"Apa yang kau lakukan?" bentak Arya sambil pegang kepalanya yang menerima hantaman dari kayu di tangan gadis itu."Sebaiknya kau pergi dari sini, aku tidak ingin kau berada di rumah ini," usir gadis itu."Intan! Apa yang kau katakan, dia tamu nenek," kata nyai Rara dan menarik tangan gadis itu untuk duduk di sampingnya."Tamu? Kenapa nenek mau menerima tamu, dia pembunuh nek, Intan sudah lihat lihat sketsa wajahnya bersebaran di desa," ucap gadis itu."Sebaiknya kau duduk, dia bukan pembunuh," kata Ki Bonggol dengan suara yang tertahan di tenggorokannya.Intan mengalah, dia tidak tahu kenapa dia mengalah pada lelaki tua yang bicara itu, seolah ada ikatan bathin antara dia dengan Ki Bonggol."Nek! Siapa dia?" tanya Intan berbisik pada nyai Rara."Tanyakan saja sendiri, dia pasti akan jawab," jawab nyai Rara."Aku adalah kakekmu intan, ayah dari ibumu," jawab Ki Bonggol menjawab pertanyaan Intan yang bertanya pada nyai Rara."Kakek? Ayah ibu?" tanya Intan tidak yakin dan dia malah mena
Arya merasa jika perkataan Intan sangat membingungkan bagi dirinya, dia tidak percaya dengan ucapan Intan."Aku tidak mengerti yang kau katakan, Intan?" tanya Arya."Kakek sudah katakan jika kau bersedia membawa aku ke negeri lingga, dan kau bersedia menjagaku, aku berpikir itu sama dengan kita dijodohkan," kata Intan."Aku harap jangan berpikir terlalu jauh, saat ini pikiranku bukan itu, tapi hal yang lain," kata Arya."Hal lain? Apa itu?" tanya Intan."Yang paling utama adalah membereskan masalah di desa Hursa ini," ucap Arya."Terus?""Menyelesaikan semua masalah yang aku buat di negeri ini."Intan tidak teruskan lagi, gadis berusia muda itu memahami semua alasan Arya dan tidak memaksakan kehendaknya pada Arya."Sekarang kau keluarlah dari kamar ini, aku mau istirahat, dan akan cari siapa dalang dari semua masalah di desa ini," kata Arya mengusir intan dengan tegas.Dengan wajah menunduk, Intan keluar dari kamar yang harusnya menjadi kamar dia dan Arya, tapi dia paham alasan Arya.
Juragan Barsah, dua tahun yang lalu. Desa Hursa. Kala itu desa Hursa masih memiliki hutan yang luas di seluruh dan sekeliling desa itu.Di tengah kota Hursa itu tumbuh dan besar dua orang yang bersaudara. Seorang gadis dan seorang pemuda yatim piatu.Si gadis bernama Rodia dan si pemuda bernama Guntur. Keduanya merupakan saudara kandung yang hidup miskin di desa itu.Suatu hari, Juragan Barsah mendatangi rumah kecil mereka dan mau tidak mau mereka harus memberikan waktu untuk Juragan itu bicara."Guntur! Aku tahu jika kau dan Rodia adalah saudara kandung, dan aku dengan hati yang bersih ingin membebaskan kalian dari kemiskinan," kata juragan Barsah.Guntur diam, dia dalam hati tahu apa yang dipikirkan oleh juragan Barsah, dan dia jelas akan menolak apa yang diinginkan oleh juragan itu."Aku ingin menjadikan adikmu menjadi istriku, apakah kau akan berikan padaku?" tanya Juragan Barsah pada Guntur.Seperti yang sudah dalam tebakan Guntur, Juragan Barsah akan meminta adiknya, dan dia jel
