Lembaran baru dalam kehidupan Ato seperti baru dimulai.
Saat ini, lelaki berparas tampan itu memiliki rutinitas sebagai seorang penjaga keamanan.
Sudah tiga hari Ato menggeluti bidang keamanan yang saat ini menjadi profesinya. Seiring waktu berlalu, kini Ato mulai bisa berbaur dengan lingkungan barunya itu.
***
Disaat bulan menampakan diri dan kemilau cahayanya menghiasi langit malam, suara kegaduhan tiba-tiba terdengar oleh Ato yang sedang menikmati secangkir kopi hangatnya."Sialan, suara apaan tuh, duh ... sendirian lagi!" gerutu Ato di Pos tempatnya berjaga.
Waktu dijam dinding sudah menunjukan pukul 01.00 dini hari.
"Si Beno malah alesan cuti lagi! Beno, Benoooo. Alesan lho bisa aja, tega lho No, sampai ninggalin aku sendirian!" lanjut Ato, lelaki itu seakan protes pada keadaannya.
Beno yang merupakan Satpam senior ditempat Ato bekerja, saat ini sedang pergi ke luar Kota.
Dengan alasan yang bisa diterima oleh pihak perusahan, Beno membuat surat pernyataan bahwa ia sedang sakit parah. Padahal dirinya saat ini tengah berjalan-jalan dengan teman perempuannya yang saat ini sedang berulang tahun.
Disaat Ato merasa ada sedikit kejanggalan, akhirnya ia memutuskan untuk pergi berkeliling ke sekitaran Perusahaan, lalu secara tak sengaja Ato memergoki salah satu atasannya dan beberapa karyawan yang dikenali Ato sedang melakukan perbuatan yang melanggar norma hukum.
Ato, melihat Jodi sedang menggagahi dua wanita yang tak lain adalah karyawan wanita di Perusahaan tempatnya bekerja.
Bukan hanya digagahi!
Dengan kejam Jodi mengikat dua wanita itu lalu dibekamnya, hingga salah satu dari wanita tersebut tak sadarkan diri. Setelah menyadari korbannya tak berdaya, Jodi dan beberapa temannya langsung pergi begitu saja.
Dengan rasa penasaran yang menyelimuti Ato, akhirnya ia memutuskan untuk memeriksa wanita yang sudah tak bergerak itu. Setelah Ato melakukan identifikasi ternyata satu wanita yang ada di depannya sudah tak bernyawa.
Jodi, merupakan salah satu dari lima orang yang menjadi tangan kanan petinggi Perusahaan di tempat Ato bekerja. Setatus pernikahan dengan istrinya akhir-akhir ini seakan terancam akan bercerai. Hal tersebut dikarenakan Jodi memiliki kebiasaan mabuk dan bermain perempuan.
Namun, kebiasaan Jodi tersebut sangat dirahasiakan oleh dirinya pada pihak Perusahaan. Hanya istri dan anak buahnya saja yang mengetahui kebiasaan buruk Jodi tersebut.
Andai saja Bos besar Perusahaan mengetahui kebiasaan Jodi, maka dirinya akan terancam dikeluarkan dari deretan orang kepercayaan petinggi Perusahaan.
Disaat Ato hendak membawa jenazah wanita yang sudah terbujur kaku itu, tiba-tiba Jodi dan beberapa orang temannya datang menghampiri Ato.
"Mau dibawa kemana dia?" ucap Jodi yang datang dari arah yang tak terduga oleh Ato.
Meskipun belum melihat wajah orang yang sedang berbicara padanya, tapi Ato sangat mengenal betul suara yang ditujukan padanya itu. Tanpa pikir panjang, Ato langsung menghantamkan pukulannya ke arah Jodi.
"Manusia bejat! tega sekali kamu melakukan perbuatan ini!"
