Tepat di sore hari, Nona Hornets datang dengan beberapa rakannya. Rumahku pun akhirnya terjual dengan harga yang bagus.
“Kenapa menatapnya begitu lama, Tuan Edelhard? Apakah itu semacam ucapan selamat tinggal?”“Ya, semacam itu.”Ayah, Ibu. Terimakasih atas bantuan kalian hingga akhir. Putramu berjanji untuk menggunakan uang sisa warisan kalian ini dengan baik. Selamat tinggal.Seperti yang di janjikan oleh Nona Hornets, dia akan mengantarkanku untuk pergi ke dalam hutan, sebab jalan masuk menuju pondok, hanya perempuan inilah yang mengetahuinya.“Kak Elaine? Kakak yakin ini jalannya? Sudah tiga tahun semenjak kunjungan Kakak terakhir kali, aku tidak yakin dengan jalan yang Kakak ambil.”“Ikuti saja arahanku. Kita akan sampai.”Suara tegukan ludah dari rekan Nona Hornets bahkan terdengar hingga ke telingaku yang duduk di kursi belakang.Emm..., aku juga cukup meragukan arahan dari Nona Hornets, maksudku, ini adalah hutan. Keadaan di sini sangat mudah berubah, apalagi setelah tiga tahun, perubahannya bisa sangat signifikan.“Ya ampun..., Kak Elaine. Hutannya menjadi semakin gelap, Kak.”“Terus saja mengemudi!”Tidak seperti di perkotaan, tidak ada tanda jalan di sekitar sini. Kalau Nona Hornets berhasil mencapai pondok, bisa di akui kalau ingatannya melebihi manusia normal.“Semoga aku ingat kalau aku sudah isi bensin, kalau pada akhirnya kita berputar-putar di sekitar sini dan kehabisan bahan bakar, ini tidak akan lucu sama sekali.”Rekan Nona Hornets yang sedang mengemudi adalah seorang pria, dia terlihat begitu pucat ketika kami baru memasuki mulut hutan.Situasinya, aku sendiri dapat memakluminya. Di sore yang masih cerah, keadaan di dalam hutan sini sudah gelap gulita. Tak heran jika rekan Nona Hornets ketakutan.“Kawan, apa kau sendiri tidak takut? Maksudku, apa kau dengar suara-suara itu? Suara yang begitu asing di telinga, entah itu suara lolongan srigala atau dengkuran burung hantu. Bagiku, suara-suara itu terdengar seperti sebuah jeritan. Ah..., tiap menit yang ku habiskan di dalam sini hanya membuat bulu kudukku makin mengencang.”“Toby, tutup mulutmu! Apa kau ingin membuat klien kita merubah pikirannya?”“Tenang saja, Nona Hornets. Saya sama sekali tidak terganggu dengan suasana di dalam hutan ini.”Bagaimana bisa ini mengganggu? Ini adalah suara dari kesunyian. Tidak ada yang lebih baik dari itu, normalnya orang-orang akan ketakutan dengan ini, sama seperti pria bernama Toby.Bahkan dua orang yang mengikuti kami menggunakan motor trail, pasti juga merasakan suasana mencekam yang membuat mereka merinding.Sudah ada jaminan, kalau tidak banyak manusia yang ingin tinggal di sini. Yang artinya, area ini minim resiko terkontaminasi oleh virus Zombie.“Berhenti disini, dari sini kita tidak bisa lagi menggunakan mobil. Pepohonannya akan lebih rapat dari pada sebelumnya.”“Kak Elaine? Bagaimana bisa kau begitu yakin?”“Batu besar itu yang memberitahu,” jawab Nona Hornets.Dia menunjuk ke arah sebuah batu besar bentuknya mirip sebuah cangkang penyu belimbing, selain ukurannya, bentuknya yang unik dan juga jumlahnya yang hanya satu. Tidak salah lagi, kita memang tidak tersesat.Perempuan ini mengingat tempat ini dengan sangat baik, seberapa bagus IQ-nya?