau sedikit petunjuk!" kata Putri Gut."Petunjuk apa itu, Tuan Putri?" tanya Arya. "Datangi Perguruan Mawar Kuning, jumpai Ketua Noat, dia pasti tahu sesuatu!" kata Putri Gut. "Dimana Perguruan Mawar Kuning itu,
Peerempuan berkerudung kuning itu keluar dari kedai bersama dengan pengawalnya.Ke tujuh orang dengan warna kulit yang cukup berbeda dengan penduduk negeri Malaya itu memasuki kedai yang lain."Mana orangnya?" tanya perempuan itu."Itu tuan putri!" jawab panglima Cun dan menunjuk nakhoda Rundi.Perempuan itu mendekati nakhoda Rundi dan duduk tanpa diminta."Apakah tuan nakhoda yang akan membawa kapal menuju negeri Burma?" tanya perempuan itu."Benar nona, apa nona rekan dari dia?" tanya nakhoda Rundi menujuk panglima Cun."Benar! Dan aku yang menyuruh dia untuk mencari kapal, apakan benar jika kapal itu ada, tapi kekurangan penumpang?" tanya perempuan itu."Benar nona, bahkan sampai sekarang baru satu penumpang yang akan menuju negeri Burma, tidak mungkin aku berangkat hanya dengan tujuh atau delapan penumpang saja, kecuali kalian membayar lebih," kata nakhoda Rundi."Berapa yang kau inginkan?" tanya perempuan berkerudung kuning itu."Berapa ya? Aku tidak dapat memastikan berapa nona,