"Anak muda, Jika kau ingin bertemu dengan dengan Seroja yang kau cari itu, segera datangi hutan kehidupan di sebelah selatan kota ini, kau akan bertemu dengan dia!"Suara itu dikirimkan lewat suara jarak jauh, tapi itu sudah cukup membuat Arya memiliki informasi tentang guru Seroja yang dia cari."Baik, aku akan kesana!" kata Arya.Arya berjalan menuju arah selatan, dan saat dia sudah keluar dari kota Tulanggung, Arya mengerahkan ilmu meringankan tubuh dan melesat menuju arah yang dikatakan oleh suara itu.Arya sampai di tepi hutan kehidupan, dan melihat kedalam hutan itu."Aku tidak merasakan apapun disini!" gumam Arya.Tapi itu hanya sesaat, dan belum juga Arya merasa kesepian, dari dalam hutan keluar dua orang lelaki."Apakah kau mencari ketua Seroja?""Aku memang mencari orang yang bernama Seroja, tapi aku tidak tahu apakah dia yang aku cari atau bukan!" jawab Arya."Ketua meminta kami untuk menjemput dirimu, jadi kau ikut saja dengan kami," kata salah satu dari dua orang yang men
Setelah tamparan di wajah Gurning, Arya menambah lagi pukulan demi pukulan ke tubuh Gurning, dan itu membuat tubuh putra Adipati itu tidak berdaya."Bagaimana rasanya?" tanya Arya.Plakkkkkk!!Belum puas, Arya menambah tamparan ke wajah anak muda itu, dan satu demi satu giginya tanggal dari tempatnya.Tubuh Gurning bergetar karena menahan rasa sakit di tubuhnya, sementara pengawal dan prajurit kadipaten tidak berani berbuat apa-apa."Bawa Kembali tuan muda kalian, aku tidak ingin melihat dia disini, atau dia akan mati!" kata Arya.Dengan tubuh gemetaran, pengawal dan prajurit kadipaten membawa tubuh Gurning kembali ke rumah Adipati Sendah. Mereka tidak berani melawan Arya karena Arya terlalu kuat bagi mereka."Kau akan merasakan akibat dari kebodohanmu ini!" kata prajurit kadipaten sebelum membawa tubuh Gurning."Kalian yang akan menangis!" kata Arya.Arya membantu gadis itu, dan membawa kembali pada kedua orang tuanya."Kau tidak apa-apa?" tanya Arya."Tidak, terimakasih!" jawab gadi
"Apa-apaan!'Adipati Sendah yang sedang menangisi putranya keluar dengan rasa amarah yang tidak tertahan.Tapi belum sempat dia keluar, pintunya sudah hancur, dan panglima kebanggaannya, panglima Deria sudah ada di depan pintu dengan kondisi yang mengenaskan.Mata Adipati Sendah melotot, dia tidak menyangka jika panglima yang selama ini selalu menjaga dirinya, kini dalam kondisi yang tidak berdaya."Siapa sesungguhnya anak muda ini!" ucap Adipati Sendah."Nyai Rundu! tugasmu sekarang sudah didepan mata, ambil kepala anak muda itu untukku!" kata Adipati Sendah memberikan perintah pada orang yang dibawa oleh panglima Deria."Dengan senang hati, tuan Adipati!" kata nyai Rundu dan merasa jika tugasnya tidaklah berat.Nyai Rundu berjalan ke arah Arya, dan berdiri hanya dua tombak di hadapan anak muda itu."Bagaimana jika kita lakukan dengan cepat?" kata nyai Rundu."Dengan cepat? Bagaimana maksudnya?" tanya Arya."Iya! Berikan kepalamu, maka tugasku akan selesai!" kata nyai Rundu."Begitu
