Seminggu berlalu, otot juga urat yang dulunya menjadi dapur pacu agar tubuh ini bergerak lebih cepat dan bertenaga sudah hampir terbentuk setengahnya. Dengan ini, aku mungkin bisa melancarkan sebanyak tiga puluh persen daya serang di kehidupan sebelumnya.
“Lima puluh kali push up dan melakukan plank selama lima menit baru dapat membuatku berkeringat? Dalam seminggu kemajuan ini sudah cukup mengejutkan.”Sepertinya jika aku harus berlari, segerombolan mayat hidup itu tidak akan mampu mengejar lagi, pergi kemanapun juga tidak akan menjadi masalah. Sebelum datang hujan, payung yang sudah di siapkan rasanya sudah cukup besar.Tapi bukan hanya payung yang di butuhkan, untuk melawan badai, sebuah pondok kokoh yang aku perlukan.“Rumah ini..., karena letaknya berada di tengah kota, pun merupakan kawasan padat penduduk, saat terjadi Zombie Apocalypse rumah ini tak akan lagi menjadi tempat yang aman.”“Sepertinya sudah saatnya mengucapkan selamat tinggal pada rumah ini.”Dua puluh tahun mengukir kenangan di setiap lantai dan juga ruang, Rumah yang di wariskan oleh kedua orang yang sangat aku sayangi, yang kini mereka hanya bisa dilihat dari balik sebuah bingkai.“Ayah, Ibu. Ku pikir tadinya aku akan berjumpa dengan kalian di alam sana, namun surga berkehendak lain. Putra semata wayang kalian ini mungkin masih memiliki alasan untuk tetap berdiri dan juga menghirup udara ini lagi.”Tapi aku tetap memiliki sesuatu yang harus di syukuri, dan itu adalah kalian yang tidak harus ada untuk menyaksikan neraka dunia ini secara langsung. Rasa sesak di dada, keputusasaan yang menderu, bagaimana hati ini akan tega untuk berbagi pada kalian?“Ayah, Ibu. Putramu memohon do'a.”Keputusan untuk menjual rumah ini menjerat kaki sehingga enggan untuk melangkah, rasanya begitu berat. Jika melihat pintu se depa di depan mata, dan mengingat bagaimana kami saat itu melangkah bergandeng tangan, sungguh rindu.“Tapi, tidak ada harapan umtuk dapat melindungi rumah ini. Di masa depan, aku kembali dan melihatnya sebagai puing-puing, kenangan tentang ayah dan juga ibu yang terabadikan di dalam bingkai telah menjadi abu.”Namun kini kesempatanku untuk menjaga harta itu kembali. Setidaknya foto ini akan aku bawa.“Waktunya pergi ke broker, Ayah dan ibu pasti lebih senang melihat rumah ini menjadi uang daripada puing, kan?”Agent property terbaik di kota, Way White. Dengan gedung tinggi nan megah, tidak salah bila menganggap agent yang satu ini sebagai yang terbaik, keuntungan yang telah di torehkan membuat mereka mampu membangun semua ini.“Tidak diragukan lagi, pasti banyak kesepakatan yang telah sukses melalui agent mereka.”Setidaknya hati ini percaya diri akan mendapat keuntungan yang bagus dengan menawarkan rumah itu.Saat ini aku berada di lantai atas gedung Way White, terlalu banyak lantai pada gedung ini, setiap lantainya pun luas, daya tampung perusahaan ini begitu besar. Saat terjadi Zombie Apocalypse, seperti apa keadaan gedung ini.“Selamat siang Tuan Edelhard, Nama saya Elaine Hornets, salah satu tenaga broker di perusahaan Way White. Saya sudah mendengar tentang keperluan anda datang kemari, jadi rumah seperti apa yang ingin anda beli?”Langsung to the point, ya. Sepertinya perusahaan ini membuat begitu banyak janji temu.“Kami menyediakan banyak pilihan dengan harga yang masuk akal, kami memastikan kenyamanan client kami, jadi tidak perlu khawatir.”“Nona Hornets, saya senang mendengarnya.”“Silahkan duduk Tuan Edelhard,” sambut Nona Elaine mempersilahkan aku duduk di depan meja kerjanya.