Satu demi satu anak buah Ki Rangga mengepung perguruan mata kelelawar, dan itu tidak ada yang sadari karena semua yang ada dalam perguruan itu sedang pertarungan melawan orang yang datang menuntut peti yang di bawa sangga dan ketua Harda.Begitu Pertarungan selesai, mereka semua tersenyum puas, karena lawan mereka sudah meregang nyawa tidak berdaya melawan mereka.Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!Salah satu murid yang mendapatkan perintah tewas karena jarum beracun, dan suara ledakan juga terdengar dari belakang Perguruan mata kelelawar."Segera selamatkan perguruan kita!" teriak wakil ketua Danar.Tapi belum juga mereka bergerak, belasan orang muncul dan berdiri di tembok Perguruan itu dengan kokohnya."Kelompok teratai hitam!" desis wakil ketua Danar kaget.Bammmmmmmmm!!Kekagetan mereka semakin bertambah saat suara ledakan semakin keras terdengar dari belakang perguruan mereka.Dan, dari belakang bermunculan belasan orang lain yang memakai pakaian hitam.Huppppp!!Ki Rangga, ketua kelompok tera
Dengan melesat cepat menggunakan ilmu meringankan tubuhnya, Arya mendatangi perguruan mata kelelawar, dan sudah di depan perguruan itu."Kenapa sepi begini?" gumam Arya.Dengan pelan Arya mendorong pintu gerbang Perguruan mata kelelawar yang cukup tertutup dari luar."Apa yang terjadi disini?" ucap Arya tidak percaya.Di hadapan Arya, belasan mayat dan belasan tubuh yang terluka terbaring tidak ada yang mengurus.Arya masuk, dan berjalan di halaman perguruan yang baru kemarin terjadi pertarungan yang membuat perguruan itu jelas jatuh di mata dunia persilatan."Sesungguhnya apa yang sudah terjadi disini?" kata Arya.Arya melihat Ki Gondo yang juga terbaring karena luka dalam yang dia alami, tidak ada satu orang pun yang sehat di perguruan itu.Arya tidak tahu, saat pertarungan antara perguruan mata kelelawar dengan kelompok teratai hitam berakhir, anak murid dan guru pengajar yang masih hidup memilih untuk meninggalkan perguruan, dan mereka memilih meninggalkan guru dan saudara mereka
Arya yang meninggakan perguruan mata kelelawar memasuki kedai, dan mengawasi markas yang jadi tempat dari kelompok teratai hitam. Tapi saat Arya mengawasi rumah markas itu, mata Arya melotot melihat seorang lelaki yang memasuki kedai itu.Wajah Arya langsung merah karena amarah, lelaki itu yang menjadi awal dari Arya tidak menemukan siapapun lagi yang dia kenali.Dengan menahan rasa amarah Arya berjalan ke arah orang itu, dan duduk di depan mejanya. Serta duduk tanpa disuruh.Ki Pratap, orang yang dilihat oleh Arya mengerutkan dahinya saat Arya duduk di depan mejanya."Anak muda, Aku tidak memiliki niat untuk menjamu dirimu!" kata Ki Pratap."Siapa yang inginkan dijamu oleh lelaki keparat, seperti dirimu ini!" kata Arya.Ki Pratap semakin mengerutkan dahinya karena perkataan Arya, jelas jika Arya tidak suka padanya."Apa kita memiliki masalah anak muda?" tanya Ki Pratap."Mungkin aku tidak kenal diriku, tapi aku tidak pernah lupakan wajahmu!' ucap Arya.Ki Pratap semakin mencoba inga