Jledaaarrr!!Ledakan keras terjadi di tubuh ular jelmaan nyai Rundu, dan itu membuat tubuh ular itu hancur berkeping-keping, pecahan dari daging ular itu menyebar di seluruh halaman rumah Adipati Sendah.Sementara tubuh Arya juga terlempar, itu karena ledakan yang terjadi di dalam tubuh ular itu, tidak mungkin lagi Arya hindari. Dan mau tidak mau, Arya harus merasakan ledakan dari energinya sendiri.Huakkkkk!"Sialan aku terluka karena seranga ku, sendiri!" kata Arya, yang meringankan darah dari mulutnya.Arya memang mengalami luka, tapi sedikit pun anak muda itu tidak merisaukan akan lukanya itu.Itu karena Arya sudah memiliki kitab seribu satu pengobatan dan racun. Dan Arya yakin akan mampu obati luka dalamnya itu.Setelah itu Arya kembali pada mode normal, dan sudah kembalikan tubuhnya menjadi tubuh biasa.Wajah Adipati Sendah pucat, dia kini sadar jika dia sudah salah melawan memilih lawan, yaitu melawan Arya. Dia mundur dan takut melihat Arya."Tidak ada gunanya kau menjauh Adipa
"Ada apa ayah? kenapa ayah begitu murung?"Adipati Sudira. Penguasa kota Tangkuban menoleh ke arah suara itu."Kinar! Kenapa kau belum tidur putriku?" tanya Adipati itu."Kinar tidak bisa tidur ayah, Kinar sangat gelisah malam ini!" jawab gadis itu.Adipati Sudira hanya diam, sejak istrinya meninggal dunia, hanya dialah keluarga satu-satunya dari putrinya itu.Jika bukan karena Kinar, mungkin Adipati itu sudah mencari istri yang baru, tapi Adipati Sudira lebih memilih membesarkan putrinya itu.Keadaan kota yang semakin hari semakin menegangkan membuat penjagaan di rumah Adipati itu semakin diperketat, tidak hanya itu, kamar Kinar juga semkain banyak penjagaan, dan itu membuat gadis itu merasa tidak nyaman.Sebelum kematian panglima, Kinar sangatlah merasakan kebebasan, meskipun masih di jaga tapi Kinar memiliki banyak waktu untuk berada di luar rumah, tapi sejak kematian panglima kadipaten, kehidupan Kinar berubah, dia lebih banyak berada di dalam rumahnya."Ayah tahu jika kau inginka
Arya yang penasaran dengan identitas orang yang bicara disebelah kamarnya keluar, dan mencari siapa orang yang menyewa kamar itu, tapi Arya tidak menemukan jawaban apapun. Saat Arya akan memasuki kembali kamarnya, ia melihat dua orang yang sedang menunjuk kudanya, kuda gondola."Apa yang mereka inginkan dari kuda gondola?" gumam Arya.Arya keluar, dan dia mendengarkan pembicaraan dari orang itu secara tidak sengaja."Aku pemilik kuda itu!' ucap Arya.Dua orang yang tak lain adalah ketua Sembada dan murid kesayangannya, Rasta. Keduanya ingin jadikan kuda Arya sebagai kuda yang jadi tunggangan Rasta di kompetisi pemilihan panglima kadipaten Tangkuban.Rasta dan ketua Sembada menoleh ke arah Arya, sementara Arya menundukkan kepala tanda hormat pada ketua Sembada. Ketua besar dari perguruan mata dewa."Benarkah kau pemilik kuda itu, anak muda?" tanya ketua Sembada."Iya kek! Aku memang pemilik kuda itu!" jawab Arya."Apakah ada yang salah dengan kuda itu, kek?' tanya Arya lagi.Ketua sem
"Kak Damar, aku sudah mengetahui tingkat kemampuan dari pemuda yang bernama rasta itu!" "Setinggi apa?" "Dia baru sampai pada pendekar langit saja, dan mungkin tingkat akhir." Hahahaha! "Itu mudah aku kalahkan!" jawab Damar. "Bagaimana dengan dua orang lainnya?" tanya Damar. "Keduanya masih bawah kemampuan orang yang berbakat di kota ini," "Bagus, artinya kesempatan untuk kuasai kota ini terbuka dengan lebar!" kata lelaki yang bernama Damar. "Benar kak Damar! Sangat besar kesempatan kakak jadi panglima di kota ini!" "Bagus, informasi ini akan sangat berguna nantinya, karena hanya sedikit yang akan mendaftar jadi Panglima kota ini!" kata Damar. "Benar kak Damar!" "Saatnya kita menuju kejayaan!" kata Damar. *** Seorang lelaki dengan wajah yang begitu halus berjalan di sekitar kota Tangkuban, dari Pakaian yang dia pakai, dia merupakan murid dari perguruan angin daun, perguruan ketiga di kota Tangkuban. Dia adalah Panji, pemuda yang juga akan ikut dalam kompe
