"Aku, Arya kek!" ucap Arya untuk membuang rasa penasaran tentang kebenaran perkataan lelaki itu."Panggil saja aku Ki Sena!" "Kakek sudah berapa lama disini?" tanya Arya."Aku tidak tahu, mungkin sudah sangat lama!" jawab Ki Sena."Apa yang kakek lakukan?" tanya Arya."Aku membunuh pangeran.""Apa? Kenapa kek?" tanya Arya kaget."Dia melakukan hal yang tidak baik pada putriku, dan dia tidak mau bertanggung jawab, malah dia membunuh putriku, jadi kematian lah yang pantas untuknya!" jawab Ki Sena."Sepertinya kakek senang di sini?" tanya Arya."Iya, aku memilih diam disini dari pada aku melihat kejahatan yang terjadi di luaran sana!" jawab Ki Sena.Arya memang melihat jika Ki Sena tidak terlihat menderita di penjara itu, bahkan dia terkesan sangat menikmati keadaan penjara bawah tanah itu."Kau, apa yang kau lakukan anak muda?" tanya Ki Sena."Aku dituduh mencuri kotak kerajaan," jawab Arya."Kotak? Jangan katakan kotak berwarna hitam bersimbol elang?" kata Ki Sena."Tidak salah lagi!"
"Aku ingin bicara dengan pemuda ini!" kata Resi Gunin dan menatap Arya."Denganku? Ada apa, tuan?" tanya Arya."Aku Resi Gunin, aku yang mengunci kotak itu, dan aku isi dengan kitab api dan juga peta menuju sebuah pusaka yang sangat menakutkan, pusaka pedang matahari! Pusaka yang juga disebut-sebut sebagai pusaka penghancur!" kata Resi Gunin.Arya diam dan, mendengarkan dengan seksama penjelasan dari Resi Gunin."Apakah kami bisa bicara empat mata?" tanya Resi Gunin pada empat orang yang ada disana."Dengan senang hati, kami akan berikan!" kata Raja Yuda."Mari ikut denganku!" kata Resi Gunin yang masih tetap membawa kotak besi berisi kitab api.Resi Gunin dan Arya berjalan-jalan di lapangan luas penjara bawah tanah itu, dan saat sampai di tengah lapangan luas itu, Resi Gunin diam dan duduk dengan melipat kedua kakinya. Dan Arya melakukan hal yang sama."Bagaimana kau bisa berjodoh dengan kitab api ini?" tanya Resi Gunin."Apa maksudnya, Resi?" tanya Arya."Aku juga tidak tahu kenapa
Seorang perempuan dengan pakaian kebesaran yang begitu indah menemani perempuan yang duduk santai di taman istana kerajaan Purawa."kenapa dari tadi, Utari melihat ibunda terus termenung?'Seorang gadis yang begitu cantik datang menghampiri perempuan yang sudah berusia empat puluhan tahun itu."Utari! Ibunda hanya ingat dengan kakakmu, Candra! Hari ini, tepat dua puluh tiga tahun yang lalu, kakakmu hilang!" jawab perempuan itu.Perempuan itu adalah ratu Parwati, ratu kerajaan Purawa. Dan Utari adalah putri kerajaan itu."Dimana adikmu?" tanya ratu Parwati."Adik, Angga berada di halaman belakang istana, ibunda! Berlatih Kanuragan!" jawab putri Utari."Seandainya kakakmu masih hidup, mungkin keluarga kita lebih baik lagi!" kata ratu Parwati."Apakah yang ibunda maksud kakak Sengala?" tanya putri Utari."Tidak usah sebutkan namanya, dia sudah bukan keluarga kita lagi, pikirannya terlalu bejat!" jawab ratu Parwati.Putri Utari merenung sejenak, kakaknya itu, pangeran Sengkala. Dia seoran
