Turun ke dua lantai berikutnya dan kami menjumpai para zombie yang mulai tidak sabaran. Andrew melindungi Erina dari sisi yang berlawanan denganku, sedangkan gadis kecil itu berdiri di tengah-tengah.“Vin, aku tidak mengerti mengapa kau membuatku menjaga area belakang. Bukankah jalur yang telah kita lewati itu bersih?”“Kau akan mengerti sebentar lagi,” jawabku pada Andrew yang sesekali menoleh ke arahku.“Jangan lengah sedikitpun, Andrew!”Beberapa mayat yang terbaring di lantai ini tidak memiliki luka serius pada kepala mereka, hanya ada bagian tubuh yang terkoyak, bahkan jika separuh badan mereka terpotong seharusnya mereka masih bisa bergerak.Maka hanya satu kemungkinan yang bisa aku pikirkan, kebangkitan mereka terlambat.“Vin! Mayat-mayat itu bangun lagi, apa-apaan itu?!” ujar Andrew yang terdengar panik.“Lindungi Erina, jangan biarkan satu pun dari mereka mendekati gadis kecil itu!”“Ba-baiklah!” sahut Andrew dengan gugup.Yang Erina lihat mungkin bagaikan sebuah mimpi buruk,
Andrew mulai bergerak mendekati mobil damkar yang menabrak butik, dia dan Erina berlari sedikit cepat. Aku mengikuti mereka dari belakang dengan melihat arah yang berlawanan, memastikan tidak ada yang menyergap keduanya.“Vin! Kita sudah sangat dekat,” ucap Andrew.Melihat truk berwarna merah itu sudah sangat dekat dengannya membuat Andrew hilang kesabaran, ritme langkahnya tidak lagi sesuai dengan Erina yang masih kecil. Aku bisa merasakan kecerobohan itu.“Sial!” decak Andrew.Erina tersandung akibat Andrew yang terburu-buru, beruntung aku dapat menangkap gadis itu sebelum jatuh menyentuh tanah.“Maafkan aku Vin! Itu tadi salahku,” ucap Andrew menyesalinya.Pergerakan kami cukup besar, itu memungkinkan untuk memancing para zombie mendengar pergerakan kami. Andrew dan juga diriku langsung menggenggam erat pipa besi di tangan kami, bersiap untuk kemungkinan terburuk.Erina ketakutan, dia lekas bersembunyi di belakangku sambil mengintip sekelilingnya. Sedangkan Andrew mulai terlihat pu
Para zombie mulai berdatangan dari berbagai arah, mereka mengerang seperti segerombolan srigala ganas yang datang untuk berburu.‘Tang! Tang! Tang!’ bunyi ketukan nyaring yang keluar ketika aku memukul bagasi damkar menggunakan pipa besi di tanganku.Kalau tidak men-taunting mereka untuk pergi ke arahku, aku khawatir ada salah satu dari para mayat tak berotak itu pergi mengejar Andrew dan Erina. Aku hanya perlu menjadi pengalih perhatian.“Hebat sekali! Meski indera penglihatan kalian masih belum bisa berfungsi, tapi kalian memandangku sebagai mangsa.”“Kalau begitu aku ingin melihat siapa dari kalian yang memiliki gigi paling kuat untuk mengoyak otot-ototku!”‘Raarrrggh!!!’Para mayat hidup itu menerjang tanpa menghiraukan apapun, mereka menabrak mobil dan juga pagar pembatas yang ada di jalur mereka sambil berteriak bagaikan orang gila.“Berbahagialah kalian semua! Para mayat selalu harus di mandikan sebelum mereka pergi menuju peristirahatan terakhirnya. Kalian mendapatkan kesempat
Wajah perempuan itu terbesit dalam benakku, ketika memikirkannya diriku mulai mengharapkan sebuah keajaiban.“Sial, alasan aku hidup kembali ke dunia ini adalah untuk memastikanmu tetap hidup. Jadi bagaimana aku akan membiarkan diriku terbunuh di sini?”Sekali lagi coba ku dorong bak di ujung tangga mobil damkar itu, jika lenganku belum cukup kuat, ku tambahkan kekuatan bahuku untuk mendorongnya.“Sial, hanya bisa bergerak beberapa centi saja?”Buruknya tangga itu kembali ke tempatnya semula setelah aku sedikit melemaskan tenagaku. Di tengah keputusasaan itu tidak sengaja ku temukan jalan keluarnya. Ada sebuah tuas yang bentuknya mirip tuas game arcade.Tuasnya tidak sengaja terdorong olehku, dan tangganya pun bergerak dengan cepat searah dorongan yang aku berikan.‘Buagh!!’ beberapa zombie yang berada di jalur tangga terlempar setelah di tabrak tangga yang bergerak cukup cepat. Aku tertarik dan tidak sengaja melukai tanganku sendiri, pecahan beling dari kaca butik menyayatnya.“Kuhh!