"Kenapa Ki Pratap? Apa sekarang kau masih memiliki keyakinan?' ejek Arya.Ki Pratap yang baru saja merasakan salah satu jurus Arya menahan rasa geramnya."Aku pasti tetap akan menang! Aku sudah pernah kalahkan dirimu!' kata Ki Pratap."Itu dulu, sekarang sudah berbeda, ki Pratap!" kata Arya."Tidak ada yang berbeda, kau akan tetap akan aku ringkus!"Hiatttttt!!Ki Pratap yang sudah dipenuhi dengan emosi dan keinginan untuk memiliki tubuh petir miliki Arya menyerang.Seluruh tubuhnya sudah diselimuti aura hitam, aura dan kekuatan hitam yang dia miliki, dan aura itu mencoba menekan Arya.Haaaaaaaaaaa!!Arya berteriak keras, dan Arya juga keluarkan tekanan tenaga dalam yang menghantam tubuh Ki Pratap.Angin dari tekanan tenaga dalam saja sudah menerbangkan rambut ki Pratap, dan semakin menujukkan jika Arya sudah lagi lawan Ki Pratap.Tapi Ki Pratap tidak lagi memikirkan apapun, dia sangat inginkan tubuh Arya, tubuh yang sudah pernah dia kalahkan.Arya tersenyum melihat kekerasan hati ki
"Hei ... Apa yang kau lakukan?"Rekan dari penjaga pintu masuk tidak percaya jika Arya begitu mudah membunuh rekannya."Apa kau tidak lihat apa yang aku lakukan?" tanya Arya dengan tersenyum.Arya yang sudah melihat banyak kematian, kini mulai berubah sikap dalam menghadapi golongan hitam, jika dilawan dengan sikap lembut maka golongan hitam akan merendahkan, tapi jika Langung gunakan kekuatan maka mereka akan langsung ciut."Aku mencari ketua kalian!" kata Arya."Ketua tidak ada! Bunuh saja si sombong itu!"Anak buah Ki Rangga yang melihat Arya dengan mudahnya membunuh rekan mereka tidak peduli dengan pertanyaan Arya lagi. Mereka hanya ingin membunuh Arya, membalas kematian rekan mereka.Belasan orang yang merupakan anak buah penjaga berlari ke arah Arya.Pukulan petir!'Haaaaaaaaaaa!!Arya melepaskan pukulan jarak jauh yang begitu mematikan, dan pukulan itu bukan pukulan yang hanya akan menghantam satu orang saja, tapi pukulan itu seolah pukulan yany berantai yang menggosongkan anak
Dengan tangan yang diborgol rantai besi, Arya dibawa ke istana kerajaan Purawa. Dan itu membuat Arya bagaikan tahanan yang paling di cari di seluruh kerajaan Purawa.Tidak hanya itu, tangan Arya juga dibiarkan membawa kotak besi yang dia rebut dari Ki Rangga, dan itu semakin meyakinkan jika Arya adalah pencuri kotak itu."Siapa dia? Kenapa dia ditangkap? Apa dia pencuri kotak kerajaan itu?" Perkataan itu terasa panas di telinga Arya, tapi dia tidak peduli, dia hanya ingin membersihkan namanya, itulah mengapa Arya memilih menyerah.Di samping Arya, Patih Kuroda terus mendampingi Arya, baginya Arya tidak bersalah, karena Arya hanya membantu rekannya, dan tidak tahu apa-apa, itulah yang Patih Kuroda tahu."Apakah aku merasa tertekan karena perkataan warga kota?" tanya Patih Kuroda."Tidak, itu bagiku itu hal yang biasa!" jawab Arya."Baguslah! Dan satu lagi, maafkan aku jika kau akan di jembloskan ke dalam penjara!" kata Patih Kuroda."Aku tidak apa-apa tuan Patih! Seperti yang sudah ka
"Aku, Arya kek!" ucap Arya untuk membuang rasa penasaran tentang kebenaran perkataan lelaki itu."Panggil saja aku Ki Sena!" "Kakek sudah berapa lama disini?" tanya Arya."Aku tidak tahu, mungkin sudah sangat lama!" jawab Ki Sena."Apa yang kakek lakukan?" tanya Arya."Aku membunuh pangeran.""Apa? Kenapa kek?" tanya Arya kaget."Dia melakukan hal yang tidak baik pada putriku, dan dia tidak mau bertanggung jawab, malah dia membunuh putriku, jadi kematian lah yang pantas untuknya!" jawab Ki Sena."Sepertinya kakek senang di sini?" tanya Arya."Iya, aku memilih diam disini dari pada aku melihat kejahatan yang terjadi di luaran sana!" jawab Ki Sena.Arya memang melihat jika Ki Sena tidak terlihat menderita di penjara itu, bahkan dia terkesan sangat menikmati keadaan penjara bawah tanah itu."Kau, apa yang kau lakukan anak muda?" tanya Ki Sena."Aku dituduh mencuri kotak kerajaan," jawab Arya."Kotak? Jangan katakan kotak berwarna hitam bersimbol elang?" kata Ki Sena."Tidak salah lagi!"
