“Tuan Edelhard, ini pertama kalinya aku melihat seseorang murung karena dia akan di promosikan, tidakkah kau berpikir seberapa ingin orang lain mendapatkan posisi itu?”
“Saya..., saya hanya merasa gugup. Seharusnya saya memperlihatkan wajah gembira saya sebagai rasa syukur. Hahah, maafkan saya, Bos.”Sebentar lagi, beberapa menit sebelum tuduhan palsu Bianca dilayangkan ke arahku. Dia tidak terlihat gugup sama sekali, sial! Si jalang ini nampaknya sudah sangat terbiasa dengan melakukan trik kotor.Di kehidupanku sebelumnya dia menunjukkan obat perangsang pada Nona Clara, ya! Saat ini yang berada dalam saku si jalang ini adalah obat itu.Dia akan bilang mendapatkannya dariku, dia menuduhku akan meniduri dirinya dan juga Nona Clara di dalam kantor saat kami mendapatkan panggilan promosi.“Kalian berdua tidak perlu merasa tegang,” kata Nona Clara.Ding! Lift berhenti kemudian pintu terbuka, dan ketika aku memandang sesuatu di hadapanku..., akan ada bajingan lain yang akan menguatkan alibi yang si jalang Bianca, tentu saja orang itu adalah pacarnya.Romulo Hendrickson, orang ini sangat licik, setelah kiamat terjadi aku melihatnya sebagai orang yang memiliki keberuntungan yang cukup baik.“Lihat bagaimana bajingan itu menyeringai, kelicikannya tidak jauh berbeda dari seekor rubah tua.”Dia mampu bertahan selama dua tahun, tapi itu bisa dia lakukan dengan mengorbankan nyawa rekan-rekannya. Orang yang di perdaya olehnya secara bodoh mati untuk melindungi si Romulo bangsat satu ini.Untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa, aku akan mengakhiri hidup si bajingan ini. Bersiaplah Romulo, aku akan mengukir sebuah peluru bertuliskan namamu dalam dua bulan lagi.Dan kepalamu..., akan menjadi sarangnya.“Hendrickson? Ada apa petugas keamanan menunggu kita disini?” Tatap heran Nona Clara.Pertanyaan Nona Clara adalah sinyal untuk si jalang Bianca memulai dramanya. Sedetik sebelum akhirnya si jalang itu akan bersandiwara.“Tuan Hendrickson, anda disini..., syukurlah!” lagaknya berlarian ke arah teman seranjangnya itu, dengan air mata yang dia buat-buat Bianca mencoba meyakinkan Nona Clara.Di kehidupanku yang lalu aku berdiri menatap heran kelakuannya yang tiba-tiba, tapi saat ini..., aku hanya melihat itu dengan wajah datar. Sudah tidak mengejutkan lagi.Aku bahkan mengernyitkan bibirku, tersenyum karena menganggap itu lucu.“Sial..., aku benar-benar tidak tahan dengan dua bajingan ini.”“Apa yang terjadi, kenapa tiba-tiba Nona Esther bersikap seperti itu?”Entahlah Nona, saat itu aku tidak memberitahumu apa yang dia lakukan, dan itu juga tidak akan berlaku saat ini. Sebaiknya kau lihat saja.“Nona Esther, aku menerima laporan darimu,” ucap Romulo menunjukkan wajahnya yang tegas sebagai seorang Penjaga Keamanan.Ya ampun, baik Bianca atau Romulo sama-sama memanggil menggunakan nama marga mereka, bukankah mereka sudah sering bermalam bersama? Ingin bertingkah tidak akrab? Ampun dah, mereka melakonkan peranannya dengan baik.“Apa semuanya baik-baik saja, Nona Esther?”“Masih, semuanya masih baik-baik saja,” sahut Bianca yang berpura-pura panik.“Tapi apa aku harus menunggu sampai hal itu terjadi?!” imbuhnya.