Sekarang lantai tempat aku dan Andrew berdiri telah di pastikan aman, aku yakin satu lantai di bawah kami juga sudah bersih.“Kerja bagus karena menarik mereka kemari, di lantai berikutnya aku ingin kau memelankan suaramu.”“Tentu, aku juga tidak ingin mereka yang berkeliaran di jalan raya naik kemari,” sahut Andrew.Beberapa pintu dalam lantai ini terbuka dan sebagian tertutup rapat. Aku melangkah memeriksa semuanya memastikan apakah ada yang terkunci.“Vin, kalau hanya untuk mencari persediaan, apartemen manapun juga tidak masalah, kan?”“Ya, tapi kau harus pastikan apakah ada ruangan yang terkunci. Takutnya ada orang yang masih hidup dalam bangunan ini.”“Ku pikir kau sudah sepenuhnya gila, Vin.”Ada, apartemen di depanku terkunci. Sekarang harus di buka secara perlahan atau di dobrak seperti tadi? Kalau benar di dalam ada orang, alangkah baiknya tidak membuat mereka semakin ketakutan.“Andrew, lakukan dengan perlahan!” ujarku.Berbeda dengan di atap, kali ini Andrew menggenggam ga
Aku dan Andrew mendapatkan izin dari Erina untuk menggunakan barang-barang milik orangtuanya. Yang kami tau ayahnya bernama Owen, dan ibunya adalah Sean, keduanya bekerja di perusahaan yang sama.Aku hanya berharap Owen dan Sean saling menjaga dalam kekacauan ini, aku ingin Erina berjumpa lagi dengan mereka.“Vin, aku sudah mengisi semua botol airnya, apa lagi yang harus ku bawa di dalam tasku?” seru Andrew dari arah dapur.“Ada makanan kalengan di dalam kulkas, lalu di laci kau bisa menemukan mie instan dan juga mie cup. Kau masukkan semuanya ke dalam tasmu!” balasku. Erina pergi ke kamarnya untuk mengambil apa yang dia butuhkan, dan aku sekarang berada di tempat di mana Owen meletakkan semua perkakasnya.Ada banyak tumpukan kardus yang berguna, solasi, lilin, dan juga pemantik. Aku juga menemukan sebuah senter, ada pisau lipat yang biasa di gunakan orang-orang ketika berkemah, tapi aku tidak bisa menemukan tenda.Jika ada itu, pasti lebih bagus.“Hei, bukankah ini sebuah kompor por
Turun ke dua lantai berikutnya dan kami menjumpai para zombie yang mulai tidak sabaran. Andrew melindungi Erina dari sisi yang berlawanan denganku, sedangkan gadis kecil itu berdiri di tengah-tengah.“Vin, aku tidak mengerti mengapa kau membuatku menjaga area belakang. Bukankah jalur yang telah kita lewati itu bersih?”“Kau akan mengerti sebentar lagi,” jawabku pada Andrew yang sesekali menoleh ke arahku.“Jangan lengah sedikitpun, Andrew!”Beberapa mayat yang terbaring di lantai ini tidak memiliki luka serius pada kepala mereka, hanya ada bagian tubuh yang terkoyak, bahkan jika separuh badan mereka terpotong seharusnya mereka masih bisa bergerak.Maka hanya satu kemungkinan yang bisa aku pikirkan, kebangkitan mereka terlambat.“Vin! Mayat-mayat itu bangun lagi, apa-apaan itu?!” ujar Andrew yang terdengar panik.“Lindungi Erina, jangan biarkan satu pun dari mereka mendekati gadis kecil itu!”“Ba-baiklah!” sahut Andrew dengan gugup.Yang Erina lihat mungkin bagaikan sebuah mimpi buruk,
Andrew mulai bergerak mendekati mobil damkar yang menabrak butik, dia dan Erina berlari sedikit cepat. Aku mengikuti mereka dari belakang dengan melihat arah yang berlawanan, memastikan tidak ada yang menyergap keduanya.“Vin! Kita sudah sangat dekat,” ucap Andrew.Melihat truk berwarna merah itu sudah sangat dekat dengannya membuat Andrew hilang kesabaran, ritme langkahnya tidak lagi sesuai dengan Erina yang masih kecil. Aku bisa merasakan kecerobohan itu.“Sial!” decak Andrew.Erina tersandung akibat Andrew yang terburu-buru, beruntung aku dapat menangkap gadis itu sebelum jatuh menyentuh tanah.“Maafkan aku Vin! Itu tadi salahku,” ucap Andrew menyesalinya.Pergerakan kami cukup besar, itu memungkinkan untuk memancing para zombie mendengar pergerakan kami. Andrew dan juga diriku langsung menggenggam erat pipa besi di tangan kami, bersiap untuk kemungkinan terburuk.Erina ketakutan, dia lekas bersembunyi di belakangku sambil mengintip sekelilingnya. Sedangkan Andrew mulai terlihat pu