Meskipun Ato mengetahui bahwa Jodi adalah orang yang berpengaruh ditempatnya bekerja, tapi nampaknya Ato sangat tak menerima perlakuan atasannya itu.Dengan sigap beberapa orang yang bersama Jodi, langsung bergerak guna menangkis pukulan Ato dan meringkus Ato hingga terbaring tak berdaya.
"Mau apa kamu heump!" sergah Jodi yang mengangkat kepala Ato dengan menarik rambutnya.
'Dasar Tua bangka! aku sudah melihat semua perbuatanmu itu!' gumam Ato dalam batinnya.
Kemudian, tiba-tiba Jodi mendapatkan sedikit kejutan dari Ato yang hanya berkedudukan sebagai Satpam di Perusahaan tempatnya bekerja itu, "Cuuih!" dengan rasa kesal yang semakin menjadi, Ato meludahi wajah Jodi.
"Kurang ajar! apa maksudmu Satpam sialan? berani sekali kamu meludahiku, haaah!" setelah mendapatkan sedikit kejutan dari Ato, Jodi langsung Murka tingkat Dewa.
"Tenang Bos, rupanya Satpam busuk ini harus di beri pelajaran dulu biar bisa sedikit sopan, hajar saja dia!" ucap teman Jodi, kemudian ia memerintahkan beberapa orang yang sedang bersamanya, untuk menyiksa Ato.
Beberapa orang yang sedang bersama Jodi itu, tak lain adalah teman dan anak buahnya.
Dengan sekuat tenaga Ato mencoba memberikan perlawanan pada beberapa orang yang tengah mengeroyoknya itu.
Sayangnya nasib buruk saat ini menimpa Ato. Anak buah Jodi ternyata bukan hanya orang-orang yang ada dilingkungan Perusahaan saja, beberapa orang preman di sekitaran Kantor pun tiba-tiba datang membantu Jodi dan membuat Ato babak belur dan tidak berdaya.
Setelah dirasa cukup, Jodi dan beberapa orang bersamanya langsung bergegas pergi keluar gudang sambil memboyong jenazah wanita yang telah di aniayanya.
Entah kemana mereka akan pergi? yang jelas satu pekan terakhir ini Jodi terlibat dengan kelompok trafficking, atau perdagangan manusia.
Akhirnya, Ato bersama satu wanita yang masih hidup dan dalam keadaan terikat, dibiarkannya begitu saja dengan keadaan yang terbaring lemah.
Dua hari sebelum petaka datang, Ato si mahasiswa yang belum kunjung lulus, nampak seperti ingin sekali menemui Pak Nurdin. Tak tahu mengapa dirinya seperti terdorong keinginan yang kuat, hingga waktu istirahat Pak Nurdin diganggu olehnya. Mungkin tak akan jadi masalah jika Ato berkunjung di waktu bertamu normal, tapi kunjungan Ato kali ini bukanlah sesuatu yang lazim untuk dijadikan waktu bertamu. Sebab dirinya mendatangi kediaman Pak Nurdin saat pukul sepuluh malam. Namun, Pak Nurdin seakan menerima kunjungan muridnya itu dengan senang hati. Disela-sela pembicaraannya, Ato memberitahukan pada Pak Nurdin, bahwa ia sudah bekerja sebagai petugas keamanan di salah satu Perusahaan. Setelah berbicara panjang lebar, akhirnya Pak Nurdin mengetahui jika Ato memiliki profesi yang perlu melibatkan kesiapan fisik dan mental. Saat itu juga, Pak Nurdin mengajarkan beberapa tekhnik pernafasan dan ilmu pertahanan tubuh yang suatu saat bisa bergun