Panggung pertarungan yang seharusnya hanya panggung untuk tiga perguruan yang ada di kota Tangkuban, sepertinya akan jadi panggung untuk pendekar yang datang dari berbagai daerah.Dan hari ini adalah hari dimana kompetisi akan dimulai. Ki suro sebagai juru bicara dari Adipati Sudira sudah berdiri di atas pentas di tengah halaman rumah Adipati."Kompetisi kali ini adalah kompetisi yang bebas, asalkan dia dari golongan putih, dan masih di bawah usia empat puluh tahun maka akan diberikan kesempatan untuk menaiki pentas ini!" kata Ki suro.Semua orang mendengar perkataan Ki suro tanpa ada yang menyela perkataan dari kepercayaan Adipati itu."Aturan untuk menuju babak selanjutnya adalah, Jika seseorang sudah mengalahkan dua lawan secara berturut-turut maka dia akan melaju ke babak berikutnya, tapi jika hanya satu kali menang dan dia gagal menang pada pertarungan berikutnya, maka dia akan dianggap gagal!" kata Ki suro menjelaskan peraturan dari kompetisi itu.Ki suro terpaksa ambil langkah
Di dalam ruangan Tetua Chu Cai, Ki Barata dan pemilik rumah megah itu duduk dengan posisi yang berhadapan."Sungguh satu keberhasilan karena kita bisa mendapatkan tubuh es bulan!" kata Tetua Chu Cai."Iya, dan aku rasa kau harus mengambil kekuatan es bulan itu, Chu Cai!" kata Ki Barata. "Kau tidak ingin kekuatan di tubuh gadis itu, Barata?" tanya Tetua Chu Cai."Bagaimana mungkin aku tidak inginkan tubuhnya? Namun elemen yang aku miliki tidak bisa memiliki tubuh es bulan itu! Aku memiliki elemen api, dan itu pasti berlainan elemen dengan tubuh es bulan itu!" kata Ki Barata. "Kau benar juga, Barata!" kata Tetua Chu Cai."Aku tidak ingin melepaskan kesempatannya kita untuk hidup abadi, setelah ini bantu aku menemui seseorang, dia memiliki tubuh petir!" kata Ki Barata. "Pemilik tubuh petir juga sudah terlihat?" kata Tetua Chu kaget. "Iya, dan aku yakin, pemuda itu akan datang kemari! Dia mengenal pemilik tubuh bulan es itu!" kata Ki Barata. "Tenang saja, setelah aku kuasai kemampuan
Tetua Chu Cai membawa Ki Barata, dan Intan ke sebuah bangunan yang sangat besar, dan megah. Dan itu tak ubahnya sebuah istana yang indah. "Kau tinggal di sini, Chu Cai?" tanya Ki Barata tidak percaya. "Hahahaha, apakah kau pikir aku akan duduk tenang, dan tak mencari harta? Itu tidak mungkin, Barata!" kata Tetua Chu Cai."Tapi semua ini tidak mungkin bisa kau dapatkan hanya dalam waktu yang singkat!" kata Ki Barata. "Bodoh, tiga puluh tahun bukan waktu yang singkat!" kata Tetua Chu Cai."Tetap saja, untuk kumpulkan harta sebanyak ini tidak mungkin bisa dilakukan hanya dalam waktu tiga puluh tahun saja!" kata Ki Barata."Lupakan soal itu, untuk saat ini kau dan dia tinggal di sini! Anggap ini rumahmu juga!" kata Tetua Chu Cai."Luar biasa!" kata Ki Barata yang masih tidak bisa menutupi rasa kagum akan pencapain Tetua Chu Cai itu.Saat Tetua Chu Cai datang, belasan pelayan datang dan mereka berikan hormat pada Tetua Chu Cai, pemilik rumah besar itu."Siapkan dua kamar di lantai atas!