“Tuan Edelhard? Apa kau dengar apa yang mereka bicarakan? Kenapa Nona Esther terlihat begitu panik?” tanya Clara.“Aku tidak mengerti tentang apa yang membuatnya panik, tapi kita akan segera tau,” jawabku.Saatnya kau melihatku dengan tatapan sinis itu Romulo!“Nona Direktur, sebaiknya anda menjauh dari orang mesum itu,” Rumulo benar-benar melakukannya. Sama seperti di kehidupan yang sebelumnya, dia akan menuding dengan suaranya yang tinggi.“Orang mesum?” mata Nona Clara membola melirik ke arahku.“Pria itu membawa sebuah obat perangsang di dalam sakunya, dia hendak menyerang anda Nyonya direktur!” tegas Romulo. Nona Clara masih tercengang mendengar pernyataan itu.“Nona Esther, tunjukkan apa yang kau temukan kepadaku.”“Ini!” balasnya menunjukkan sebuah botol kecil yang berisi obat perangsang.“Aku mendengar dia membeli dua botol kecil obat, dia sering merayuku dan ingin menggunakannya kepadaku. Aku takut karena selalu mendengar ancaman darinya, jadi aku bungkam selama ini.”Air mata mulai menggaris pipinya, semua usaha Bianca lakukan demi sandiwara yang bagus dan meyakinkan.“Huu..., aku benar-benar ketakutan ketika dia mulai mengancamku. Tapi karena Tuan Hendrickson bersedia membantuku aku berani angkat bicara disini.”Si jalang itu kemudian menoleh dengan jari tertunjuk lurus ke arahku, “Jangan tertipu oleh penampilannya yang tampak seperti lelaki polos, itu hanya topeng yang menyembunyikan kebejatannya.”Polos? Pfft! Jadi aku terlihat seperti itu di mata kalian? Benar juga, sebelum mengalami kemalangan itu selama lima tahun, aku hanyalah seorang pemuda polos. Tapi sekarang, bejat saja tidak cukup untuk mendeskripsikan orang yang telah lama kehilangan kemanusiaannya.Kau pikir selama dunia sedang kiamat aku hanya berkeliaran membunuh zombie? Bahkan manusia yang tidak layak sepertimu banyak yang mati di tanganku.Hadeh hadeh, sadarlah Vin, tidak boleh menunjukkan niat membunuh di tempat ini. Tetap pada karaktermu yang terlihat polos.“Edelhard? Apa yang di katakan oleh Nona Esther itu benar?” tanya Nona Clara.Dia menatapku dengan mata yang penuh akan keraguan. Belum sempat aku menghilangkan keraguannya, kesempatan untuk menjelaskan di ambil oleh si Jalang Bianca.“Itu benar Nona Direktur! Dia pasti menyembunyikan botol yang sama di salah satu sakunya.”Tidak, apa yang di katakan Bianca itu tidak benar.“Aku akan pergi untuk memeriksa,” ujar Rumulo, Katua Penjaga Keamanan itu mulai melangkah mendekatiku dengan senyum liciknya.Tentu dia tidak akan menemukan benda yang dia maksud di sakuku, karena benda yang sama.., ada di tangannya.“Jangan berusaha kabur dari pemeriksaan. Jika dirimu jujur, kau tidak perlu takut..., Tuan Edelhard.”Bajingan itu akan bilang menemukannya di salah satu sakuku, begitulah caraku jatuh dalam kemunafikan yang di rencanakan oleh dua ular derik yang licik ini.“Edelhard, apa kau memang mempunyai niat seperti itu? Tolong katakan bahwa itu tidak benar.”Clara, kau mengatakan itu karena kau tidak percaya dengan apa yang mereka tuduhkan kepadaku, aku tau.“Jangan diam saja, katakan sesuatu!”Tapi, setelah mereka menunjukkan kebohongan itu, kau berpaling dari mempercayaiku seketika, dan itu menyakiti perasaanku.