“Tuan Edelhard, mari! Dua orang dengan Trail mereka akan mengantar kita menuju pondok, aku akan menuntunmu sampai kau bisa berbaring santai di pondok barumu.”Sudah lama semenjak aku kagum pada seorang wanita, dan kini perasaan itu kembali. Nona Hornets benar-benar keren. Ehm! Bukan berarti itu dapat membuatku berpaling dari Bos Clara.“Kak Elaine, bagaimana denganku?” pria gendut bernama Toby yang menyetir mobil itu menunjukkan wajah yang semakin pucat.Karena ini Trail, tidak mungkin bisa di bonceng tiga, apalagi dengan pelampung di balik bajumu itu.“Kawan, jangan cemas. Aku akan meminta Nona Hornets dan yang lain langsung pulang begitu kami mencapai pondok.”“Jalan ke pondok memakan waktu sekitar setengah jam dengan trail. Jadi untuk pulang perginya akan memakan waktu kurang lebih satu jam.”“Tidak ada toilet disini, dengar itu?” imbuh Nona Hornets sembari menepuk pundak Toby.“Ka-kalian, kalian benar-benar ingin meninggalkanku sendiri?”“Kawan, bertahanlah di dalam mobil. Dan selama kami belum kembali, kosongkan pikiranmu, hehe.”Suara cempreng mesin motor trail terdengar sesaat setelah kaki ku angkat dari tanah, wajah muram Toby terbesit jelas dalam benak, rasanya salah untuk menakut-nakuti dia baru saja.“Tuan Edelhard, hei. Anda akan tinggal di hutan sendirian, apa itu tidak membuat anda takut? Anda menjahili Toby tadi, jadi saya berpikir anda adalah seorang pemberani sampai membuat lelucon seperti itu.”Nona Hornets menaikkan suaranya karena suara mesin yang mengganggu. Kami berkendara berdampingan, walaupun begitu, jika tidak berbicara dengan kuat, suaranya tidak akan jelas.“Sudah lama semenjak saya merasakan rasa takut, saat ini..., tidak ada hal lain yang dapat menggambarkannya kecuali perasaan terbiasa.”“Jadi anda tidak takut pada apapun?”“Tidak tepat, aku juga punya satu hal yang sangat ku takuti di dunia ini.”“Apakah itu, Tuan Edelhard?”Memangnya apa lagi? Tentu saja...,“Kehilangan.”Tidak ada yang lebih menakutkan daripada itu, saat hal itu terjadi dalam hidup siapapun, tidak ada seorang pun yang dapat menahannya.Murka akan membakar hati dan juga jiwa, muram akan membekukannya, dua hal itu sama-sama menyakitkan, dan keduanya terjadi silih berganti pada mereka yang kehilangan.Meski bukan sekali dua kali mengalami hal itu, tetap saja aku tidak bisa menahannya, dan sampai saat ini pun..., hal itu begitu menakutkan.“Lihat Tuan! Pondoknya sudah terlihat!”Oh! Itu lebih besar dari apa yang aku bayangkan, meskipun pernah melihatnya dari album yang di berikan oleh Nona Hornets, tetap saja ini berbeda.“Fiuuhh..., sudah sejak lama semenjak aku pergi ke tempat ini,” kata Nona Hornets sambil meregangkan punggungnya.Bunker untuk menghadapi kiamat zombie kurang dari dua bulan sudah siap. Hanya sedikit modifikasi, dan tempat itu akan benar-benar menjadi sempurna.“Ya ampun, debunya agak tebal. Daun-daun yang berguguran juga berserakan di lantainya,” ujar Nona Hornets.“Tuan Edelhard, maafkan kami. Karena tempat ini tidak mudah untuk di jangkau, perawatannya jadi-““Tidak masalah, kau bisa lihat aku menginjak lantai ini dengan kuat, tapi tidak terdengar bunyi decitan sedikitpun. Kayu-kayu ini masih kokoh, beberapa daun dan juga debu menyelimutinya tidak jadi masalah.”