Dua ekor kuda dengan penunggang kuda yang terlihat adalah pasangan kakek dan cucunya sama-sama memacu kuda mereka dengan kecepatan yang tinggi. Orang yang ada di depan, selemah lelaki tua yang seluruh rambutnya sudah memutih, namun itu tak membuat pergerakan lelaki tua itu dalam mengendalikan kudanya terlihat lemah. Dan di sampingnya, seorang gadis cantik dengan pakaian kuning, dan rambut yang panjang, dia berada tepat di samping lelaki tua itu. Keduanya sama-sama memacu kuda, dan sama-sama menuju ke satu tujuan yang mungkin hanya lelaki tua itu akan kemana tujuan mereka. Kedua orang itu adalah, Ki Barata, dan Intan. Yang mana saat ini Intan sudah sepenuhnya percaya pada Ki Barata. Hingga akhirnya, mereka berdua tiba di sebuah padang rumput yang cukup hijau dan luas. "Ini tempatnya!" kata Ki Barata dan hentikan laju kudanya. Ki Barata yang berhenti secara tiba-tiba membuat Intan bingung, dan ia menatap ke arah lelaki tua itu. "Ki Barata, kenapa kita berhenti?" tanya Intan."Ak
Setelah mengetahui kalau Arya diutus oleh Putri Gut, Ketua Noat tidak memiliki pilihan, dan mau tak mau dia menerima kedatangan anak muda itu di perguruan yang ia pimpin itu.Ketua Noat membawa Arya ke sebuah ruangan, dan mereka duduk berhadapan dalam situasi yang tegang. Satu hal lain yang membuat Ketua Naot bersedia menerima kedatangan Arya karena dia sudah merasakan kekuatan anak muda itu. Ketua Noat ikut merasakan getaran karena kekuatan dari teriakan Arya itu, dan itulah juga jadi alasan yang membuat ia menerima kedatangan Arya "Katakan apa yang diinginkan oleh Putri Gut dari aku?" tanya Ketua Noat. "Yang Pertama, aku minta maaf, karena sudah memaksa Ketua Besar untuk menerima diriku di sini!" kata Arya. Permintaan maaf Arya itu membuat Ketua Noat tersenyum, dan ketegangan itu langsung hilang karena sikap sopan dari anak muda itu. "Kemudian yang kedua, tuan putri tidak meminta apa-apa dari ketua, tapi aku membutuhkan beberapa jawaban dari pertanyaan yang ingin aku ajukan pa
Dengan kuda yang dia tunggangi, Arya melesat meninggalkan hutan, dan ia memilih untuk ikuti jalan yang ada di depannya.Arya beruntung karena jalan itu merupakan jalan tunggal, dan jalan satu-satunya yang ia lalui hingga ia tak merasa bingung selama dalam perjalanan itu.Satu hari satu malam Arya berada dalam perjalanan, dan yang dia lalui hanya jalanan tanpa pernah melihat sebuah desa apalagi sebuah kota. "Apakah di negeri ini tidak ada kota atau sebuah desa?" kata Arya bingung akan hal itu. Bahkan saat hari akan sore, Arya tetap tidak melihat sebuah desa, padahal ia sudah butuh tempat yang tenang untuk istirahat."Manusia!" kata Arya. Di kejauhan, mata Arya melihat ada dua orang yang sedang berjalan kaki, dan Arya memilih untuk mendatangi mereka. Arya segera turun dari atas kudanya, dan mendekati kedua orang itu."Mohon maaf, apakah ada desa yang dekat do sekitar hutan ini?" tanya Arya. "Tidak ada anak muda! Tapi jika kau ingin istirahat, kau bisa datangi Perguruan Mawar Kuning
