Rasa penasaran orang-orang membawa mereka mendekati pesawat, sesuatu yang sebenarnya ingin mereka tolong, adalah apa yang akan membahayakan mereka.“Bung, mereka di sini.., maksudmu?”“Sesuatu yang datang dari mimpi terburukmu. Semua orang akan terbunuh, suruh mereka menjauh dari sana, cepat!”“Apa?” sahut pria yang menindihku dengan sangat kebingungan.Tentu saja dia tidak akan percaya dengan kalimat yang terdengar seperti sebuah omong kosong itu. Aku hanya bisa membiarkan dia melihat situasi agar dia percaya. Lagipula aku tidak dapat bergerak karena kunciannya.“Tubuh mereka berwarna hitam, apa itu luka bakar?”Itu bukan luka bakar, tubuh mereka tampak berwarna hitam karena pembusukan yang terjadi. Mereka sudah menjadi zombie.“Tuan, apa kau baik-baik saja?”Mereka tidak akan menjawab, indra mereka sudah mati. Cihh, aku kasihan pada orang yang mendekat tanpa tau apapun. Dia menjadi korban pertama, kah?“Arrgh! Orang ini menggigitku! Tolong!”“Tidak! Aku juga tergigit!”“Apa-apaan in
Setelah cukup puas berlari, aku dan Andrew bersembunyi di sebuah kantor kecil, ukurannya 4 x 4 dengan hanya satu lantai pada bangunannya. Tidak ada benda lain selain komputer, printer dan setumpuk kertas.“Vin, dari semua tempat..., kenapa kita harus bersembunyi disini?”Andrew memanggil nama depanku karena setelah semua yang terjadi pada kami, kami merasa cukup dekat sebagai kawan.“Aku ingin tahu pendapatmu, Andrew.”Pria itu menghela nafas, itu karena aku sering membuat dia menjawab pertanyaannya sendiri. Ku rasa dia cukup paham dengan sikapku.“Aku hanya berpikir akan lebih baik untuk kita bersembunyi di toserba atau tempat lain yang menyimpan bahan makanan. Setidaknya peluang kita untuk bertahan dari krisis ini akan lebih besar.”“Kau salah, peluang kita untuk selamat menjadi semakin kecil jika kita melakukannya.”“Andrew.., semua orang pasti akan berpikiran sama sepertimu, dan mereka akan berkumpul di sana,” ujarku.“Vin, apa kau berpikir kalau perselisihan akan terjadi? Memang
Bangunan tempat aku dan Andrew bersembunyi terhubung pada sebuah gang sempit di belakang, para zombie tidak melalui lorong ini untungnya.Andrew mengeluarkan sebuah pistol dari balik celana dan dia bersiaga sambil mengendap di dekat dinding.“Andrew, kau seperti sedang berada di dalam misi. Tidak perlu setegang itu kawan, kau tidak ingin pikiranmu kacau kan, dalam situasi ini.”“Letakkan kembali pistolmu, kita hanya akan menggunakan pistol saat keadaannya sudah genting,” imbuhku.“Vin, jadi menurutmu keadaan saat ini masih belum genting? Haa..., jika bukan karenamu yang bersikap tenang, aku pasti sudah kacau, bung.”Andrew tidak lagi menanyakan tindakanku, dia dapat mengikutiku dengan tenang. Saat aku menggoyang-goyangkan pipa pembuangan air hujan, dia juga hanya memperhatikan saja.“Kau juga ambil,” ujarku sambil menggenggam pipa yang berhasil ku patahkan.Andrew segera melihat sekeliling untuk mencari pipa, “Aku sudah dapat.”“Bagus! Kita akan gunakan ini untuk membunuh mereka.”And
Dengan rasa percaya diri Andrew yang semakin kuat, kekhawatiranku pun berkurang. Kerja sama kami cukup baik, kami berhasil melangkah cukup jauh dari titik persembunyian awal. Andrew makin terbiasa mengatasi zombie yang berdatangan.“Maaf!” seru Andrew sebelum pukulan yang di ayunkannya memecahkan kepala zombie yang datang menghampiri.“Kawan, kau tidak perlu meminta maaf tiap kali kau membunuh mereka.”“Sebagai seorang tentara aku memiliki kewajiban untuk melindungi orang-orang di negaraku, permintaan maaf tadi aku ucapkan karena gagal memenuhi tugasku.”“Tapi bisakah kau kecilkan sedikit suaramu? Aku pikir kau sengaja memancing mereka,” gurauku.Andrew seketika gugup dan segera meminta maaf kepadaku, “Maafkan aku Vin, aku sungguh tidak bermaksud seperti itu.”“Haha, aku hanya bergurau kawan. Tidak perlu secemas itu.”“Ya ampun.., di saat seperti ini kau masih sempat bergurau.”“Apa salahnya? Karena ada orang yang menemani perjalananku kali ini, bergurau dengannya bukanlah hal yang bu