“Kenapa kau malah tersenyum seperti itu? Kesalahpahaman tidak akan lurus hanya dengan sebuah senyuman.”“Nona Direktur benar, Tuan Edelhard. Yang kami butuhkan adalah penjelasan,” celetuk Rumulo yang masih dengan senyum liciknya.Tak peduli apakah mulutku harus berbusa untuk menjelaskannya padamu saat itu. Kepercayaanmu padaku tidak dapat aku raih.Kau pikir seberapa putus asanya diriku saat itu? Aku..., sudah tidak ingin merasakan hal seperti itu lagi di kehidupan ini. Maka..., dari sini semuanya akan berbeda.“Itu benar, aku memang menyembunyikan obat perangsang di dalam sakuku,” aku mengatakannya sambil menyeringai.Sialan..., aku tidak berharap wajahku akan tampak seperti seorang penjahat.Nona Clara terhenyak dengan kedua matanya yang terbuka lebar, sedangkan pria yang berusaha menjebakku terperanjat mendengar pengakuan tadi. Ya, bukankah ini tidak berjalan sesuai dengan rencanamu, Rumulo?Rumulo yang bertubuh tinggi tegap menatap heran ke arahku, dulu nyaliku ciyut ketika dia menatapku seperti itu. Tapi kali ini tidak sama sekali.“Tidak perlu memeriksanya, karena persis seperti yang di katakan oleh Bianca, aku menyimpan benda serupa di saku celanaku,” sembari menepuk bagian saku di dekat pinggang aku mengatakannya.Kenapa malah melongo? Bukankah ini yang kalian inginkan. Bianca? Romulo? Kalian seolah mengatakan ada apa dengan bajingan ini dalam hati kalian, kan?“Edelhard, aku tidak percaya kau melakukan hal seperti itu. Kenapa?”“Ahahah! Bagaimana anda bisa begitu kejam, bos? Tidakkah anda bisa memikirkan sendiri alasannya?” ujarku sambil mendekat ke arah Nona Clara.Nona Bos berjalan mundur dengan tangannya yang tampak gemetar. Aku sebenarnya tidak tega melakukan ini. Tapi aku akan meladeni kedua bajingan itu untuk bersandiwara.“Penampilan anda yang begitu menawan selama ini menyiksaku. Anda pikir seberapa banyak malam yang saya lalui dengan berfantasi tentang anda? Saya hanya menunggu kesempatan untuk melepaskan rasa penasaran saya.”Plasss!!! Bunyi tamparan keras itu membuat telingaku berdenging.“Bagaimana kau berpikir sehina itu setelah aku cukup mempercayaimu?”“Mulai hari ini aku tidak ingin melihatmu di perusahaan ini. Kau di pecat, Vin Edelhard!!” imbuh Nona Clara, tangannya terkepal walau terlihat bergoyang. Dengan nada bicara yang gemetaran itu, aku paham.., dia terguncang.Dia cukup percaya padaku, dan itu membuatku bahagia. Meskipun aku merusak kepercayaan itu sekarang, itu akan baik-baik saja.“Jangan berani menunjukkan wajahmu lagi di depanku.”Dalam kehidupan ini aku akan berusaha mendapatkan kembali kepercayaan darimu, karena dalam kehidupan ini, kau tidak harus mati lebih dulu.“Kenapa kau masih berdiri disini?! Enyah dari pandanganku sekarang juga!” tegas Nona Clara kepaku. Aku tertunduk di hadapannya, membungkuk menunjukkan perasaan bersalahku.