"Sepertinya aku harus pergi sekarang!" Desi langsung berdiri dari tempatnya duduk. Tapi saat dirinya berjalan beberapa langkah, pandangan mata seakan disilaukan oleh cahaya.
Badan yang tegakpun tiba-tiba oleng tak karuan. Sepertinya Desi mengidap penyakit anemia, atau wanita itu banyak kehilangan cairan tubuh. Setelah terus terjaga seharian penuh.
Rasa takut yang terus menyelimutinya, menjadikan Desi tidak bisa meregangkan otot dan pikiran. Hingga akhirnya Desi harus membuka mata, tanpa tidur sekejap pun.
Ato yang melihat Desi sempoyongan, langsung berdiri dan mendekapnya.
Setelah Ato, memandang Desi. Nampaknya wanita itu berwajah pucat pasi. Dengan sigap Ato langsung memboyong Desi untuk dibaringkan pada tempat duduknya semula.
"Hei! apa kamu baik-baik saja?" tanya Ato sembari memukulkan telapak tangan pada pipi Desi dengan perlahan.
Dalam situasi seperti itu, Ato langsung mengedarkan pandangannya. Mencari sesuatu untuk dijadikan bahan pertolongan pertama pada orang pingsan.
Namun, Ato tidak menemukan sesuatu apapun yang bisa membantunya saat ini.
Saat keadaan seperti itu, Ato mencoba untuk menggali pengetahuan yang telah direkamnya. Dikala ingatan sudah mencapai batas, Ato mulai menemukan solusi untuk menghadapi situasinya saat ini.
Ato langsung melakukan sesuatu yang pernah dilihatnya pada sebuah film.
Terutama saat si tokoh utama dalam film itu tenggelam ke dasar air dan temannya langsung memberikan nafas buatan. Maka hal yang sama akan dilakukan Ato saat ini, hanya demi menyelamatkan seorang wanita yang tengah dalam keadaan tak sadarkan diri.
'Sial, apa aku harus melakukan hal itu?' gumam Ato dalam batinnya.
Meskipun Ato sudah berniat untuk memberikan nafas buatan, nyatanya sesuatu yang datang seperti menghalangi dirinya untuk melakukan hal itu.
Tiba-tiba dalam pikiran Ato terlintas, bahwa dirinya mau tak mau harus bercumbu dengan Desi. Sementara sampai saat ini Ato belum pernah bercumbu dengan siapapun dan wanita yang ada dihadapannya itu bukanlah seseorang yang halal baginya.
Meskipun Ato sudah lama tak bertemu dengan kedua orang tuanya, tapi beberapa petuah terdahulu yang pernah diberikan padanya masih melekat di hati sanubari Ato.
'Nak! dimanapun kamu berada, meskipun tidak ada seseorang yang melihatmu. Ingatlah, bahwa tuhanmu tetap menyaksikan tingkah lakumu. Jadi malulah terhadapnya, dengan meninggalkan segala sesuatu yang bukan hakmu! lalu, jika kamu sudah dewasa, janganlah bertindak seenaknya pada perempuan, melainkan harus menjaganya seperti kamu menjaga Ibu!'
Terngiang di pendengaran Ato. Suara wanita yang sangat jelas tapi tak berwujud, dan suara itu tak lain ialah milik Ibunya.
Hampir saja, kedua bibir Ato dan Desi saling beradu. Tapi setelah suara yang tebesit dan tak berwujud itu hinggap dalam benak Ato, ia segera merubah keputusannya.
"Ops. Tidak! aku tidak boleh melakukan ini ... lalu, apa yang harus aku lakukan?"
Nampaknya konflik batin sedang melanda Ato. Lelaki itu ingin menolong, tapi tak mampu berbuat apa-apa.
Akhirnya Ato merasa kesal!
Secara tak sengaja, genggaman tangannya mencengkram erat tangan Desi.
"Heiiii, bangunlah! bagaimanapun caranya. Aku mohon jangan tidur saja!" teriak Ato, yang terlihat sedikit frustasi.
Mungkin lelaki itu tidak ingin melihat mayat, untuk yang kedua kali di depan matanya.
Meskipun Ato mengira bahwa Desi hanya tak sadarkan diri, tapi wajah pucat yang ditunjukan Desi sudah mirip dengan seorang mayat yang berwajah pucat.
Uhuk! Uhuk!
Tiba-tiba saja, Desi tersendak.