“Aku sudah sangat puas dengan pondok ini, Nona Hornets. Tidak perlu terlalu sungkan,” sahutku sembari tersenyum membalas Nona Hornets.“Tuan Edelhard, anda sungguh berpikiran terbuka. Terima kasih karena mau mengerti.”“Emm! Sebaiknya anda sekalian segera kembali sebelum pria tambun itu membasahi celananya sendiri.”“Anda ada benarnya,” Nona Hornets terkekeh karena gurauanku.Mereka segera menunjukkan punggungnya dan berjalan menjauhiku.“Hei Nona Hornets? Anda satu-satunya orang yang tau jalan menuju ke pondok ini. Saya akan senang bila mendapat kesempatan untuk menjamu anda sebagai seorang tamu lain kali.”“Terimakasih Tuan Edelhard. Saya merasa tersanjung atas tawaran anda.”“Dan jika kita di takdirkan bertemu satu sama lain, saya ingin mendengar anda memanggil saya Vin.”Gadis yang menunjukkan punggung serta rambut yang di gelung panjang itu menunjukkan separuh wajahnya, dia tersenyum. “Saya mengerti, Tuan Edelhard.”Menyaksikan bagaimana punggung itu semakin menjauh dan suara bising dari mesin perlahan lenyap, dalam diri aku berdoa untuk keselamatan mereka.“Haa..., seperti hari itu. Kesendirianku akan di mulai. Sial, hutannya selebat ini, aku tidak dapat melihat langit dengan jelas karena semua ranting dan daun itu menghalangi pandanganku.”Kalau terjadi mendung dan hujan tiba-tiba turun, jejak Motor Trail itu akan menghilang, aku bukan Nona Hornets yang dapat menghafal jalan sekali pandang.Untuk menghafalnya, “Mari susuri jejak itu dan memberi tanda pada setiap pohon yang di lalui!”Butuh setidaknya waktu satu minggu untuk benar-benar menghafal jalur hutan yang kini aku tinggali. Karena rindangnya pepohonan di sekitar pondok yang kini ku tinggali, aku tidak bisa melihat matahari ataupun bulan terbit di manapun.‘Srrat! Sraat!’ suara ujung pisau yang di gesekkan di antara batang pohon.Aku harus mengiris kulit pohon untuk menandai mata angin, dengan menjadikan pondokku sebagai pusat, kini aku menghafal jalur manapun sejauh 10 mil dari pondok. Hutan ini menjadi teritoriku sekarang.“Meskipun menghafal setiap tempat di hutan ini adalah hal yang bagus, tapi hal ini bukanlah prioritasku sekarang.”“Aku harus pergi lagi ke kota untuk keperluan lain. Mari! Buat persiapannya benar-benar matang!”Lega rasanya melihat sinar matahari. Sudah terhitung tiga minggu sejak aku berada di dalam hutan. Kegiatanku di sana sangat berguna, menghafal jalan dan juga berburu membuat otot-otot di tubuhku prima.“Di hutan itu aku memang tidak kekurangan makanan sama sekali, tapi.., tanpa g
Waktunya semakin dekat, kehancuran dunia akan segera di mulai. Aku telah memanggil kembali semua memoriku di kehidupan yang pertama. Awal kemunculan para Zombie pasti ada kaitannya dengan insiden pesawat jatuh.“Setidaknya ini yang bisa ku simpulkan, sebab..., tepat setelah berita tentang jatuhnya pesawat itu, teror zombie pun terjadi.”“Tempat jatuhnya pesawat adalah taman di dekat bandara, saat hari itu terjadi..., aku akan berada di sana. Mungkin aku bisa mencegah hal yang terburuk dengan melakukan itu.”Mari ke kota lagi untuk menghabiskan sisa uangnya. Kali ini..., untuk persiapan yang terakhir.“Toko di depan sana adalah tempat penjualan senjata api yang paling dekat di kota ini, meskipun bukan yang terbesar, seharusnya mereka menjual apa yang aku cari.”Bunyi gemerincing terdengar ketika aku masuk ke dalam toko ini, seorang pria paruh baya bertubuh tambun berdiri di balik counter desk.“Selamat datang,” sambutnya tanpa memperhatikanku. Pria itu terus membalikan lembar majalah y