“Terimakasih untuk yang telah anda lakukan selama ini, dan maafkan saya.”Tenanglah Clara, aku pastikan kita akan bertemu lagi, kali ini aku akan menjemputmu. Aku tidak akan terlambat.Clara sama sekali tidak meresponku, tapi aku masih bisa melihat sedikit reaksi dari tangannya yang terkepal. Setelah membungkuk aku menoleh pada pasangan ular derik yang menjebakku.Aku tersenyum pada mereka, ku harap mereka menyadari pesan tersirat dari wajahku. Aku ingin bilang pada mereka.Kalian tunggu saja harinya, bajingan!Suara langkahku semakin menjauhi mereka, anggaplah hari ini sebagai hari terakhir kalian melihat punggung kecilku. Tapi dalam waktu dua bulan, punggung kecil ini akan berbeda, karena takdir dunia..., akan dipikul oleh punggung ini.***Haa..., saat ini aku berada di luar kantor tempatku bekerja, karena langsung mengarah pada jalan raya, tebak suara apa yang sedang aku dengarkan sekarang.‘Wooom!’Benar, mobil yang berlalu lalang, dalam waktu dua bulan suara seperti ini tidak akan sering lagi ku dengar. Setelah cukup lama rasanya jadi nostalgia.Klungg! Sebuah pesan masuk ke ponsel pintarku, pesan yang menunjukkan bahwa sejumlah saldo masuk ke tabunganku.“Dasar Clara, jadi kau tidak berniat membiarkanku pergi tanpa pesangon? Walau aku sudah begitu keterlaluan padamu, kau masih punya belas kasih.”“Padahal kau terlihat seperti seorang bos berhati dingin. Dengan sikapmu yang kadang tidak terduga ini, jangan salahkan aku jika aku semakin mencintaimu.”Dalam waktu dua bulan ini uang masih menjadi sesuatu yang penting, tapi setelah bencana itu terjadi, uang tidak lagi ada harganya. Sebaiknya aku langsung menghabiskannya untuk sesuatu yang ku butuhkan saat terjadi Zombie Apocalypse.Dari sekarang, survivalku akan di mulai!Pengalaman bertarung selama lima tahun masih melekat dalam benak, yang hilang hanyalah stamina dan kekuatan untuk mengeluarkan potensi sejatinya. Daya serang dan kecepatan..., “Kuhh! Rasanya aku seperti terjebak di dalam lumpur, pukulan juga tendanganku menjadi lambat.”Pasti karena tubuh yang sama sekali belum terlatih ini. Saat kiamat terjadi, berlari adalah hal yang harus di lakukan demi mempertahankan hidup secara naluriah, tanpa sadar hal itu seperti memupuk kekuatan diri.“Tanpa di sadari staminaku mulai meningkat, ketahanan tubuhku pun sama. Di dunia yang kesulitan untuk beradaptasi itu, aku di tempa untuk menjadi kuat.”“Sekarang aku memiliki kesempatan yang lebih baik, aku tidak boleh menyia-nyiakannya. Aku akan berlatih untuk melampaui batasanku di kehidupan yang sebelumnya.”“Baiklah! Itulah rencananya. Sebaiknya kita mulai dengan pergi ke Gym.”Muscle Gymnasium, tempat itu cukup besar dan letaknya juga tidak terlalu jauh dari rumahku. Dulu aku tidak pernah mengunjunginya,
Seminggu berlalu, otot juga urat yang dulunya menjadi dapur pacu agar tubuh ini bergerak lebih cepat dan bertenaga sudah hampir terbentuk setengahnya. Dengan ini, aku mungkin bisa melancarkan sebanyak tiga puluh persen daya serang di kehidupan sebelumnya.“Lima puluh kali push up dan melakukan plank selama lima menit baru dapat membuatku berkeringat? Dalam seminggu kemajuan ini sudah cukup mengejutkan.”Sepertinya jika aku harus berlari, segerombolan mayat hidup itu tidak akan mampu mengejar lagi, pergi kemanapun juga tidak akan menjadi masalah. Sebelum datang hujan, payung yang sudah di siapkan rasanya sudah cukup besar.Tapi bukan hanya payung yang di butuhkan, untuk melawan badai, sebuah pondok kokoh yang aku perlukan. “Rumah ini..., karena letaknya berada di tengah kota, pun merupakan kawasan padat penduduk, saat terjadi Zombie Apocalypse rumah ini tak akan lagi menjadi tempat yang aman.”“Sepertinya sudah saatnya mengucapkan selamat tinggal pada rumah ini.”Dua puluh tahun mengu