"Aku ingin bicara dengan pemuda ini!" kata Resi Gunin dan menatap Arya."Denganku? Ada apa, tuan?" tanya Arya."Aku Resi Gunin, aku yang mengunci kotak itu, dan aku isi dengan kitab api dan juga peta menuju sebuah pusaka yang sangat menakutkan, pusaka pedang matahari! Pusaka yang juga disebut-sebut sebagai pusaka penghancur!" kata Resi Gunin.Arya diam dan, mendengarkan dengan seksama penjelasan dari Resi Gunin."Apakah kami bisa bicara empat mata?" tanya Resi Gunin pada empat orang yang ada disana."Dengan senang hati, kami akan berikan!" kata Raja Yuda."Mari ikut denganku!" kata Resi Gunin yang masih tetap membawa kotak besi berisi kitab api.Resi Gunin dan Arya berjalan-jalan di lapangan luas penjara bawah tanah itu, dan saat sampai di tengah lapangan luas itu, Resi Gunin diam dan duduk dengan melipat kedua kakinya. Dan Arya melakukan hal yang sama."Bagaimana kau bisa berjodoh dengan kitab api ini?" tanya Resi Gunin."Apa maksudnya, Resi?" tanya Arya."Aku juga tidak tahu kenapa
Ki Suro yang sudah angkat senjata untuk menebas kepala Adipati kaget, dia tidak menyangka akan ada yang hentikan dirinya."Siapa kau?" ucap Ki Suro yang jengah karena dia sudah melihat sedikit kemampuan Arya saat bertarung di babak kedua."Siapa aku? Aku adalah orang yang sudah menunggu kalian melakukan itu! Kau sudah tahu semua rencana kalian!" kata Arya."Apa? Jadi kau sengaja ikut kompetisi ini untuk menggagalkan rencana kami? tapi kau sudah terlambat!" kata Ki Suro.Haaaaaaaaaaa!!Ki Suro ayunkan pedangnya, dan siap menebas kepala Adipati Sudira."Ayah!!'Putri Kinar yang kini sudah berada dalam genggaman Ki Huni menjerit keras saat melihat pedang Ki Suro sudah berjalan ke leher ayahnya.Tapi saat pedang itu hanya beberapa helai dari leher adipati, satu kekuatan yang menyengat tubuh menahan tangan ki Suro. Tidak hanya menahan, tapi Ki Suro juga rasakan jika tubuhnya merasakan energi petir yang begitu kuat.Bukkkkkk!!Pedang di tangan Ki Suro jatuh, dan dia melangkah menjauh dari
Arya juga tidak ingin diketahui oleh prajurit kadipaten, sehingga Arya segera membawa Adipati Sudira kedalam kamarnya."Aku tidak ingin melukai mu, Adipati! Tapi aku hanya ingin memberikanmu peringatan!" kata Arya.Adipati Sudira tidak menjawab, baginya pemuda itu sungguh berani melakukan itu padanya."Besok, saat kompetisi dimulai lagi, kau sebaiknya hati-hati!" kata Arya."Hati-hati? Apa maksudnya?""Akan ada serangan! Dan kau harus hati-hati juga pada orang yang selama ini kau percayai!" ucap Arya."Ki Suro? Jangan memfitnah dia, dia adalah orang yang paling aku percayai di kadipaten ini!" kata Adipati Sudira tidak suka perkataan Arya."Terserah padamu, aku hanya memperingatkan dirimu saja, Adipati!" kata Arya.Adipati Sudira diam, dia masih tidak yakin jika Ki Suro akan berkhianat pada dirinya."Itu tidak mungkin!" kata Adipati Sudira tetap tidak percaya pada ucapan Arya."Terserah padamu, tapi sebaiknya jika memang kau tidak yakin, maka jaga putrimu!" kata Arya.Huppppp!!Setelah