Dua hari sudah Arya ada di istana kerajaan Purawa, dan Arya memang mendapatkan segala kemewahan dunia, segala kemewahan yang di dapatkan oleh seorang pangeran kerajaan."Kak, Candra! Apa kakak didalam?" Arya yang berada dalam kamarnya, mendengar suara seorang lelaki, dan dia yakin itu adalah suara adiknya, pangeran Angga."Masuklah Angga, kakak didalam!" jawab Arya.Pangeran Angga masuk, dan dia duduk di tempat tidur Arya."Ada apa Angga?" tanya Arya."Aku ingin menanyakan sesuatu pada kakak!" jawab Pangeran Angga."Katakan, apa itu?" tanya Arya dengan senyum hangat.Pangeran Angga menunduk, tidak tahu harus memulai dari mana."Kak Candra! Apakah kakak mau menggantikan Angga jadi seorang calon raja?" tanya Pangeran Angga."Apa maksudmu adik?" "Aku hanya ingin bertanya saja kak, bukankah kakak sudah di istana ini, mungkin saja kakak akan segera menggantikan Angga!" ucap pemuda itu.Arya tahu jika pasti ada yang mencoba merusak pemikiran dari pangeran Angga. Dan itu jelas akan merusak
"Kapan kau akan berangkat dan meninggalkan istana ini, pangeran?" tanya resi Gunin."Besok, aku pasti akan tinggalkan istana ini besok, resi!" jawab Arya."Aku harap pangeran menemukan pedang matahari, dan untuk memegang pedang itu. Pangeran harus mempelajari kitab api!" kata resi Gunin.Resi Gunin kembali memberikan kitab api pada Arya, dan kali ini Arya tidak dapat lagi untuk menolak.Arya membuka kitab api, dan saat itulah satu pancaran yang jahat masuk ke tubuh Arya."Apa itu, resi?" tanya Arya."Kau mampu melawan pancaran jahat itu? Kau memang pilihan kitab ini!" jawab resi Gunin."Maksudnya?'"Kitab itu adalah kitab iblis, dan hanya yang memiliki kekuatan bathin tingkat tinggi yang mampu mengendalikan kitab dan pedang matahari," jawab resi Gunin.Arya ingat jika resi Raspati sudah memberikan kekuatan bathin pada dirinya, dan itu yang membuat Arya yakin karena itulah Arya mampu menahan kekuatan jahat yang mencoba masuk ke tubuh dan kuasai dirinya."Kitab ini sangat mengerikan, re
Untuk sampai di pesisir pantai Ciremai, Arya harus melewati hutan maupun kadipaten yang menjadi bagian wilayah dari kerajaan Purawa."Akhirnya sampai juga di kadipaten ini, kata ayah disini berdiri sebuah perguruan yang banyak melahirkan panglima kerajaan. Perguruan tulang putih. Dimana perguruan itu?" gumam Arya saat Arya sampai di kadipaten Tulanggung."Hei kau! Untuk apa kau memasuki kadipaten ini?' Seorang pemuda yang usianya hampir sama dengan Arya membenta anak muda itu dan menghalangi langkah Arya yang menuntun kuda Gondola."Kenapa? Apakah salah memasuki kadipaten ini?" tanya Arya balik bertanya."Sudah pasti salah! Setiap orang baru yang memasuki kadipaten ini, harus melapor padaku, Apa kau tidak tahu peraturan itu?" ucap pemuda itu."Peraturan? Aku tidak melihat ada peraturan seperti itu!" kata Arya dan meninggalkan pemuda itu tanpa memperdulikan keberadaan pemuda itu lagi."Heiii ... Kau berani meninggalkan aku? Tuan muda Gurning! Orang yang paling dihormati di kota ini, j
Belum sempat lelaki itu menjawab, meja Arya sudah penuh dengan berbagai hidangan yang memang sudah Arya pesan."Apakah paman ingin makan bersamaku?" tanya Arya."Tidak! Aku sedang kesulitan menghitung!" jawab lelaki itu.Arya yang akan menyuap makanan menatap lelaki itu dengan dahi berkerut."Menghitung apa maksudmu, paman?" tanya Arya."Pajak untuk semua makanan yang kau pesan ini!" jawab lelaki itu dengan mudahnya."Pajak? Apa maksudnya?" tanya Arya."Asal kau tahu, dikota ini berlaku pajak bagi seseorang yang baru datang, pajak segala hal yang dia makan dan yang dia bawa!" jawab lelaki itu."Siapa kau? Kenapa sampai kau urus sampai pajak?""Aku panglima Deria, panglima yang menjadi pimpin prajurit dari kadipaten Tulanggung ini" jawab lelaki itu.Selera makan Arya hilang seketika, itu karena Arya merasa dipersulit di kota itu."Pajak semua makanan dan minuman mu, adalah seratus keping koin emas, pajak kuda lima puluh koin emas, pajak memasuki kota ini lima pulih koin emas, jadi tota