Tepat di sore hari, Nona Hornets datang dengan beberapa rakannya. Rumahku pun akhirnya terjual dengan harga yang bagus.“Kenapa menatapnya begitu lama, Tuan Edelhard? Apakah itu semacam ucapan selamat tinggal?”“Ya, semacam itu.”Ayah, Ibu. Terimakasih atas bantuan kalian hingga akhir. Putramu berjanji untuk menggunakan uang sisa warisan kalian ini dengan baik. Selamat tinggal.Seperti yang di janjikan oleh Nona Hornets, dia akan mengantarkanku untuk pergi ke dalam hutan, sebab jalan masuk menuju pondok, hanya perempuan inilah yang mengetahuinya.“Kak Elaine? Kakak yakin ini jalannya? Sudah tiga tahun semenjak kunjungan Kakak terakhir kali, aku tidak yakin dengan jalan yang Kakak ambil.”“Ikuti saja arahanku. Kita akan sampai.”Suara tegukan ludah dari rekan Nona Hornets bahkan terdengar hingga ke telingaku yang duduk di kursi belakang.Emm..., aku juga cukup meragukan arahan dari Nona Hornets, maksudku, ini adalah hutan. Keadaan di sini sangat mudah berubah, apalagi setelah tiga tahu
Butuh setidaknya waktu satu minggu untuk benar-benar menghafal jalur hutan yang kini aku tinggali. Karena rindangnya pepohonan di sekitar pondok yang kini ku tinggali, aku tidak bisa melihat matahari ataupun bulan terbit di manapun.‘Srrat! Sraat!’ suara ujung pisau yang di gesekkan di antara batang pohon.Aku harus mengiris kulit pohon untuk menandai mata angin, dengan menjadikan pondokku sebagai pusat, kini aku menghafal jalur manapun sejauh 10 mil dari pondok. Hutan ini menjadi teritoriku sekarang.“Meskipun menghafal setiap tempat di hutan ini adalah hal yang bagus, tapi hal ini bukanlah prioritasku sekarang.”“Aku harus pergi lagi ke kota untuk keperluan lain. Mari! Buat persiapannya benar-benar matang!”Lega rasanya melihat sinar matahari. Sudah terhitung tiga minggu sejak aku berada di dalam hutan. Kegiatanku di sana sangat berguna, menghafal jalan dan juga berburu membuat otot-otot di tubuhku prima.“Di hutan itu aku memang tidak kekurangan makanan sama sekali, tapi.., tanpa g
Waktunya semakin dekat, kehancuran dunia akan segera di mulai. Aku telah memanggil kembali semua memoriku di kehidupan yang pertama. Awal kemunculan para Zombie pasti ada kaitannya dengan insiden pesawat jatuh.“Setidaknya ini yang bisa ku simpulkan, sebab..., tepat setelah berita tentang jatuhnya pesawat itu, teror zombie pun terjadi.”“Tempat jatuhnya pesawat adalah taman di dekat bandara, saat hari itu terjadi..., aku akan berada di sana. Mungkin aku bisa mencegah hal yang terburuk dengan melakukan itu.”Mari ke kota lagi untuk menghabiskan sisa uangnya. Kali ini..., untuk persiapan yang terakhir.“Toko di depan sana adalah tempat penjualan senjata api yang paling dekat di kota ini, meskipun bukan yang terbesar, seharusnya mereka menjual apa yang aku cari.”Bunyi gemerincing terdengar ketika aku masuk ke dalam toko ini, seorang pria paruh baya bertubuh tambun berdiri di balik counter desk.“Selamat datang,” sambutnya tanpa memperhatikanku. Pria itu terus membalikan lembar majalah y