"Suara apa itu?" tanya Ato yang terkejut mendengar sebuah bunyi yang memecah kesunyian, nampaknya Ato belum bisa mengingat sepenuhnya kejadian sebelum ia mengalami ketidak sadaran. Keadaan di Gudang tempat Ato berada saat ini, hanya memiliki penerangan dari biasan cahaya lampu yang berasal dari luar bangunan, tapi sorotan cahaya itu bisa membantu Desi untuk melihat Ato dengan cukup jelas. Lain halnya dengan Ato, posisi Desi yang berada di pojok yang tak terjangkau cahaya membuat Ato kesulitan melihat wanita itu. Sebelum pergi meninggalkan Ato dan Desi. Jodi dan teman-temannya memindahkan mereka berdua pada tempat yang lebih sempit. Pemindahan itu dilakukan Jodi karena ia merasa tempat sebelumnya sangat terbuka. Hingga Jodi mengkhawatirkan akan ada orang lain yang mengetahui keberadaan Ato dan Desi. "Eeemmmmmmp! Emmmp!" terdengar beberapa kali Desi mengulang isyaratnya, hal itu semata ia lakukan agar Ato segera menolongnya, kemudian melepaskan jeratan
Setelah Ato mendengarkan beberapa penjelasan Desi, dirinya mulai bisa menyimpulkan. Siapa sebenarnya Jodi itu?Ternyata Jodi si lelaki berumur 46 tahun itu, merupakan orang yang masih terbilang baru di Perusahaan tempat Ato bekerja.3 tahun lalu, Jodi bergabung di Perusahaan tempat Ato bekerja. Saat Jodi dinyatakan sebagai tangan kanan perusahaan, ramailah orang-orang terus membicarakannya."Aneh! memangnya dia bisa apa? Kok tiba-tiba seakan berkuasa ditempat ini!""Orang itu sombong sekali, semenjak dia datang ke tempat ini. Belum ada yang berbicara dengannya, kecuali Pak Ruslan!""Orang genit! seenaknya saja colak colek pantat!"Bahkan, beberapa orang karyawan, nekad melakukan protes pada pihak perusahaan.Aksi protes itu, dilakukan mereka hanya untuk memberikan saran supaya pihak Perusahaan tidak menjadikan Jodi sebagai tangan kanan Perusahaan.Namun hasil kerjanya yang bisa dirasakan Perusahaan dalam waktu singk
"Sepertinya aku harus pergi sekarang!" Desi langsung berdiri dari tempatnya duduk. Tapi saat dirinya berjalan beberapa langkah, pandangan mata seakan disilaukan oleh cahaya.Badan yang tegakpun tiba-tiba oleng tak karuan. Sepertinya Desi mengidap penyakit anemia, atau wanita itu banyak kehilangan cairan tubuh. Setelah terus terjaga seharian penuh.Rasa takut yang terus menyelimutinya, menjadikan Desi tidak bisa meregangkan otot dan pikiran. Hingga akhirnya Desi harus membuka mata, tanpa tidur sekejap pun.Ato yang melihat Desi sempoyongan, langsung berdiri dan mendekapnya.Setelah Ato, memandang Desi. Nampaknya wanita itu berwajah pucat pasi. Dengan sigap Ato langsung memboyong Desi untuk dibaringkan pada tempat duduknya semula."Hei! apa kamu baik-baik saja?" tanya Ato sembari memukulkan telapak tangan pada pipi Desi dengan perlahan.Dalam situasi seperti itu, Ato langsung mengedarkan pandangannya. Mencari sesuatu untuk dijadikan bahan pert
Dengan susah payah Ato mencari tempat persembunyian, tapi ia tak kunjung mendapatkan tempat yang cukup nyaman. Pada akhirnya Ato memilih ruangan kecil yang menurutnya bisa dijadikan persembunyian sementara. Tak lama setelah Ato bersembunyi, datanglah puluhan orang yang hendak mencarinya. "Dimana mereka?" "Apa kamu yakin? wanita itu dalam keadaan terikat." "Mereka pasti masih disini!" "Jika mereka lolos?" "Aku akan tetap menghabisi mereka berdua, karena sudah mengetahui banyak hal!" Terdengar beberapa orang sedang membicarakan seseorang yang hendak dicarinya. Mereka itu tak lain adalah Jodi dan teman-temannya. Dengan membawa sesuatu memanjang yang ditutupi kain. Jodi hendak mengeluskan tangannya pada benda yang berada dibalik kain itu. Saat ini, Ato dan Desi sudah berada ditempat persembunyian yang terbilang sangat berbahaya. Karena tempat persembunyian itu merupakan ruang sempit, jika mereka berdua salah langkah atau mengenai k