Rajino yang seperti di perkirakan akan masuk ke babak selanjutnya. Tidak hanya Rajino tapi Damar, Panji serta rasta yang memang di unggulkan melaju ke babak berikutnya.Dari mereka semua memang ketiga perguruan yang ada di kota Tangkuban yang diunggulkan akan masuk dan salah satu dari mereka yang akan terpilih jadi panglima kadipaten Tangkuban itu.Hahahahah!Aku menang dengan mudah!"Seorang lelaki yang memakai topeng berdiri angkuh di atas pentas, kemampuan yang dimiliki lelaki itu cukup tinggi, bahkan bisa dikatakan jauh di atas lawan yang sudah melaju ke babak berikutnya.Sentot, itulah lelaki itu. Tidak ada yang tahu asal usul lelaki itu, tapi wajah Ki suro sumbringah saat melihat Sentot melaju ke babak yang selanjutnya.Satu persatu peserta terus melaju hingga saat sore datang, tidak ada lagi yang memasuki arena."Apakah masih ada yang ingin mencoba keberuntungan?" teriak Ki suro.Tidak ada jawaban, sampai matahari hampir terbenam."Baiklah! Jika tidak ada lagi maka akan aku tut
Panggung pertarungan yang seharusnya hanya panggung untuk tiga perguruan yang ada di kota Tangkuban, sepertinya akan jadi panggung untuk pendekar yang datang dari berbagai daerah.Dan hari ini adalah hari dimana kompetisi akan dimulai. Ki suro sebagai juru bicara dari Adipati Sudira sudah berdiri di atas pentas di tengah halaman rumah Adipati."Kompetisi kali ini adalah kompetisi yang bebas, asalkan dia dari golongan putih, dan masih di bawah usia empat puluh tahun maka akan diberikan kesempatan untuk menaiki pentas ini!" kata Ki suro.Semua orang mendengar perkataan Ki suro tanpa ada yang menyela perkataan dari kepercayaan Adipati itu."Aturan untuk menuju babak selanjutnya adalah, Jika seseorang sudah mengalahkan dua lawan secara berturut-turut maka dia akan melaju ke babak berikutnya, tapi jika hanya satu kali menang dan dia gagal menang pada pertarungan berikutnya, maka dia akan dianggap gagal!" kata Ki suro menjelaskan peraturan dari kompetisi itu.Ki suro terpaksa ambil langkah
"Kak Damar, aku sudah mengetahui tingkat kemampuan dari pemuda yang bernama rasta itu!" "Setinggi apa?" "Dia baru sampai pada pendekar langit saja, dan mungkin tingkat akhir." Hahahaha! "Itu mudah aku kalahkan!" jawab Damar. "Bagaimana dengan dua orang lainnya?" tanya Damar. "Keduanya masih bawah kemampuan orang yang berbakat di kota ini," "Bagus, artinya kesempatan untuk kuasai kota ini terbuka dengan lebar!" kata lelaki yang bernama Damar. "Benar kak Damar! Sangat besar kesempatan kakak jadi panglima di kota ini!" "Bagus, informasi ini akan sangat berguna nantinya, karena hanya sedikit yang akan mendaftar jadi Panglima kota ini!" kata Damar. "Benar kak Damar!" "Saatnya kita menuju kejayaan!" kata Damar. *** Seorang lelaki dengan wajah yang begitu halus berjalan di sekitar kota Tangkuban, dari Pakaian yang dia pakai, dia merupakan murid dari perguruan angin daun, perguruan ketiga di kota Tangkuban. Dia adalah Panji, pemuda yang juga akan ikut dalam kompe
Arya yang penasaran dengan identitas orang yang bicara disebelah kamarnya keluar, dan mencari siapa orang yang menyewa kamar itu, tapi Arya tidak menemukan jawaban apapun. Saat Arya akan memasuki kembali kamarnya, ia melihat dua orang yang sedang menunjuk kudanya, kuda gondola."Apa yang mereka inginkan dari kuda gondola?" gumam Arya.Arya keluar, dan dia mendengarkan pembicaraan dari orang itu secara tidak sengaja."Aku pemilik kuda itu!' ucap Arya.Dua orang yang tak lain adalah ketua Sembada dan murid kesayangannya, Rasta. Keduanya ingin jadikan kuda Arya sebagai kuda yang jadi tunggangan Rasta di kompetisi pemilihan panglima kadipaten Tangkuban.Rasta dan ketua Sembada menoleh ke arah Arya, sementara Arya menundukkan kepala tanda hormat pada ketua Sembada. Ketua besar dari perguruan mata dewa."Benarkah kau pemilik kuda itu, anak muda?" tanya ketua Sembada."Iya kek! Aku memang pemilik kuda itu!" jawab Arya."Apakah ada yang salah dengan kuda itu, kek?' tanya Arya lagi.Ketua sem