"Anak muda, Jika kau ingin bertemu dengan dengan Seroja yang kau cari itu, segera datangi hutan kehidupan di sebelah selatan kota ini, kau akan bertemu dengan dia!"Suara itu dikirimkan lewat suara jarak jauh, tapi itu sudah cukup membuat Arya memiliki informasi tentang guru Seroja yang dia cari."Baik, aku akan kesana!" kata Arya.Arya berjalan menuju arah selatan, dan saat dia sudah keluar dari kota Tulanggung, Arya mengerahkan ilmu meringankan tubuh dan melesat menuju arah yang dikatakan oleh suara itu.Arya sampai di tepi hutan kehidupan, dan melihat kedalam hutan itu."Aku tidak merasakan apapun disini!" gumam Arya.Tapi itu hanya sesaat, dan belum juga Arya merasa kesepian, dari dalam hutan keluar dua orang lelaki."Apakah kau mencari ketua Seroja?""Aku memang mencari orang yang bernama Seroja, tapi aku tidak tahu apakah dia yang aku cari atau bukan!" jawab Arya."Ketua meminta kami untuk menjemput dirimu, jadi kau ikut saja dengan kami," kata salah satu dari dua orang yang men
Arya yang fokus untuk kalahkan Ki Suro dan Ki Huni tidak melihat sekelebat bayangan melesat ke arah Kinar, dan langsung membuat gadis itu berada dalam ancaman sebilah pisau."Berhenti atau lehernya akan putus!"Ancaman itu membuat pertarungan terhenti, dan betapa kagetnya Arya saat melihat Kinar yang dalam kondisi tertotok dan juga sudah dalam ancaman pisau."Bagus! Memang tidak salah jika kau membuat rencana cadangan!" kata Ki Suro tersenyum pada orang yang mengancam Kinar."Ki Suro! Aku berubah pikiran karena aku yakin kau pasti tidak akan mengingkari janjimu!" kata pemuda yang tak lain ada Damar."Sudah pasti! Salah satu dari kalian akan jadi panglima, dan satu lagi akan jadi orang yang akan mengurus keuangan kota ini!" kata Ki Suro."Satu orang lagi?" kata Damar."Benar! Aku orangnya!" kata Rajino dan berdiri dari tempat duduknya.Rajino bertahan di halaman kadipaten itu adalah karena dia sedang menunggu momen yang tepat untuk membantu, tapi di luar dugaan Damar yang lebih dahulu
Ki Suro yang sudah angkat senjata untuk menebas kepala Adipati kaget, dia tidak menyangka akan ada yang hentikan dirinya."Siapa kau?" ucap Ki Suro yang jengah karena dia sudah melihat sedikit kemampuan Arya saat bertarung di babak kedua."Siapa aku? Aku adalah orang yang sudah menunggu kalian melakukan itu! Kau sudah tahu semua rencana kalian!" kata Arya."Apa? Jadi kau sengaja ikut kompetisi ini untuk menggagalkan rencana kami? tapi kau sudah terlambat!" kata Ki Suro.Haaaaaaaaaaa!!Ki Suro ayunkan pedangnya, dan siap menebas kepala Adipati Sudira."Ayah!!'Putri Kinar yang kini sudah berada dalam genggaman Ki Huni menjerit keras saat melihat pedang Ki Suro sudah berjalan ke leher ayahnya.Tapi saat pedang itu hanya beberapa helai dari leher adipati, satu kekuatan yang menyengat tubuh menahan tangan ki Suro. Tidak hanya menahan, tapi Ki Suro juga rasakan jika tubuhnya merasakan energi petir yang begitu kuat.Bukkkkkk!!Pedang di tangan Ki Suro jatuh, dan dia melangkah menjauh dari