Gggrrrr!Makhluk jejadian itu mengeram pada Juragan Barsah dan menatap tajam dengan mata merahnya.Whussssss!!Makhluk jejadian itu menyerang ke arah Juragan paling kaya di desa Hursa itu, dan memberikan satu pukulan yang mematikan.Plakkkkkk!!Tapi, diluar dugaan makhluk jejadian itu, Juragan Barsah mampu menahan serangan cepat nan kuat yang dia arahkan ke tubuh Juragan Barsah.Tidak hanya kaget, tubuh makhluk jejadian itu juga terlempar ke belakang, dia terlihat kalah adu tenaga dalam melawan Juragan Barsah.Hahahaha!"Apa kau pikir aku tidak memiliki kemampuan makhluk bodoh? Itu tidak mungkin. Aku juragan Barsah, sudah jelas jika aku menyimpan sesuatu untuk melawan musuh yang tidak suka padaku. Seperti dirimu itu, makhluk bodoh," ejek Juragan Barsah pada makhluk jejadian itu.Gggrrrr!Kali ini makhluk jejadian itu kembali mengeram jahat, dia tidak terima dengan tertahannya serangan yang dia berikan pada juragan Barsah."Kau tidak memiliki kemampuan untuk menang melawan diriku, aku
Arya menjadi bingung, dia tidak tahu jika makhluk itu benar atau berbohong, tapi yang jelas Arya ingin tahu kebenaran yang sebenarnya."Semua yang dia katakan adalah kebohongan, itu tidak pernah aku lakukan!" teriak juragan Barsah semakin memberikan pembelaan pada dirinya, dan itu dia lakukan untuk menyelamatkan selembar nyawa yang dia miliki."Semua itu kebohongan!"Satu suara terdengar dari arah luar halaman juragan Barsah, dan itu adalah suara seorang lelaki berpakaian compang camping.Wajah lelaki itu sangat buruk dan menakutkan tapi jelas dimatanya terlihat api dendam yang begitu besar."Siapa kau? Jangan asal menuduh diriku?" teriak juragan Barsah yang merasa terpojok."Kau tidak mengenalku, Barsah? Coba lihat wajahku ini dengan baik!" ucap lelaki itu sambil menyibak rambut berantakan yang menutupi wajahnya.Mata juragan Barsah cukup melotot melihat wajah di balik rambut itu."Kau .. kau tidak mungkin hidup lagi, kau sudah mati!" teriak juragan Barsah sambil menunjuk ke arah ora
"kalau kau tak ingin mati, pergilah!" kata Arya pada Jadiman yang kaget dengan kehebatan Arya."Tapi tidak dengan dirimu, kau akan mati disini," lanjut Arya menunjuk pada makhluk jejadian yang mengeram menunjukkan taringnya.Hupppp!!Jadiman yang tidak ingin berurusan dengan Arya memilih untuk pergi, dan kabur dari halaman juragan Barsah meninggalkan Arya dan makhluk jejadian siluman harimau.Haaaaaaaaaaa!Tanpa banyak bicara Arya langsung bergerak menyerang makhluk jejadian siluman harimau, memberikan serangan cepat dan mematikan.Plakkkkkk!Siluman harimau yang berada di tubuh Guntur menahan, tapi dia tidak dapat menahan serangan besar dari tenaga dalam Arya."Sebaiknya biarkan aku membebaskan dirimu dari makhluk sesat itu, jangan ikuti keinginan salah dari makhluk itu," kata Arya pada orang yang menjadi wadah bagi siluman harimau itu.Gggrrrr!"Diam kau anak manusia, kau tidak tahu apa-apa. Dia sudah berjanji akan mati demi diriku," kata makhluk jejadian itu yang sudah semakin meng
Jauh dari desa Hursa, di sebuah bukit yang memiliki puncak yang rata, dan itu adalah puncak ilalang yang di kelilingi oleh hutan lebat.Di puncak bukit itu, belasan orang dengan usia yang tidak terlalu jauh berbeda mulai berdatangan dari segala penjuru bukit itu.Bukit itu adalah bukit kijang, bukit yang memang selalu digunakan golongan putih untuk berkumpul bersama.Kali ini pun mereka memutuskan untuk berkumpul bersama, itu untuk membahas kembalinya si tangan maut, Ki reksa yang sudah kembali ke jalan hitam.Guru Harada, orang yang memutuskan mengumpulkan seluruh golongan putih, dan beberapa golongan hitam yang menurutnya dapat di ajak kerja sama.Meskipun mendapatkan tentangan dari golongan putih, tapi guru Harada tidak peduli, dia hanya ingin masalah tentang di tangan maut segera di selesaikan."Guru Harada, apa Ki Barata juga akan datang?""Aku tidak tahu, aku sudah memberikan undangan cepat padanya, jika dia bergabung aku merasa kita akan memiliki kekuatan yang lebih besar lagi,
