Kini Max dan Zack sudah kembali ke depan pondokan milik Tuan Law. Mereka berdua pun mengangguk dan mulai membuka pintu pondokan.Saat pintu terbuka seorang anak kecil mungkin seusia Olive pun memalingkan wajahnya kemudian berlari menuju ruangan yang lain. Max yang melihat hal itu pun langsung berusaha mendekati anak itu.Di ruangan yang lain tampak tiga orang anak laki-laki sedang berkumpul, termasuk yang tadi ia temui. Mereka bertiga tampak berpelukan dengan erat. Seorang anak yang lebih besar berada di tengah seperti mencoba untuk melindungi kedua anak laki-laki di sebelahnya.“Jangan Tuan … jangan. Jangan pukul kami! Jangan serahkan kami pada monster itu. Kami akan melakukan apapun yang anda minta, asal jangan serahkan kami pada monster itu. Kami tidak akan kabur Tuan.”Max mengerutkan alis kemudian menghembuskan napas panjang. Perlahan ia pun melangkah mendekati ketiga anak itu. Max berjongkok dan mencoba untuk merangkul mereka.Max mulai mengeluarkan beberapa batang coklat yang i
PAgi hari Max pun memutuskan untuk pergi meninggalkan semua kenangan buruk di hutan ini. Ia pun mulai mendaki bersam Zack dan ketiga anak yang mereka temukan.Saat mereka berada di atas danau, mereka mendapati sosok wanita tengah berdiri sambil menenteng tas ransel. Dia adalah Anne yang kemarin diantar Max menuju penginapan.“Anne, apa yang kau lakukan di sini?” tergur Zack tiba-tiba sambil tersneyum.Namun saat ditegur, Anne sama sekali tidak bereaksi. Ia merasa kalau tidak kenal dengan laki-laki di hadapannya.“Anne, ini aku Zack, apa kau lupa padaku?” tanya Zack yang terlihat tidak senang dengan reaksi Anne.Saat itulah Max mengangguk dan tersenyum, tandanya upaya untuk merubah penampilan Zack sudah berhasil.Melihat kedua anak muda ini, akhirnya Max pun berusaha untuk melerai. “Ah Anne ini adalah Zack, cuaca di gunung dan terbakar matahari membuat kulitnya memerah, ditambah lagi dia baru saja mencukur kumis dan jambangnya agar terlihat lebih rapi. Maka dari itu ada sesuatu yang be
Max langsung berlari menuju koridor rumah sakit begitu ia tiba. Batinnya semakin perih saat mengetahui tagihan rumah sakit anaknya, dan itu pun di kelas tiga.Ia menepuk keningnya sendiri dan mengumpat lirih. "Dasar Bodoh! Kenapa aku tidak mengetahui hal ini."Selama ini gajinya sebagai pengawal Tuan Ramford dikirim ke rekening Jade, dan istrinyalah yang selalu mengatur keuangannya. Hanya untuk uang saku, sisa aset Ernest yang diselamatkan olehnya disimpan sendiri.Max tak pernah berpikir kalau kedua anaknya akan ditelantarkan sedemikian parah. Selama ini ia sudah mengurus asuransi untuk kedua anaknya, tapi ternyata semua itu tidak dibayarkan oleh Vanessa. Perasaannya semakin hancur dan ia benar-benar membenci Vanessa. Ini sama saja dengan membunuh kedua anaknya secara perlahan.Max pun segera menyelesaikan administrasi dan meminta informasi dimana Daniel dirawat kali ini. Bagaimanapun juga dia yang harus ada di saat anak-anak itu membutuhkan.Max tak dapat menyembunyikan keterkejuta
Olive cuma diam dan mendengarkan pembicaraan Max dengan Jade. Sesekali pria itu memperhatikan bagaimana kondisi putra bungsunya yang sekarang sedang terbaring lemah."Apa yang tejadi dengan Daniel, kenapa ia sampai harus dirawat di sini?" tanya Max pada Jade.Jade menghembuskan napas panjang. "Hmm entahlah, beberapa hari yang lalu ia mengeluh perutnya sakit, dan puncaknya saat ia kesulitan untuk bangun dari tidur dan berjalan. Saat itu keringat dingin mengucur di dahinya. Aku benar-benar panik saat itu dan berpikir kalau ada sesuatu yang tidak beres dengannya. Aku langsung memanggil dokter pribadinya, tapi susah sekali, tak ingin masalah semakin menjadi, aku pun membawanya ke rumah sakit.""Kau sudah melakukan tindakan yang benar, Jade."Namun saat melihat Daniel memegangi perutnya, Max justru memikirkan hal yang lain. Ia seperti curiga akan sesuatu yang terjadi pada anak itu.Max berkata dalam hatikalau sebenarnya Daniel memang menyembunyikan sesuatu. Raut wajahnya menunjukkan sebuah