Tekanan jari Ato yang memusat diantara sela ibu jari dan telunjuk Desi. Ternyata membuat syaraf Desi aktif kembali. Sehingga siapapun yang dalam keadaan tak sadarkan diri, akan menunjukan reaksi terkejut dari tekanan itu.
"Hmmp, syukurlah. Aku kira kamu sudah mati!" seloroh Ato. Perasaannya begitu bercampur aduk, antara panik dan tak berdaya.
"Bisakah kamu menolongku?" pinta Desi dengan lirih.
"Ya, tak masalah! jika aku mampu apa susahnya!" sahut Ato menyanggupi keinginan wanita dihadapannya.
"Tolong ... berikan aku air!" lanjut Desi.
"Air? baiklah, tunggu sebentar!"
Tanpa berpikir dan menanyakan air apa yang diinginkan Desi. Ato bergegas mencari sesuatu yang dipinta oleh Desi pada dirinya, ia langsung pergi ke arah luar gedung tempatnya berada.
Namun sebelum sampai di penghujung lorong yang berbelok, suara derap langkah kaki dan orang berbicara tiba-tiba terdengar.
'Inikan hari libur! kenapa ada orang disini?' gumam Ato. Akhirnya ia harus mencari tahu, siapakah orang yang saat ini datang mendekat?
Ato langsung berdiri dibalik dinding yang menghubungkan lorong jalan. Setelah diselidiki, dari kejauhan tampaklah Jodi dan beberapa orang berpakaian serba hitam datang seperti akan menuju ke arahnya.
"Sial, ternyata orang itu lagi!" bisik Ato.
Setelah menyadari bahwa suatu bahaya akan menimpanya, Ato langsung mengambil ponsel dan menghubungi orang-orang yang dianggap bisa membantunya.
Sambil berjalan memutar arah, Ato terus berusaha menghubungi Keni dan Pak Nurdin.
Hanya kedua orang inilah yang diketahui Ato bisa membantu permasalahannya.
Padahal jika sedikit tenang, Ato bisa langsung menghubungi petugas keamanan, atau nomor darurat untuk meminta pertolongan. Tapi rasa panik yang menguasainya, menjadikan pikiran Ato tak karuan. Karena tidak membuahkan hasil, Ato langsung berlari sejadi-jadinya menuju tempat Desi berada.
Beberapa orang yang dihubungi Ato belum juga memberikan jawaban, baik pesan singkat atau telewicara.
Sesampainya di tempat Desi, Ato langsung mencari persembunyian.
"Ada apa, kok panik?" tanya Desi yang masih terbaring dengan muka pucat.
"Kita harus pergi dari sini, orang aneh itu datang kembali!"
Desi yang mendengar penjelasan Ato, mencoba bangkit dari tempat berbaring nya. Tapi rasa lemas tak bertenaga membuat wanita itu kesulitan untuk bergerak sedikit cepat. Selain itu luka lecet pada bagian kaki, tengah menambah derita yang Desi alami.
Setelah seharian memakai sepatu tanpa kaos kaki, ternyata menjadikan Desi memiliki tujuh benjolan bernanah dikakinya.
Tanpa ada pilihan lagi, Ato langsung mengangkat tubuh Desi. Bagaikan seorang Ibu yang mengais bayinya.
Sebenarnya sih berat! Tapi demi keselamatan, Ato melakukan hal itu seperti tanpa beban yang cukup berarti.
Rasa panik yang teramat sangat sudah menjalar pada seluruh bagian tubuh Ato. Akibat kepanikan itu, Ato menjadi tak sadar bahwa ia sudah meninggalkan ponsel miliknya. Hal tersebut disebabkan karena Ato kurang apik dalam menyimpan barang miliknya itu.
Kehilangan benda yang merupakan alat komunikasi jarak jauh itu, menjadikan masalah Ato bertambah rumit.
Entah apa lagi yang akan dilakukan Ato?
Bertarung sendirian menghadapi Jodi dan teman-temannya? atau berlari sejadi-jadinya menggendong Desi untuk mencari persembunyian?