Whusssssssss!!Dari arah selatan tiba-tiba datang selarik cahaya hitam dengan kecepatan yang tinggi."MENGHINDAR!" teriak Guru Harada karena dia yang pertama melihat serangan jarak jauh itu.Tujuh pendekar di puncak bukit kijang itu melompat menghindar ke segala arah. Dan itu tepat waktu, saat itulah energi besar dari arah selatan itu datang menghantam tempat ke tujuh pendekar itu berdiri.Jledaaarrrrrrr!!Bukit kijang langsung berguncang dengan kuatnya, itu karena kuatnya ledakan dari tenaga dalam yang datang ke arah ke tujuh pendekar dari dua golongan itu."Siapa yang sudah menyerang kita? Berani sekali dia?" tanya Ki Turang sambil menatap ke arah guru Harada."Mana aku tahu, kan orangnya belum terlihat," kata guru Harada sambil angkat kedua bahunya."Apa kita tidak menyerang ke sana?" tanya Ki Indang.Tidak ada yang menjawab, mereka memilih tidak peduli dengan perkataan Ki Indang, mereka hanya melihat ke arah datang serangan yang baru saja mengguncang bukit kijang.Belum juga merek
Di dalam ruangan Tetua Chu Cai, Ki Barata dan pemilik rumah megah itu duduk dengan posisi yang berhadapan."Sungguh satu keberhasilan karena kita bisa mendapatkan tubuh es bulan!" kata Tetua Chu Cai."Iya, dan aku rasa kau harus mengambil kekuatan es bulan itu, Chu Cai!" kata Ki Barata. "Kau tidak ingin kekuatan di tubuh gadis itu, Barata?" tanya Tetua Chu Cai."Bagaimana mungkin aku tidak inginkan tubuhnya? Namun elemen yang aku miliki tidak bisa memiliki tubuh es bulan itu! Aku memiliki elemen api, dan itu pasti berlainan elemen dengan tubuh es bulan itu!" kata Ki Barata. "Kau benar juga, Barata!" kata Tetua Chu Cai."Aku tidak ingin melepaskan kesempatannya kita untuk hidup abadi, setelah ini bantu aku menemui seseorang, dia memiliki tubuh petir!" kata Ki Barata. "Pemilik tubuh petir juga sudah terlihat?" kata Tetua Chu kaget. "Iya, dan aku yakin, pemuda itu akan datang kemari! Dia mengenal pemilik tubuh bulan es itu!" kata Ki Barata. "Tenang saja, setelah aku kuasai kemampuan
Tetua Chu Cai membawa Ki Barata, dan Intan ke sebuah bangunan yang sangat besar, dan megah. Dan itu tak ubahnya sebuah istana yang indah. "Kau tinggal di sini, Chu Cai?" tanya Ki Barata tidak percaya. "Hahahaha, apakah kau pikir aku akan duduk tenang, dan tak mencari harta? Itu tidak mungkin, Barata!" kata Tetua Chu Cai."Tapi semua ini tidak mungkin bisa kau dapatkan hanya dalam waktu yang singkat!" kata Ki Barata. "Bodoh, tiga puluh tahun bukan waktu yang singkat!" kata Tetua Chu Cai."Tetap saja, untuk kumpulkan harta sebanyak ini tidak mungkin bisa dilakukan hanya dalam waktu tiga puluh tahun saja!" kata Ki Barata."Lupakan soal itu, untuk saat ini kau dan dia tinggal di sini! Anggap ini rumahmu juga!" kata Tetua Chu Cai."Luar biasa!" kata Ki Barata yang masih tidak bisa menutupi rasa kagum akan pencapain Tetua Chu Cai itu.Saat Tetua Chu Cai datang, belasan pelayan datang dan mereka berikan hormat pada Tetua Chu Cai, pemilik rumah besar itu."Siapkan dua kamar di lantai atas!