Arya juga tidak ingin diketahui oleh prajurit kadipaten, sehingga Arya segera membawa Adipati Sudira kedalam kamarnya."Aku tidak ingin melukai mu, Adipati! Tapi aku hanya ingin memberikanmu peringatan!" kata Arya.Adipati Sudira tidak menjawab, baginya pemuda itu sungguh berani melakukan itu padanya."Besok, saat kompetisi dimulai lagi, kau sebaiknya hati-hati!" kata Arya."Hati-hati? Apa maksudnya?""Akan ada serangan! Dan kau harus hati-hati juga pada orang yang selama ini kau percayai!" ucap Arya."Ki Suro? Jangan memfitnah dia, dia adalah orang yang paling aku percayai di kadipaten ini!" kata Adipati Sudira tidak suka perkataan Arya."Terserah padamu, aku hanya memperingatkan dirimu saja, Adipati!" kata Arya.Adipati Sudira diam, dia masih tidak yakin jika Ki Suro akan berkhianat pada dirinya."Itu tidak mungkin!" kata Adipati Sudira tetap tidak percaya pada ucapan Arya."Terserah padamu, tapi sebaiknya jika memang kau tidak yakin, maka jaga putrimu!" kata Arya.Huppppp!!Setelah
Rajino yang seperti di perkirakan akan masuk ke babak selanjutnya. Tidak hanya Rajino tapi Damar, Panji serta rasta yang memang di unggulkan melaju ke babak berikutnya.Dari mereka semua memang ketiga perguruan yang ada di kota Tangkuban yang diunggulkan akan masuk dan salah satu dari mereka yang akan terpilih jadi panglima kadipaten Tangkuban itu.Hahahahah!Aku menang dengan mudah!"Seorang lelaki yang memakai topeng berdiri angkuh di atas pentas, kemampuan yang dimiliki lelaki itu cukup tinggi, bahkan bisa dikatakan jauh di atas lawan yang sudah melaju ke babak berikutnya.Sentot, itulah lelaki itu. Tidak ada yang tahu asal usul lelaki itu, tapi wajah Ki suro sumbringah saat melihat Sentot melaju ke babak yang selanjutnya.Satu persatu peserta terus melaju hingga saat sore datang, tidak ada lagi yang memasuki arena."Apakah masih ada yang ingin mencoba keberuntungan?" teriak Ki suro.Tidak ada jawaban, sampai matahari hampir terbenam."Baiklah! Jika tidak ada lagi maka akan aku tut
Panggung pertarungan yang seharusnya hanya panggung untuk tiga perguruan yang ada di kota Tangkuban, sepertinya akan jadi panggung untuk pendekar yang datang dari berbagai daerah.Dan hari ini adalah hari dimana kompetisi akan dimulai. Ki suro sebagai juru bicara dari Adipati Sudira sudah berdiri di atas pentas di tengah halaman rumah Adipati."Kompetisi kali ini adalah kompetisi yang bebas, asalkan dia dari golongan putih, dan masih di bawah usia empat puluh tahun maka akan diberikan kesempatan untuk menaiki pentas ini!" kata Ki suro.Semua orang mendengar perkataan Ki suro tanpa ada yang menyela perkataan dari kepercayaan Adipati itu."Aturan untuk menuju babak selanjutnya adalah, Jika seseorang sudah mengalahkan dua lawan secara berturut-turut maka dia akan melaju ke babak berikutnya, tapi jika hanya satu kali menang dan dia gagal menang pada pertarungan berikutnya, maka dia akan dianggap gagal!" kata Ki suro menjelaskan peraturan dari kompetisi itu.Ki suro terpaksa ambil langkah
"Kak Damar, aku sudah mengetahui tingkat kemampuan dari pemuda yang bernama rasta itu!" "Setinggi apa?" "Dia baru sampai pada pendekar langit saja, dan mungkin tingkat akhir." Hahahaha! "Itu mudah aku kalahkan!" jawab Damar. "Bagaimana dengan dua orang lainnya?" tanya Damar. "Keduanya masih bawah kemampuan orang yang berbakat di kota ini," "Bagus, artinya kesempatan untuk kuasai kota ini terbuka dengan lebar!" kata lelaki yang bernama Damar. "Benar kak Damar! Sangat besar kesempatan kakak jadi panglima di kota ini!" "Bagus, informasi ini akan sangat berguna nantinya, karena hanya sedikit yang akan mendaftar jadi Panglima kota ini!" kata Damar. "Benar kak Damar!" "Saatnya kita menuju kejayaan!" kata Damar. *** Seorang lelaki dengan wajah yang begitu halus berjalan di sekitar kota Tangkuban, dari Pakaian yang dia pakai, dia merupakan murid dari perguruan angin daun, perguruan ketiga di kota Tangkuban. Dia adalah Panji, pemuda yang juga akan ikut dalam kompe