12 November 2040Hari yang di nanti-nanti akhirnya tiba. Darahku mendidih, seluruh tubuhku gemetar mengingat apa yang akan terjadi. Sejak tadi malam jantungku berdetak tidak karuan, aku terbangun demi hari ini.“Matahari bersinar terang, langit biru dengan sedikit awan. Bukankah hari ini adalah hari yang cerah untuk sebuah bencana?”Sejak tadi aku sudah bersiaga di taman tempat pesawat itu akan mendarat secara darurat, orang-orang di sekitar sini begitu riang menikmati keseharian mereka. Aku yakin tak satupun dari mereka akan mengira, bahwa kiamat akan datang.“Ibu aku ingin balon yang besar itu, tolong belikan aku itu, Bu!”“Baiklah, tapi berjanjilah pada ibu, kalau kau akan makan semua sayuranmu pada sarapan berikutnya.”“Emm! Janji!”Anak itu.., apa dia akan menangis kalau aku bilang tidak akan ada sarapan yang berikutnya? Yah.., bukan berarti akan ada seseorang yang percaya pada omonganku. Kalaupun aku menjelaskannya, sudah pasti aku akan di cap gila.Untuk saat ini aku hanya bisa
Rasa penasaran orang-orang membawa mereka mendekati pesawat, sesuatu yang sebenarnya ingin mereka tolong, adalah apa yang akan membahayakan mereka.“Bung, mereka di sini.., maksudmu?”“Sesuatu yang datang dari mimpi terburukmu. Semua orang akan terbunuh, suruh mereka menjauh dari sana, cepat!”“Apa?” sahut pria yang menindihku dengan sangat kebingungan.Tentu saja dia tidak akan percaya dengan kalimat yang terdengar seperti sebuah omong kosong itu. Aku hanya bisa membiarkan dia melihat situasi agar dia percaya. Lagipula aku tidak dapat bergerak karena kunciannya.“Tubuh mereka berwarna hitam, apa itu luka bakar?”Itu bukan luka bakar, tubuh mereka tampak berwarna hitam karena pembusukan yang terjadi. Mereka sudah menjadi zombie.“Tuan, apa kau baik-baik saja?”Mereka tidak akan menjawab, indra mereka sudah mati. Cihh, aku kasihan pada orang yang mendekat tanpa tau apapun. Dia menjadi korban pertama, kah?“Arrgh! Orang ini menggigitku! Tolong!”“Tidak! Aku juga tergigit!”“Apa-apaan in
Setelah cukup puas berlari, aku dan Andrew bersembunyi di sebuah kantor kecil, ukurannya 4 x 4 dengan hanya satu lantai pada bangunannya. Tidak ada benda lain selain komputer, printer dan setumpuk kertas.“Vin, dari semua tempat..., kenapa kita harus bersembunyi disini?”Andrew memanggil nama depanku karena setelah semua yang terjadi pada kami, kami merasa cukup dekat sebagai kawan.“Aku ingin tahu pendapatmu, Andrew.”Pria itu menghela nafas, itu karena aku sering membuat dia menjawab pertanyaannya sendiri. Ku rasa dia cukup paham dengan sikapku.“Aku hanya berpikir akan lebih baik untuk kita bersembunyi di toserba atau tempat lain yang menyimpan bahan makanan. Setidaknya peluang kita untuk bertahan dari krisis ini akan lebih besar.”“Kau salah, peluang kita untuk selamat menjadi semakin kecil jika kita melakukannya.”“Andrew.., semua orang pasti akan berpikiran sama sepertimu, dan mereka akan berkumpul di sana,” ujarku.“Vin, apa kau berpikir kalau perselisihan akan terjadi? Memang