Dua ekor kuda dengan penunggang kuda yang terlihat adalah pasangan kakek dan cucunya sama-sama memacu kuda mereka dengan kecepatan yang tinggi. Orang yang ada di depan, selemah lelaki tua yang seluruh rambutnya sudah memutih, namun itu tak membuat pergerakan lelaki tua itu dalam mengendalikan kudanya terlihat lemah. Dan di sampingnya, seorang gadis cantik dengan pakaian kuning, dan rambut yang panjang, dia berada tepat di samping lelaki tua itu. Keduanya sama-sama memacu kuda, dan sama-sama menuju ke satu tujuan yang mungkin hanya lelaki tua itu akan kemana tujuan mereka. Kedua orang itu adalah, Ki Barata, dan Intan. Yang mana saat ini Intan sudah sepenuhnya percaya pada Ki Barata. Hingga akhirnya, mereka berdua tiba di sebuah padang rumput yang cukup hijau dan luas. "Ini tempatnya!" kata Ki Barata dan hentikan laju kudanya. Ki Barata yang berhenti secara tiba-tiba membuat Intan bingung, dan ia menatap ke arah lelaki tua itu. "Ki Barata, kenapa kita berhenti?" tanya Intan."Ak
Setelah mengetahui kalau Arya diutus oleh Putri Gut, Ketua Noat tidak memiliki pilihan, dan mau tak mau dia menerima kedatangan anak muda itu di perguruan yang ia pimpin itu.Ketua Noat membawa Arya ke sebuah ruangan, dan mereka duduk berhadapan dalam situasi yang tegang. Satu hal lain yang membuat Ketua Naot bersedia menerima kedatangan Arya karena dia sudah merasakan kekuatan anak muda itu. Ketua Noat ikut merasakan getaran karena kekuatan dari teriakan Arya itu, dan itulah juga jadi alasan yang membuat ia menerima kedatangan Arya "Katakan apa yang diinginkan oleh Putri Gut dari aku?" tanya Ketua Noat. "Yang Pertama, aku minta maaf, karena sudah memaksa Ketua Besar untuk menerima diriku di sini!" kata Arya. Permintaan maaf Arya itu membuat Ketua Noat tersenyum, dan ketegangan itu langsung hilang karena sikap sopan dari anak muda itu. "Kemudian yang kedua, tuan putri tidak meminta apa-apa dari ketua, tapi aku membutuhkan beberapa jawaban dari pertanyaan yang ingin aku ajukan pa
Dengan kuda yang dia tunggangi, Arya melesat meninggalkan hutan, dan ia memilih untuk ikuti jalan yang ada di depannya.Arya beruntung karena jalan itu merupakan jalan tunggal, dan jalan satu-satunya yang ia lalui hingga ia tak merasa bingung selama dalam perjalanan itu.Satu hari satu malam Arya berada dalam perjalanan, dan yang dia lalui hanya jalanan tanpa pernah melihat sebuah desa apalagi sebuah kota. "Apakah di negeri ini tidak ada kota atau sebuah desa?" kata Arya bingung akan hal itu. Bahkan saat hari akan sore, Arya tetap tidak melihat sebuah desa, padahal ia sudah butuh tempat yang tenang untuk istirahat."Manusia!" kata Arya. Di kejauhan, mata Arya melihat ada dua orang yang sedang berjalan kaki, dan Arya memilih untuk mendatangi mereka. Arya segera turun dari atas kudanya, dan mendekati kedua orang itu."Mohon maaf, apakah ada desa yang dekat do sekitar hutan ini?" tanya Arya. "Tidak ada anak muda! Tapi jika kau ingin istirahat, kau bisa datangi Perguruan Mawar Kuning