Tak pernah disangka, jika Perusahaan milik Ruslan itu, menjadi tempat terakhir seorang wanita cantik bertubuh ramping bernama Ratna. Mungkin, siapapun yang melihat wanita itu ... akan segera tergoda dan ingin memilikinya! Enam tahun lalu! Anugrah yang dimiliki Ratna, seperti alis mata centik, bibir tipis merah merona dan selalu berpenampilan glowing. Menjadikan dirinya dikejar para lelaki. Begitupun dengan Jodi, dirinya terus berusaha untuk mendapatkan wanita itu. Hingga berbagai cara ia lakukan agar bisa menjadikan Ratna sebagai kekasihnya. Entah bisikan atau keinginan sendiri, Jodi langsung mendatangi seorang ahli perdukunan. Tujuan dari kedatangan Jodi tersebut, tak lain hanyalah meminta untuk diberikan ilmu kejayaan dan ilmu pemikat. Masing-masing dari ilmu itu akan digunakannya untuk beberapa maksud tertentu. Ilmu kejayaan, ia gunakan untuk memudahkannya meraih pangkat dalam setiap pekerjaan. Lalu ilmu pemikat, ia gunakan agar setiap oran
Saat ini, Ato berada di sebuah rumah yang tak dikenalinya. Kemudian ia memperhatikan keadaan tubuhnya yang dipenuhi dengan perban. Beberapa luka bekas sayatan senjata tajam saat ini terasa begitu menyakitkan. Lalu, Ato mencoba untuk mendekati jendela rumah itu yang berada di arah timur. Hanya sebuah Padang rumput saja yang didapatinya dan tidak ada satu orangpun yang bisa ia lihat,"Dimana aku?" lanjutnya. Rumah itu masih berbahan kayu dan bilik bambu, nampaknya ia sangat jauh sekali dari keramaian. 'Siapa yang membawaku kesini?' gumam Ato. Kemudian ia bergegas menuju pintu rumah yang berada di arah selatan. Sakit yang teramat sangat, seakan dilupakan Ato dengan begitu saja. Mungkin lelaki itu panik, karena ia saat ini tengah berada di tempat yang belum terjamahnya. Dengan perlahan pintu rumah bambu itu dibuka Ato! Nampaklah sebuah pemandangan yang dipenuhi dengan pepohonan besar dan menjulang tinggi. Tidak ada satu rumah pun yang dapat t
"Permisi! apakah ada orang di dalam?"Terdengar suara nenek tua dari arah luar pintu.Nampaknya Ato belum pernah mengenali suara yang saat ini tengah didengarnya.Setelah membereskan bekas makanan, dengan segera Ato menghampiri pintu hendak menyambut kedatangan nenek tua yang menghampirinya.Kre keeeeek!Suara pintu yang sudah berumur itu, terdengar sangat mengganggu. Ato yang terbiasa hidup di perkotaan seakan telah melupakan suasana rumah kayu seperti itu."Permisi anak muda! maaf sudah mengganggu istirahatnya, jika berkenan bolehkah saya masuk ke dalam?" ucap nenek tua dengan membawa tongkat yang menjadi penyangga tubuhnya.'hmp, gimana yah? andai pemilik rumah ini datang, apakah dia akan mengijinkan masuk, nenek ini?" gumam Ato."Ta-tapi, saya bukan pemilik rumah ini nek!" sergah Ato, sebelum nenek tua di hadapannya memaksa untuk tetap masuk."Hehe. Baiklah jika saya tidak boleh masuk, lalu bisakah kamu memberi