Kebohongan itu terus aku katakan hingga terdengar cukup meyakinkan, ada alasan yang membuatku tidak bisa mengatakan kebenarannya pada Andrew, ini bukan tentang kepercayaan, tapi tentang sesuatu yang lain.“Dia bukan seorang penulis dan tak pernah menulis apapun. Namun cerita yang dia bagikan padaku terdengar sangat bagus, dengan caranya menyampaikan hal itu..., bahkan terasa meyakinkan.”“Dan kau..., percaya hanya karena cerita bagus yang asalnya bukan dari seorang penulis?”“Ya, tapi dia membuatku lebih yakin dengan tindakannya. Pria bernama Gale itu bunuh diri setelah menceritakan semuanya.”“Bunuh diri? Kenapa dia melakukan hal gila seperti itu?”“Aku tidak menanyakannya karena dia sudah menjadi potongan daging. Dia meledakkan diri dengan mengempit sebuah granat di lehernya.”“Pernah melihat orang bunuh diri dengan cara seperti itu?” imbuhku.Andrew terhenyak, dia menopang dagu untuk mencerna apa yang aku ceritakan. Jantungku cukup stabil, dan aku juga tidak gugup ketika mengatakan
Sekarang lantai tempat aku dan Andrew berdiri telah di pastikan aman, aku yakin satu lantai di bawah kami juga sudah bersih.“Kerja bagus karena menarik mereka kemari, di lantai berikutnya aku ingin kau memelankan suaramu.”“Tentu, aku juga tidak ingin mereka yang berkeliaran di jalan raya naik kemari,” sahut Andrew.Beberapa pintu dalam lantai ini terbuka dan sebagian tertutup rapat. Aku melangkah memeriksa semuanya memastikan apakah ada yang terkunci.“Vin, kalau hanya untuk mencari persediaan, apartemen manapun juga tidak masalah, kan?”“Ya, tapi kau harus pastikan apakah ada ruangan yang terkunci. Takutnya ada orang yang masih hidup dalam bangunan ini.”“Ku pikir kau sudah sepenuhnya gila, Vin.”Ada, apartemen di depanku terkunci. Sekarang harus di buka secara perlahan atau di dobrak seperti tadi? Kalau benar di dalam ada orang, alangkah baiknya tidak membuat mereka semakin ketakutan.“Andrew, lakukan dengan perlahan!” ujarku.Berbeda dengan di atap, kali ini Andrew menggenggam ga
Aku dan Andrew mendapatkan izin dari Erina untuk menggunakan barang-barang milik orangtuanya. Yang kami tau ayahnya bernama Owen, dan ibunya adalah Sean, keduanya bekerja di perusahaan yang sama.Aku hanya berharap Owen dan Sean saling menjaga dalam kekacauan ini, aku ingin Erina berjumpa lagi dengan mereka.“Vin, aku sudah mengisi semua botol airnya, apa lagi yang harus ku bawa di dalam tasku?” seru Andrew dari arah dapur.“Ada makanan kalengan di dalam kulkas, lalu di laci kau bisa menemukan mie instan dan juga mie cup. Kau masukkan semuanya ke dalam tasmu!” balasku. Erina pergi ke kamarnya untuk mengambil apa yang dia butuhkan, dan aku sekarang berada di tempat di mana Owen meletakkan semua perkakasnya.Ada banyak tumpukan kardus yang berguna, solasi, lilin, dan juga pemantik. Aku juga menemukan sebuah senter, ada pisau lipat yang biasa di gunakan orang-orang ketika berkemah, tapi aku tidak bisa menemukan tenda.Jika ada itu, pasti lebih bagus.“Hei, bukankah ini sebuah kompor por
Turun ke dua lantai berikutnya dan kami menjumpai para zombie yang mulai tidak sabaran. Andrew melindungi Erina dari sisi yang berlawanan denganku, sedangkan gadis kecil itu berdiri di tengah-tengah.“Vin, aku tidak mengerti mengapa kau membuatku menjaga area belakang. Bukankah jalur yang telah kita lewati itu bersih?”“Kau akan mengerti sebentar lagi,” jawabku pada Andrew yang sesekali menoleh ke arahku.“Jangan lengah sedikitpun, Andrew!”Beberapa mayat yang terbaring di lantai ini tidak memiliki luka serius pada kepala mereka, hanya ada bagian tubuh yang terkoyak, bahkan jika separuh badan mereka terpotong seharusnya mereka masih bisa bergerak.Maka hanya satu kemungkinan yang bisa aku pikirkan, kebangkitan mereka terlambat.“Vin! Mayat-mayat itu bangun lagi, apa-apaan itu?!” ujar Andrew yang terdengar panik.“Lindungi Erina, jangan biarkan satu pun dari mereka mendekati gadis kecil itu!”“Ba-baiklah!” sahut Andrew dengan gugup.Yang Erina lihat mungkin bagaikan sebuah mimpi buruk,