12 November 2040Hari yang di nanti-nanti akhirnya tiba. Darahku mendidih, seluruh tubuhku gemetar mengingat apa yang akan terjadi. Sejak tadi malam jantungku berdetak tidak karuan, aku terbangun demi hari ini.“Matahari bersinar terang, langit biru dengan sedikit awan. Bukankah hari ini adalah hari yang cerah untuk sebuah bencana?”Sejak tadi aku sudah bersiaga di taman tempat pesawat itu akan mendarat secara darurat, orang-orang di sekitar sini begitu riang menikmati keseharian mereka. Aku yakin tak satupun dari mereka akan mengira, bahwa kiamat akan datang.“Ibu aku ingin balon yang besar itu, tolong belikan aku itu, Bu!”“Baiklah, tapi berjanjilah pada ibu, kalau kau akan makan semua sayuranmu pada sarapan berikutnya.”“Emm! Janji!”Anak itu.., apa dia akan menangis kalau aku bilang tidak akan ada sarapan yang berikutnya? Yah.., bukan berarti akan ada seseorang yang percaya pada omonganku. Kalaupun aku menjelaskannya, sudah pasti aku akan di cap gila.Untuk saat ini aku hanya bisa
Rasa penasaran orang-orang membawa mereka mendekati pesawat, sesuatu yang sebenarnya ingin mereka tolong, adalah apa yang akan membahayakan mereka.“Bung, mereka di sini.., maksudmu?”“Sesuatu yang datang dari mimpi terburukmu. Semua orang akan terbunuh, suruh mereka menjauh dari sana, cepat!”“Apa?” sahut pria yang menindihku dengan sangat kebingungan.Tentu saja dia tidak akan percaya dengan kalimat yang terdengar seperti sebuah omong kosong itu. Aku hanya bisa membiarkan dia melihat situasi agar dia percaya. Lagipula aku tidak dapat bergerak karena kunciannya.“Tubuh mereka berwarna hitam, apa itu luka bakar?”Itu bukan luka bakar, tubuh mereka tampak berwarna hitam karena pembusukan yang terjadi. Mereka sudah menjadi zombie.“Tuan, apa kau baik-baik saja?”Mereka tidak akan menjawab, indra mereka sudah mati. Cihh, aku kasihan pada orang yang mendekat tanpa tau apapun. Dia menjadi korban pertama, kah?“Arrgh! Orang ini menggigitku! Tolong!”“Tidak! Aku juga tergigit!”“Apa-apaan in
Setelah cukup puas berlari, aku dan Andrew bersembunyi di sebuah kantor kecil, ukurannya 4 x 4 dengan hanya satu lantai pada bangunannya. Tidak ada benda lain selain komputer, printer dan setumpuk kertas.“Vin, dari semua tempat..., kenapa kita harus bersembunyi disini?”Andrew memanggil nama depanku karena setelah semua yang terjadi pada kami, kami merasa cukup dekat sebagai kawan.“Aku ingin tahu pendapatmu, Andrew.”Pria itu menghela nafas, itu karena aku sering membuat dia menjawab pertanyaannya sendiri. Ku rasa dia cukup paham dengan sikapku.“Aku hanya berpikir akan lebih baik untuk kita bersembunyi di toserba atau tempat lain yang menyimpan bahan makanan. Setidaknya peluang kita untuk bertahan dari krisis ini akan lebih besar.”“Kau salah, peluang kita untuk selamat menjadi semakin kecil jika kita melakukannya.”“Andrew.., semua orang pasti akan berpikiran sama sepertimu, dan mereka akan berkumpul di sana,” ujarku.“Vin, apa kau berpikir kalau perselisihan akan terjadi? Memang