Dengan susah payah Ato mencari tempat persembunyian, tapi ia tak kunjung mendapatkan tempat yang cukup nyaman. Pada akhirnya Ato memilih ruangan kecil yang menurutnya bisa dijadikan persembunyian sementara. Tak lama setelah Ato bersembunyi, datanglah puluhan orang yang hendak mencarinya. "Dimana mereka?" "Apa kamu yakin? wanita itu dalam keadaan terikat." "Mereka pasti masih disini!" "Jika mereka lolos?" "Aku akan tetap menghabisi mereka berdua, karena sudah mengetahui banyak hal!" Terdengar beberapa orang sedang membicarakan seseorang yang hendak dicarinya. Mereka itu tak lain adalah Jodi dan teman-temannya. Dengan membawa sesuatu memanjang yang ditutupi kain. Jodi hendak mengeluskan tangannya pada benda yang berada dibalik kain itu. Saat ini, Ato dan Desi sudah berada ditempat persembunyian yang terbilang sangat berbahaya. Karena tempat persembunyian itu merupakan ruang sempit, jika mereka berdua salah langkah atau mengenai k
Tak pernah disangka, jika Perusahaan milik Ruslan itu, menjadi tempat terakhir seorang wanita cantik bertubuh ramping bernama Ratna. Mungkin, siapapun yang melihat wanita itu ... akan segera tergoda dan ingin memilikinya! Enam tahun lalu! Anugrah yang dimiliki Ratna, seperti alis mata centik, bibir tipis merah merona dan selalu berpenampilan glowing. Menjadikan dirinya dikejar para lelaki. Begitupun dengan Jodi, dirinya terus berusaha untuk mendapatkan wanita itu. Hingga berbagai cara ia lakukan agar bisa menjadikan Ratna sebagai kekasihnya. Entah bisikan atau keinginan sendiri, Jodi langsung mendatangi seorang ahli perdukunan. Tujuan dari kedatangan Jodi tersebut, tak lain hanyalah meminta untuk diberikan ilmu kejayaan dan ilmu pemikat. Masing-masing dari ilmu itu akan digunakannya untuk beberapa maksud tertentu. Ilmu kejayaan, ia gunakan untuk memudahkannya meraih pangkat dalam setiap pekerjaan. Lalu ilmu pemikat, ia gunakan agar setiap oran
Saat ini, Ato berada di sebuah rumah yang tak dikenalinya. Kemudian ia memperhatikan keadaan tubuhnya yang dipenuhi dengan perban. Beberapa luka bekas sayatan senjata tajam saat ini terasa begitu menyakitkan. Lalu, Ato mencoba untuk mendekati jendela rumah itu yang berada di arah timur. Hanya sebuah Padang rumput saja yang didapatinya dan tidak ada satu orangpun yang bisa ia lihat,"Dimana aku?" lanjutnya. Rumah itu masih berbahan kayu dan bilik bambu, nampaknya ia sangat jauh sekali dari keramaian. 'Siapa yang membawaku kesini?' gumam Ato. Kemudian ia bergegas menuju pintu rumah yang berada di arah selatan. Sakit yang teramat sangat, seakan dilupakan Ato dengan begitu saja. Mungkin lelaki itu panik, karena ia saat ini tengah berada di tempat yang belum terjamahnya. Dengan perlahan pintu rumah bambu itu dibuka Ato! Nampaklah sebuah pemandangan yang dipenuhi dengan pepohonan besar dan menjulang tinggi. Tidak ada satu rumah pun yang dapat t
"Permisi! apakah ada orang di dalam?"Terdengar suara nenek tua dari arah luar pintu.Nampaknya Ato belum pernah mengenali suara yang saat ini tengah didengarnya.Setelah membereskan bekas makanan, dengan segera Ato menghampiri pintu hendak menyambut kedatangan nenek tua yang menghampirinya.Kre keeeeek!Suara pintu yang sudah berumur itu, terdengar sangat mengganggu. Ato yang terbiasa hidup di perkotaan seakan telah melupakan suasana rumah kayu seperti itu."Permisi anak muda! maaf sudah mengganggu istirahatnya, jika berkenan bolehkah saya masuk ke dalam?" ucap nenek tua dengan membawa tongkat yang menjadi penyangga tubuhnya.'hmp, gimana yah? andai pemilik rumah ini datang, apakah dia akan mengijinkan masuk, nenek ini?" gumam Ato."Ta-tapi, saya bukan pemilik rumah ini nek!" sergah Ato, sebelum nenek tua di hadapannya memaksa untuk tetap masuk."Hehe. Baiklah jika saya tidak boleh masuk, lalu bisakah kamu memberi