"Ada apa ayah? kenapa ayah begitu murung?"Adipati Sudira. Penguasa kota Tangkuban menoleh ke arah suara itu."Kinar! Kenapa kau belum tidur putriku?" tanya Adipati itu."Kinar tidak bisa tidur ayah, Kinar sangat gelisah malam ini!" jawab gadis itu.Adipati Sudira hanya diam, sejak istrinya meninggal dunia, hanya dialah keluarga satu-satunya dari putrinya itu.Jika bukan karena Kinar, mungkin Adipati itu sudah mencari istri yang baru, tapi Adipati Sudira lebih memilih membesarkan putrinya itu.Keadaan kota yang semakin hari semakin menegangkan membuat penjagaan di rumah Adipati itu semakin diperketat, tidak hanya itu, kamar Kinar juga semkain banyak penjagaan, dan itu membuat gadis itu merasa tidak nyaman.Sebelum kematian panglima, Kinar sangatlah merasakan kebebasan, meskipun masih di jaga tapi Kinar memiliki banyak waktu untuk berada di luar rumah, tapi sejak kematian panglima kadipaten, kehidupan Kinar berubah, dia lebih banyak berada di dalam rumahnya."Ayah tahu jika kau inginka
Jledaaarrr!!Ledakan keras terjadi di tubuh ular jelmaan nyai Rundu, dan itu membuat tubuh ular itu hancur berkeping-keping, pecahan dari daging ular itu menyebar di seluruh halaman rumah Adipati Sendah.Sementara tubuh Arya juga terlempar, itu karena ledakan yang terjadi di dalam tubuh ular itu, tidak mungkin lagi Arya hindari. Dan mau tidak mau, Arya harus merasakan ledakan dari energinya sendiri.Huakkkkk!"Sialan aku terluka karena seranga ku, sendiri!" kata Arya, yang meringankan darah dari mulutnya.Arya memang mengalami luka, tapi sedikit pun anak muda itu tidak merisaukan akan lukanya itu.Itu karena Arya sudah memiliki kitab seribu satu pengobatan dan racun. Dan Arya yakin akan mampu obati luka dalamnya itu.Setelah itu Arya kembali pada mode normal, dan sudah kembalikan tubuhnya menjadi tubuh biasa.Wajah Adipati Sendah pucat, dia kini sadar jika dia sudah salah melawan memilih lawan, yaitu melawan Arya. Dia mundur dan takut melihat Arya."Tidak ada gunanya kau menjauh Adipa
"Apa-apaan!'Adipati Sendah yang sedang menangisi putranya keluar dengan rasa amarah yang tidak tertahan.Tapi belum sempat dia keluar, pintunya sudah hancur, dan panglima kebanggaannya, panglima Deria sudah ada di depan pintu dengan kondisi yang mengenaskan.Mata Adipati Sendah melotot, dia tidak menyangka jika panglima yang selama ini selalu menjaga dirinya, kini dalam kondisi yang tidak berdaya."Siapa sesungguhnya anak muda ini!" ucap Adipati Sendah."Nyai Rundu! tugasmu sekarang sudah didepan mata, ambil kepala anak muda itu untukku!" kata Adipati Sendah memberikan perintah pada orang yang dibawa oleh panglima Deria."Dengan senang hati, tuan Adipati!" kata nyai Rundu dan merasa jika tugasnya tidaklah berat.Nyai Rundu berjalan ke arah Arya, dan berdiri hanya dua tombak di hadapan anak muda itu."Bagaimana jika kita lakukan dengan cepat?" kata nyai Rundu."Dengan cepat? Bagaimana maksudnya?" tanya Arya."Iya! Berikan kepalamu, maka tugasku akan selesai!" kata nyai Rundu."Begitu