Kusir Kereta Kuda yang membawa Putri Gut terus memacu kereta kuda itu hingga mereka masuk ke dalam hutan. Arya yang berada di bagian belakang kereta kuda itu semakin curiga, dan ia yakin kalau kusir kereta itu tidak bisa untuk dipercaya."Kita istirahat!" teriak Arya dan memacu kuda hingga berada di samping Kusir Kereta Kuda itu."Tidak bisa, kita harus keluar dari hutan ini, barulah kita istirahat!" kata Kusir Kereta Kuda itu. "Kita harus istirahat!" kata Arya. Namun Kusir Kereta Kuda itu masih saja memaksa kuda yang menarik kereta kuda untuk berlari, hingga mereka sampai di tengah-tengah hutan itu. "Baiklah, kita istirahat!" kata Kusir Kereta Kuda dan ia menarik tali pekana kuda.Huppppp!!Dan setelah itu, dia melompat dari kursi kusir kereta kuda, dan ia memperlihatkan ilmu meringankan tubuh yang cukup tinggi. "Siapa kau sebenarnya?" tanya Arya ingin tahu. Kecurigaan pada Kusir Kereta Kuda itu semakin besar, dan itu membuat Arya jadi waspada."Keluar kalian semua!" teriak Kus
Beberapa hari setelah Ki Barata dan Intan sampai di Negeri Burma, kapal yang membawa Putri Gut dan pengawalnya, serta Arya pun tiba Negeri yang cukup besar itu. "Mari kita turun, Arya! Setelah itu kita akan lanjutkan perjalanan menggunakan kereta kuda!" kata Putri Gut. "Baik, Tuan Putri!" kata Arya. Putri Gut kembali kenakan topeng untuk menutupi wajahnya, dan itu dia lakukan untuk mengurangi masalah karena wajahnya yang cukup cantik dan menarik perhatian orang-orang."Cari sebuah kamar penginapan, aku akan istirahat sebelum kita lanjutkan perjalanan ke ibu kota!" kata Putri Gut pada salah satu pengawalnya. "Baik, Tuan Putri!" kata salah satu pengawalnya dan segera mencari penginapan yang pantas untuk Putri Kedua dari Raja Burma itu. Putri Gut menunggu, dan memilih untuk duduk di sebuah kursi yang kosong, yang mana dua pengawal, dan Arya mengawasi Putri Gut. Tidak berapa lama, pengawal yang mencari kamar itu kembali datang, dan ia katakan kalau sudah menyewa kamar untuk tempat i
Selama dalam perjalanan menuju Negeri Burma, Arya selalu saja berada di geladak kapal, dan menunggu kapan mereka akan tiba di Negeri itu. "Dari keterangan yang diberikan oleh Baju Kijang Emas, masih ada empat baju pelindung yang harus aku cari, dan keberadaan baju pelindung itu ada dua di Negri Burma! Aku harap menemukan petunjuk tentang hal itu!" kata Arya. Arya merasa mendatangi Negeri Burma merupakan sebuah takdir, dan ia yakin dia baju pelindung yang ada di Negeri Burma pun pasti ditakdirkan untuk dia miliki. Saat Arya menatap ke arah lautan, saat itulah Putri Gut datang dan berdiri di samping anak muda itu."Apa yang kau pikirkan, Arya?" tanya Putri Gut. "Sudah jelas aku memikirkan sahabatku, Tuan Putri! Aku harus mencari dia," kata Rangga Satria."Aku akan berikan kau sedikit petunjuk!" kata Putri Gut."Petunjuk apa itu, Tuan Putri?" tanya Arya. "Datangi Perguruan Mawar Kuning, jumpai Ketua Noat, dia pasti tahu sesuatu!" kata Putri Gut. "Dimana Perguruan Mawar Kuning itu,
Peerempuan berkerudung kuning itu keluar dari kedai bersama dengan pengawalnya.Ke tujuh orang dengan warna kulit yang cukup berbeda dengan penduduk negeri Malaya itu memasuki kedai yang lain."Mana orangnya?" tanya perempuan itu."Itu tuan putri!" jawab panglima Cun dan menunjuk nakhoda Rundi.Perempuan itu mendekati nakhoda Rundi dan duduk tanpa diminta."Apakah tuan nakhoda yang akan membawa kapal menuju negeri Burma?" tanya perempuan itu."Benar nona, apa nona rekan dari dia?" tanya nakhoda Rundi menujuk panglima Cun."Benar! Dan aku yang menyuruh dia untuk mencari kapal, apakan benar jika kapal itu ada, tapi kekurangan penumpang?" tanya perempuan itu."Benar nona, bahkan sampai sekarang baru satu penumpang yang akan menuju negeri Burma, tidak mungkin aku berangkat hanya dengan tujuh atau delapan penumpang saja, kecuali kalian membayar lebih," kata nakhoda Rundi."Berapa yang kau inginkan?" tanya perempuan berkerudung kuning itu."Berapa ya? Aku tidak dapat memastikan berapa nona,