Rasa ngilu di sekujur tubuh Ato terasa sangat mengganggunya, kemudian Pak Nurdin beranjak dari tempat duduk lalu pergi ke sebuah kamar pribadinya.Hanya selang beberapa menit saja, Pak Nurdin kembali lagi sambil membawa secangkir cairan berwarna merah."Minumlah ramuan ini!" ucap Pak Nurdin sembari menyodorkan cangkir yang dipegangnya."A-apa ini?" sahut Ato sambil menatap wajah Pak Nurdin."Tubuhmu sudah mengalami luka yang cukup serius, jika tidak segera di obati hal itu akan membahayakan dirimu," kemudian Pak Nurdin memegang pundak Ato.Tiba-tiba rasa panas terasa di sekujur tubuh, dan membuat Ato meringis kesakitan. Pandangannya menjadi kabur lalu nafasnya menjadi sesak."Ini bukanlah luka luar saja, melainkan luka dari suatu benda yang telah di balut oleh mantra-mantra, kemudian ada makhluk kiriman yang hinggap di tubuhmu!" lanjut Pak Nurdin sambil mengerutkan dahinya.Walaupun atapan Pak Nurdin terlihat sangat serius, tapi dalam
"Hmp! kenapa malah bertanya padaku?" timpal Pak Nurdin yang dimintai pendapat oleh Ato sambil menaikan bulu alisnya. Kemudian Pak Nurdin beranjak pergi membawa sebuah buku yang lumayan tebal."Aku seperti hidup sebatang kara Pak! di sini hanya seorang sahabat yang kupunya (Keni). Selebihnya tak ada lagi orang yang bisa kupinta pendapatnya, atau orang yang mau memberiku nasehat!" keluh Ato."Biar ku tebak beberapa hal yang saat ini menjadi masalahmu!" celetuk Pak Nurdin.Pak Nurdin seakan mengetahui rahasia Ato, semua itu berhasil didapatkannya dikala malam hari saat sesuatu tak lazim tengah terjadi.Dalam ketidak sadaranya Ato tiba-tiba berbicara sendiri. Lelaki itu mengatakan bahwa dirinya sudah berbuat bohong selama 3 tahun pada orang tuanya.Kemudian saat ini, Ato sedang menjalin hubungan asmara dengan seorang wanita. Tapi belum pernah bertemu lagi selain pertemuannya yang pertama. Lalu Ato membicarakan masalahnya dengan seorang petinggi di Peru
"Semua gambar ini, aku peroleh setelah menerawang isi alam bawah sadarmu, begitupun dengan tebakanku pada mimpimu!" tegas Pak Nurdin.Ato sangat kebingungan dengan perkataan Pak Nurdin, ia seakan disuguhi hal baru dalam hidupnya. Tak ada memori ingatan dalam hidupnya yang bisa menerima kenyataan saat ini. Apalagi, setelah Pak Nurdin dengan sengaja menunjukan beberapa hal tak lazim pada Ato, semua itu hanyalah untuk membuat mahasiswanya percaya, bahwa di dunia ini masih ada sesuatu yang ada, walaupun sesuatu itu tidak terlihat dan nyaris diangga tak ada, kemudian perkara itu seakan tidak bisa diketahui semua orang.Lalu Pak Nurdin memberitakan tentang sesuatu yang sangat memukul perasaan Ato. Berita itu menerangkan bahwa wanita yang saat ini sedang dekat dengan Ato, telah jatuh ke tangan seorang lelaki yang merupakan petinggi perusahaannya bahkan sudah merasakan berbagai siksaan.Rani berhasil di Sandra oleh Jodi, sebab lelaki itu bisa mengetahui identitas
Secara perlahan tapi pasti, Ato mulai menerima kehadiran hal-hal diluar nalarnya. Seiring dengan itu, Ato memutuskan untuk tinggal sementara di tempat Pak Nurdin.Hingga pada akhirnya waktu tak terasa kian berlalu. Terhitung sampai saat ini, Ato sudah tinggal selama 3 hari diam di tempat yang disebut Distrik cabang oleh orang-orang Padepokan itu. Selama itu pula, Ato mau tak mau harus mengikuti beberapa kegiatan di tempatnya berada.Pada malam pertama, Ato diperlihatkan beberapa pertunjukan ilmu penguasaan energi.Dalam batin Ato sempat bergumam,'Apa yang mereka lakukan? hmp, bukankah itu hanya atraksi saja? atau mungkin mereka hanya berpura-pura!'Di hadapan Ato saat ini, nampak puluhan murid Pak Nurdin yang terlihat seakan didorong oleh sesuatu, bahkan diantara mereka ada yang sampai terpental ke lantai dengan cukup keras.Kemudian pada malam ke dua, Ato diberi penjelasan tentang unsur dalam tubuhnya.Saat ini, pera