"Aku tidak tahu secara pasti, karena kelasku dan Daniel cukup jauh," jawab Oliv sambil memperjelas.Saat itu Max memegangi kepalanya yang tidak pusing. Menurut penuturan Zack ada tanda kekerasan yang sebelumnya dialami oleh Daniel. Tubuh Daniel seperti menerima serangan yang berulang-ulang terjadi dalam jangka waktu tertentu.Max berpikir, jika memang tidak pernah terjadi perundungan di sekolah, apakah mungkin perundungan terjadi saat berada di rumah. Namun siapa yang melakukan hal ini.Olive, dia tidak mungkin melakuan hal ini. Meskipun terkadang ada perselisihan diantara mereka berdua, tapi Olive sangat menyayangi adiknya, begitu juga sebaliknya. Bahkan Max sempat melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Olive besedia menerima tamparn dari mantan istrinya, Vanessa untuk menggantikan Daniel. Terlebih lagi tenaga Olive tidak akan mungkin sekuat itu untuk melukai Daniel. Selama ini ia tidak pernah mendidik kedua anaknya dengan kekerasan. Max melrik Jade sebentar kemudian menepuk d
Tuan Ramford pun langsung menyimpan ponsel ke dalam saku kemudian mendekat ke arah Vanessa yang sekarang sedang duduk sambil memperhatikan kukunya yang baru saja selesai di manicure. "Kau terlihat begitu cemas kali ini, apa ada sesuatu yang mengganggumu?" tanya Vanessa sambil menoleh sejenak ke arah Don Ramford.Leon Ramford menmghembuskan napas panjang kemudian duduk di samping Vanessa dan berkata, "Bagaimana aku tidak khawatir. Wolfgang yang sudah mati kukira akan tamat riwayatnya, ternyata klan itu masih ada dan entahlah mungkin bertambah kuat. Aku sendiri belum memiliki persiapan apapun."Vanessa menghembuskan napas panjang kemudian meraih tangan Leon dan mengelusnya lembut. "Kenapa kau jadi takut seperti itu? Bukankah selama ini kau adalah seorang yang sangat gagah dan ditakuti. Lagipula kau di sini tidak sendiri ada beberapa pengawal yang bersedia menemanimu!"Leon terlihat murung, ia tidak suka Vanessa menyembutnya penakut. "Aku penakut?"Sadar ucapannya salah, Vanessa pun seg
"Sayang, apa yang terjadi?" tanya Vanessa di tengah ketakutannya.Kedua mata Tuan Wolfgang ketiga berbinar saat melihat Vanessa. Ia terpukau dengan kecantikan wanita itu.Ia pun tersenyum dan berkata, "Hmm, Tak kusangka kau memiliki seorang wanita yang cantik di sini. Sudah lama aku tidak melihat kecantikan seorang Dewi.Saat itu Vanessa ikut tercengang melihat kedatangan Wolfgang ketiga dan anak buahnya. Karena penasaran, ia pun memberanikan diri untuk bertanya."Tuan, ada apa Anda datang kemari?"Wolfgang generasi ketiga menjawab dengan dingin, "Mau apa aku ke sini? Jelas untuk memberi tahu kalian sesuatu dan membuat perhitungan atas apa yang kalian lakukan pada generasi kedua kami!""Apa?" Vanessa pun tampak panik setelah mendengarkan hal ini. Kemudian Klaus Wolfgang pun terkekeh kemudian berkata lagi. "Nyonya, katakan pada pasanganmu untuk menyerah dan patuh pada kami klan Wolfgang. Jika tidak, maka jangan salahkan aku jika kehilangan belas kasihan terhadap kalian!"Mendengar hal
Meski kecewa dengan keputusan yang dibuat oleh Don Ramford karena selalu mengutamakan Max, tapi kawanan pengawal masih mengikuti Tuan Ramford.Ketidak hadiran Max saat ini masih saja menjadi alasan bagi mereka untuk cari muka di hadapan Tuan Ramford.Saat itulah Bill yang menjadi pimpinan pengawal itu pun merentangkan tangannya untuk menghadang. Apa yang dilakukan olehnya pun diikuti oleh rekan-rekannya hingga Tuan Ramford pun aman dari gangguan mereka.Jika sampai Tuan Ramford mendapatkan masalah, tentu saja pekerjaan mereka akan menjadi masalah. Bahkan mungkin mereka akan menjadi pengangguran setelah ini.Bill pun berjalan ke hadapan Tuan Ramford lalu membungkuk dan meminta maaf, "Maafkan kami karena datang terlambat, Tuan.""Huh! Untung saja kalian datang tepat waktu sehingga tidak terjadi apa-apa padaku!" balas Tuan Ramford dengan angkuh.Tak mungkin bagi Tuan Ramford membuka aibnya di hadapan pengawal. Apalagi pengawal yang datang itu bukan orang kepercayaannya. Sudah berulang k