Arya yang penasaran dengan identitas orang yang bicara disebelah kamarnya keluar, dan mencari siapa orang yang menyewa kamar itu, tapi Arya tidak menemukan jawaban apapun. Saat Arya akan memasuki kembali kamarnya, ia melihat dua orang yang sedang menunjuk kudanya, kuda gondola."Apa yang mereka inginkan dari kuda gondola?" gumam Arya.Arya keluar, dan dia mendengarkan pembicaraan dari orang itu secara tidak sengaja."Aku pemilik kuda itu!' ucap Arya.Dua orang yang tak lain adalah ketua Sembada dan murid kesayangannya, Rasta. Keduanya ingin jadikan kuda Arya sebagai kuda yang jadi tunggangan Rasta di kompetisi pemilihan panglima kadipaten Tangkuban.Rasta dan ketua Sembada menoleh ke arah Arya, sementara Arya menundukkan kepala tanda hormat pada ketua Sembada. Ketua besar dari perguruan mata dewa."Benarkah kau pemilik kuda itu, anak muda?" tanya ketua Sembada."Iya kek! Aku memang pemilik kuda itu!" jawab Arya."Apakah ada yang salah dengan kuda itu, kek?' tanya Arya lagi.Ketua sem
"Ada apa ayah? kenapa ayah begitu murung?"Adipati Sudira. Penguasa kota Tangkuban menoleh ke arah suara itu."Kinar! Kenapa kau belum tidur putriku?" tanya Adipati itu."Kinar tidak bisa tidur ayah, Kinar sangat gelisah malam ini!" jawab gadis itu.Adipati Sudira hanya diam, sejak istrinya meninggal dunia, hanya dialah keluarga satu-satunya dari putrinya itu.Jika bukan karena Kinar, mungkin Adipati itu sudah mencari istri yang baru, tapi Adipati Sudira lebih memilih membesarkan putrinya itu.Keadaan kota yang semakin hari semakin menegangkan membuat penjagaan di rumah Adipati itu semakin diperketat, tidak hanya itu, kamar Kinar juga semkain banyak penjagaan, dan itu membuat gadis itu merasa tidak nyaman.Sebelum kematian panglima, Kinar sangatlah merasakan kebebasan, meskipun masih di jaga tapi Kinar memiliki banyak waktu untuk berada di luar rumah, tapi sejak kematian panglima kadipaten, kehidupan Kinar berubah, dia lebih banyak berada di dalam rumahnya."Ayah tahu jika kau inginka
Jledaaarrr!!Ledakan keras terjadi di tubuh ular jelmaan nyai Rundu, dan itu membuat tubuh ular itu hancur berkeping-keping, pecahan dari daging ular itu menyebar di seluruh halaman rumah Adipati Sendah.Sementara tubuh Arya juga terlempar, itu karena ledakan yang terjadi di dalam tubuh ular itu, tidak mungkin lagi Arya hindari. Dan mau tidak mau, Arya harus merasakan ledakan dari energinya sendiri.Huakkkkk!"Sialan aku terluka karena seranga ku, sendiri!" kata Arya, yang meringankan darah dari mulutnya.Arya memang mengalami luka, tapi sedikit pun anak muda itu tidak merisaukan akan lukanya itu.Itu karena Arya sudah memiliki kitab seribu satu pengobatan dan racun. Dan Arya yakin akan mampu obati luka dalamnya itu.Setelah itu Arya kembali pada mode normal, dan sudah kembalikan tubuhnya menjadi tubuh biasa.Wajah Adipati Sendah pucat, dia kini sadar jika dia sudah salah melawan memilih lawan, yaitu melawan Arya. Dia mundur dan takut melihat Arya."Tidak ada gunanya kau menjauh Adipa