Bangunan tempat aku dan Andrew bersembunyi terhubung pada sebuah gang sempit di belakang, para zombie tidak melalui lorong ini untungnya.Andrew mengeluarkan sebuah pistol dari balik celana dan dia bersiaga sambil mengendap di dekat dinding.“Andrew, kau seperti sedang berada di dalam misi. Tidak perlu setegang itu kawan, kau tidak ingin pikiranmu kacau kan, dalam situasi ini.”“Letakkan kembali pistolmu, kita hanya akan menggunakan pistol saat keadaannya sudah genting,” imbuhku.“Vin, jadi menurutmu keadaan saat ini masih belum genting? Haa..., jika bukan karenamu yang bersikap tenang, aku pasti sudah kacau, bung.”Andrew tidak lagi menanyakan tindakanku, dia dapat mengikutiku dengan tenang. Saat aku menggoyang-goyangkan pipa pembuangan air hujan, dia juga hanya memperhatikan saja.“Kau juga ambil,” ujarku sambil menggenggam pipa yang berhasil ku patahkan.Andrew segera melihat sekeliling untuk mencari pipa, “Aku sudah dapat.”“Bagus! Kita akan gunakan ini untuk membunuh mereka.”And
Dengan rasa percaya diri Andrew yang semakin kuat, kekhawatiranku pun berkurang. Kerja sama kami cukup baik, kami berhasil melangkah cukup jauh dari titik persembunyian awal. Andrew makin terbiasa mengatasi zombie yang berdatangan.“Maaf!” seru Andrew sebelum pukulan yang di ayunkannya memecahkan kepala zombie yang datang menghampiri.“Kawan, kau tidak perlu meminta maaf tiap kali kau membunuh mereka.”“Sebagai seorang tentara aku memiliki kewajiban untuk melindungi orang-orang di negaraku, permintaan maaf tadi aku ucapkan karena gagal memenuhi tugasku.”“Tapi bisakah kau kecilkan sedikit suaramu? Aku pikir kau sengaja memancing mereka,” gurauku.Andrew seketika gugup dan segera meminta maaf kepadaku, “Maafkan aku Vin, aku sungguh tidak bermaksud seperti itu.”“Haha, aku hanya bergurau kawan. Tidak perlu secemas itu.”“Ya ampun.., di saat seperti ini kau masih sempat bergurau.”“Apa salahnya? Karena ada orang yang menemani perjalananku kali ini, bergurau dengannya bukanlah hal yang bu
Kebohongan itu terus aku katakan hingga terdengar cukup meyakinkan, ada alasan yang membuatku tidak bisa mengatakan kebenarannya pada Andrew, ini bukan tentang kepercayaan, tapi tentang sesuatu yang lain.“Dia bukan seorang penulis dan tak pernah menulis apapun. Namun cerita yang dia bagikan padaku terdengar sangat bagus, dengan caranya menyampaikan hal itu..., bahkan terasa meyakinkan.”“Dan kau..., percaya hanya karena cerita bagus yang asalnya bukan dari seorang penulis?”“Ya, tapi dia membuatku lebih yakin dengan tindakannya. Pria bernama Gale itu bunuh diri setelah menceritakan semuanya.”“Bunuh diri? Kenapa dia melakukan hal gila seperti itu?”“Aku tidak menanyakannya karena dia sudah menjadi potongan daging. Dia meledakkan diri dengan mengempit sebuah granat di lehernya.”“Pernah melihat orang bunuh diri dengan cara seperti itu?” imbuhku.Andrew terhenyak, dia menopang dagu untuk mencerna apa yang aku ceritakan. Jantungku cukup stabil, dan aku juga tidak gugup ketika mengatakan