Para zombie mulai berdatangan dari berbagai arah, mereka mengerang seperti segerombolan srigala ganas yang datang untuk berburu.‘Tang! Tang! Tang!’ bunyi ketukan nyaring yang keluar ketika aku memukul bagasi damkar menggunakan pipa besi di tanganku.Kalau tidak men-taunting mereka untuk pergi ke arahku, aku khawatir ada salah satu dari para mayat tak berotak itu pergi mengejar Andrew dan Erina. Aku hanya perlu menjadi pengalih perhatian.“Hebat sekali! Meski indera penglihatan kalian masih belum bisa berfungsi, tapi kalian memandangku sebagai mangsa.”“Kalau begitu aku ingin melihat siapa dari kalian yang memiliki gigi paling kuat untuk mengoyak otot-ototku!”‘Raarrrggh!!!’Para mayat hidup itu menerjang tanpa menghiraukan apapun, mereka menabrak mobil dan juga pagar pembatas yang ada di jalur mereka sambil berteriak bagaikan orang gila.“Berbahagialah kalian semua! Para mayat selalu harus di mandikan sebelum mereka pergi menuju peristirahatan terakhirnya. Kalian mendapatkan kesempat
Wajah perempuan itu terbesit dalam benakku, ketika memikirkannya diriku mulai mengharapkan sebuah keajaiban.“Sial, alasan aku hidup kembali ke dunia ini adalah untuk memastikanmu tetap hidup. Jadi bagaimana aku akan membiarkan diriku terbunuh di sini?”Sekali lagi coba ku dorong bak di ujung tangga mobil damkar itu, jika lenganku belum cukup kuat, ku tambahkan kekuatan bahuku untuk mendorongnya.“Sial, hanya bisa bergerak beberapa centi saja?”Buruknya tangga itu kembali ke tempatnya semula setelah aku sedikit melemaskan tenagaku. Di tengah keputusasaan itu tidak sengaja ku temukan jalan keluarnya. Ada sebuah tuas yang bentuknya mirip tuas game arcade.Tuasnya tidak sengaja terdorong olehku, dan tangganya pun bergerak dengan cepat searah dorongan yang aku berikan.‘Buagh!!’ beberapa zombie yang berada di jalur tangga terlempar setelah di tabrak tangga yang bergerak cukup cepat. Aku tertarik dan tidak sengaja melukai tanganku sendiri, pecahan beling dari kaca butik menyayatnya.“Kuhh!
“Hei kawan, di sini.”Andrew dan Erina spontan berbalik ke arahku, wajah mereka yang terlihat pucat entah bagaimana terlihat semakin membaik.Gadis kecil dan pria besar itu berlari mendekatiku, mereka bersyukur melihat aku kembali.“Vin, aku tau kau pasti bisa melakukannya. Ya tuhan..., aku benar-benar bahagia dapat melihatmu lagi.”“Tanganmu...,”“psstt!! Pssst!!” Seseorang mendesis dari kejauhan meminta aku dan Andrew memperhatikan mereka. Ternyata aku bukan satu-satunya orang yang melihat sinyal dari Andrew.“Apa kalian juga penyintas?” tanya salah seorang pria yang datang membawa seorang teman.Dua orang itu tidak tampak biasa, begitulah menurutku.“Ya, kami adalah seorang penyintas,” jawab Andrew.“Syukurlah, lega melihat orang lain yang juga selamat dari bencana tidak masuk akal ini. Apa kalian ingin pergi dengan kami?”Orang itu menawarkan kami untuk pergi bersama mereka dengan menunjukkan sikap ramah, atau..., girang.Mereka seperti melihat harta dari kami, orang yang memilik
Kami di tuntun ke arah sebuah gudang tua yang jaraknya hampir bersebelahan dengan lingkungan industri. Selama perjalanan Hogan mengajak kami mengobrol seperti biasa, pembicaraan yang mengalir begitu saja entah bagaimana membuat Andrew lengah.Pria itu terbawa oleh suasana tenang yang berusaha di ciptakan oleh Hogan.“Apa tangan Paman Vin masih sakit?”“Emm..., aneh sekali. Paman tidak merasakan sakit apapun, malahan tangan paman menjadi hangat dan rasanya menyenangkan. Apa Erina melakukan sesuatu dengan tangan Paman?”“Erina hanya menggenggamnya.”“Aneh sekali, paman merasa seakan terkena sihir yang membuat paman merasa jauh lebih baik.”“Erina tidak punya sihir, tapi kartun yang Erina lihat di TV tiap hari minggu punya. Saat Erina besar nanti Erina ingin menjadi seperti gadis penyihir itu. Melawan monster dan menyelamatkan orang-orang.”“Wah..., hebat sekali. Erina pasti bisa melakukannya. Buktinya berkat Erina Paman Vin merasa terselamatkan.”Bahkan ketika aku mengajak Erina mengobr