“Hei kawan, di sini.”Andrew dan Erina spontan berbalik ke arahku, wajah mereka yang terlihat pucat entah bagaimana terlihat semakin membaik.Gadis kecil dan pria besar itu berlari mendekatiku, mereka bersyukur melihat aku kembali.“Vin, aku tau kau pasti bisa melakukannya. Ya tuhan..., aku benar-benar bahagia dapat melihatmu lagi.”“Tanganmu...,”“psstt!! Pssst!!” Seseorang mendesis dari kejauhan meminta aku dan Andrew memperhatikan mereka. Ternyata aku bukan satu-satunya orang yang melihat sinyal dari Andrew.“Apa kalian juga penyintas?” tanya salah seorang pria yang datang membawa seorang teman.Dua orang itu tidak tampak biasa, begitulah menurutku.“Ya, kami adalah seorang penyintas,” jawab Andrew.“Syukurlah, lega melihat orang lain yang juga selamat dari bencana tidak masuk akal ini. Apa kalian ingin pergi dengan kami?”Orang itu menawarkan kami untuk pergi bersama mereka dengan menunjukkan sikap ramah, atau..., girang.Mereka seperti melihat harta dari kami, orang yang memilik
Kami di tuntun ke arah sebuah gudang tua yang jaraknya hampir bersebelahan dengan lingkungan industri. Selama perjalanan Hogan mengajak kami mengobrol seperti biasa, pembicaraan yang mengalir begitu saja entah bagaimana membuat Andrew lengah.Pria itu terbawa oleh suasana tenang yang berusaha di ciptakan oleh Hogan.“Apa tangan Paman Vin masih sakit?”“Emm..., aneh sekali. Paman tidak merasakan sakit apapun, malahan tangan paman menjadi hangat dan rasanya menyenangkan. Apa Erina melakukan sesuatu dengan tangan Paman?”“Erina hanya menggenggamnya.”“Aneh sekali, paman merasa seakan terkena sihir yang membuat paman merasa jauh lebih baik.”“Erina tidak punya sihir, tapi kartun yang Erina lihat di TV tiap hari minggu punya. Saat Erina besar nanti Erina ingin menjadi seperti gadis penyihir itu. Melawan monster dan menyelamatkan orang-orang.”“Wah..., hebat sekali. Erina pasti bisa melakukannya. Buktinya berkat Erina Paman Vin merasa terselamatkan.”Bahkan ketika aku mengajak Erina mengobr
Tercium bau darah manusia dari gudang yang di gunakan oleh Hogan dan Fennix sebagai markas mereka, hanya ada satu yang bisa ku pikirkan.Hogan dan Fennix mengiming-imingi para penyintas lain sebagaimana mereka menggiring kami ke gudang ini. Para penyintas itu pasti mengikuti Hogan dan Fennix dengan putus asa, berharap keluar dari kandang harimau, mereka malah masuk sarang buaya.“Vin..., mereka adalah sekelompok penjahat dan jumlah kita berdua jelas tidak di untungkan dalam situasi ini. Haruskah kita kabur?” bisik Andrew kepadaku.“Andrew..., apa kau berpikir mereka akan membiarkan kita melakukan itu?”“Tentu saja tidak.”“Lalu kenapa kita harus kabur?”“Vin..., aku adalah seorang tentara, menghadapi beberapa bajingan bukan masalah sama sekali untukku, tapi bagaimana denganmu?” tanya Andrew.“Tak perlu kau khawatirkan, situasi ini masih bisa ku kendalikan. Jika kau bisa melindungi Erina untukku, itu akan bagus.”“Haha, lucu sekali Vin. Kau seolah ingin mengatakan kalau dirimu bisa men
Sejak awal aku tidak berniat melepaskan mereka, tak peduli seberapa besar kami membuat kelompok Gawulf ini tersinggung, aku akan memastikan mereka mati pada akhirnya.“Pria tegap, jangan berpikir kalau aku tidak pernah memberimu peringatan. Akan aku berikan kau kesempatan untuk memikirkannya kembali.”“Bajingan tengik...,” umpat Andrew dengan tangan terkepal.Jika Andrew dan Gawulf berakhir dalam sebuah pertarungan, aku pikir Andrew yang merupakan anggota pasukan khusus bisa menangani bajingan ini. Tapi entah bagaimana..., aku merasa kalau Gawulf bukanlah orang biasa.“Andrew, apa ini saatnya untuk berlaku impulsif?”“Vin, mereka memiliki niat buruk pada kita. Kenapa kita harus takut pada mereka?!”“Tidak bisakah kita setidaknya melakukan negosiasi?” kataku sambil berjalan ke arah Andrew untuk menepuk bahunya.Ketika begitu dekat aku membisikkan sesuatu pada pria itu, “Jangan menunjukkan pistolmu pada mereka, itu adalah truf kita.”“Aku mengerti!” jawab Andrew.“Yo..., temanmu memberi