Kusir Kereta Kuda yang membawa Putri Gut terus memacu kereta kuda itu hingga mereka masuk ke dalam hutan. Arya yang berada di bagian belakang kereta kuda itu semakin curiga, dan ia yakin kalau kusir kereta itu tidak bisa untuk dipercaya."Kita istirahat!" teriak Arya dan memacu kuda hingga berada di samping Kusir Kereta Kuda itu."Tidak bisa, kita harus keluar dari hutan ini, barulah kita istirahat!" kata Kusir Kereta Kuda itu. "Kita harus istirahat!" kata Arya. Namun Kusir Kereta Kuda itu masih saja memaksa kuda yang menarik kereta kuda untuk berlari, hingga mereka sampai di tengah-tengah hutan itu. "Baiklah, kita istirahat!" kata Kusir Kereta Kuda dan ia menarik tali pekana kuda.Huppppp!!Dan setelah itu, dia melompat dari kursi kusir kereta kuda, dan ia memperlihatkan ilmu meringankan tubuh yang cukup tinggi. "Siapa kau sebenarnya?" tanya Arya ingin tahu. Kecurigaan pada Kusir Kereta Kuda itu semakin besar, dan itu membuat Arya jadi waspada."Keluar kalian semua!" teriak Kus
Beberapa hari setelah Ki Barata dan Intan sampai di Negeri Burma, kapal yang membawa Putri Gut dan pengawalnya, serta Arya pun tiba Negeri yang cukup besar itu. "Mari kita turun, Arya! Setelah itu kita akan lanjutkan perjalanan menggunakan kereta kuda!" kata Putri Gut. "Baik, Tuan Putri!" kata Arya. Putri Gut kembali kenakan topeng untuk menutupi wajahnya, dan itu dia lakukan untuk mengurangi masalah karena wajahnya yang cukup cantik dan menarik perhatian orang-orang."Cari sebuah kamar penginapan, aku akan istirahat sebelum kita lanjutkan perjalanan ke ibu kota!" kata Putri Gut pada salah satu pengawalnya. "Baik, Tuan Putri!" kata salah satu pengawalnya dan segera mencari penginapan yang pantas untuk Putri Kedua dari Raja Burma itu. Putri Gut menunggu, dan memilih untuk duduk di sebuah kursi yang kosong, yang mana dua pengawal, dan Arya mengawasi Putri Gut. Tidak berapa lama, pengawal yang mencari kamar itu kembali datang, dan ia katakan kalau sudah menyewa kamar untuk tempat i
Selama dalam perjalanan menuju Negeri Burma, Arya selalu saja berada di geladak kapal, dan menunggu kapan mereka akan tiba di Negeri itu. "Dari keterangan yang diberikan oleh Baju Kijang Emas, masih ada empat baju pelindung yang harus aku cari, dan keberadaan baju pelindung itu ada dua di Negri Burma! Aku harap menemukan petunjuk tentang hal itu!" kata Arya. Arya merasa mendatangi Negeri Burma merupakan sebuah takdir, dan ia yakin dia baju pelindung yang ada di Negeri Burma pun pasti ditakdirkan untuk dia miliki. Saat Arya menatap ke arah lautan, saat itulah Putri Gut datang dan berdiri di samping anak muda itu."Apa yang kau pikirkan, Arya?" tanya Putri Gut. "Sudah jelas aku memikirkan sahabatku, Tuan Putri! Aku harus mencari dia," kata Rangga Satria."Aku akan berikan kau sedikit petunjuk!" kata Putri Gut."Petunjuk apa itu, Tuan Putri?" tanya Arya. "Datangi Perguruan Mawar Kuning, jumpai Ketua Noat, dia pasti tahu sesuatu!" kata Putri Gut. "Dimana Perguruan Mawar Kuning itu,
Peerempuan berkerudung kuning itu keluar dari kedai bersama dengan pengawalnya.Ke tujuh orang dengan warna kulit yang cukup berbeda dengan penduduk negeri Malaya itu memasuki kedai yang lain."Mana orangnya?" tanya perempuan itu."Itu tuan putri!" jawab panglima Cun dan menunjuk nakhoda Rundi.Perempuan itu mendekati nakhoda Rundi dan duduk tanpa diminta."Apakah tuan nakhoda yang akan membawa kapal menuju negeri Burma?" tanya perempuan itu."Benar nona, apa nona rekan dari dia?" tanya nakhoda Rundi menujuk panglima Cun."Benar! Dan aku yang menyuruh dia untuk mencari kapal, apakan benar jika kapal itu ada, tapi kekurangan penumpang?" tanya perempuan itu."Benar nona, bahkan sampai sekarang baru satu penumpang yang akan menuju negeri Burma, tidak mungkin aku berangkat hanya dengan tujuh atau delapan penumpang saja, kecuali kalian membayar lebih," kata nakhoda Rundi."Berapa yang kau inginkan?" tanya perempuan berkerudung kuning itu."Berapa ya? Aku tidak dapat memastikan berapa nona,