“Saya melihat anda masih begitu muda, apakah anda hendak menikah dan ingin menyediakan istana ideal untuk pasangan anda? Maka saya memiliki beberapa rekomendasi.”Nona Hornets meletakkan sebuah katalog tepat di hadapanku.Sungguh tidak di perlukan untuk melihatnya, tidak akan ada satupun rumah di dalam katalog yang akan sesuai dengan keinginanku.“Maaf Nona Hornets, tapi saya datang bukan untuk membeli rumah, melainkan menjualnya.”“Ah! Begitu, ya. Maafkan saya Tuan Edelhard. Ehm!” dia mendeham kemudian menghela nafas panjang.Ekspresinya berubah, tadinya aku merasa di pandang secara hormat, namun sepertinya sekarang sudah tidak lagi.Mungkin awalnya aku terlihat seperti seorang pemuda sukses yang sedang mendaki puncak kehidupan, setelah mendengar keinginan untuk menjual rumah, kemungkinan sekarang diri ini terlihat seperti seorang pecundang gagal.Yah, tidak salah juga sih. Bagaimanapun juga aku baru saja kehilangan pekerjaan. Menatapku seperti itu adalah hal yang wajar.“Kami tidak bisa mematok harga untuk rumah yang anda tawarkan sebelum kami melihat kondisi rumah tersebut. Tapi bisakah anda mengatakan lokasi rumah anda?”“Jalan Westerling no.52, sebuah residen di wilayah Front One.”Senyum riang terpancar di wajah Nona Hornets sekali lagi. “Wilayah Front One, senang mendengarnya. Lokasinya sangat bagus, dekat dengan jalan raya dan rumah di wilayah itu setidaknya rumah dengan dua lantai dan satu basemen.”“Ahaha, memang seperti itu kondisi rumah saya.”“Kebetulan sudah beberapa kali saya mendapat kesepakatan di wilayah Front One, kurang lebih saya paham situasi di sana. Mungkin anda akan mendapatkan harga yang bagus untuk rumah anda, Tuan Edelhard.”“Apakah anda tidak keberatan bila saya mengecek kondisi rumah anda sore ini?” tambahnya.“Tentu saja.”“Oh ya, Nona Hornets. Ada sebuah kediaman yang ingin saya tinggali setelahnya. Tempat itu haruslah sebuah tempat terpencil, di dalam hutan akan semakin bagus. Mungkin anda mempunyai sebuah tempat seperti itu,” tanyaku.Nona itu mengerutkan dahi seolah mencoba memanggil ingatannya. Nona Hornets kemudian berdiri lalu melangkah menuju sebuah rak. Aku tidak mengira kalau sesuatu seperti yang ku minta itu memang ada. Ini bagus!“Sudah tiga tahun semenjak saya mendapatkan kesepakatan dari seorang pria tua, orang itu nampaknya seorang pemburu, dia memiliki sebuah pondok yang terletak jauh di dalam hutan, jalan menuju kesana terjal sehingga mobil tidak mampu mencapainya.”“Saya ingat apa yang di rasakan oleh punggung ini ketika naik dengan sebuah motor trail menuju pondok pria tua itu. Ini, kau mungkin tertarik melihat fotonya.”Sebuah pondok di tengah hutan? Keberuntungan macam apa ini? Jadi sesuatu seperti ini benar-benar ada. Haha, bagus bagus.“Apa anda tertarik dengan foto yang saya berikan?”Tunggu, tidak hanya terletak di tengah hutan, tapi pondok ini juga memiliki semacam Rubanah. Tempat ini sempurna untuk menyimpan banyak persediaan.“Jaraknya sangat jauh dari kota, jadi beberapa fasilitas seperti listrik atau gas tidak bisa mencapai tempat itu. Tapi Tuan Edelhard, seingat saya beberapa tahun lalu tempat itu telah di pasangi oleh panel surya. Mungkin benda itu sudah berdebu karena sudah kami tinggalkan begitu lama.”“Nona Hornets! Tidak ada yang perlu di pertimbangkan lagi. Akan saya ambil pondok ini!” potongku.Dengan senyuman ini, kau tidak mungkin bisa meragukanku, kan? Tidak peduli bagaimana dirimu memandang buruk tempat itu, tapi..., itu sudah lebih dari sekedar bunker sempurna untukku.“Ba-baiklah, kalau anda menginginkannya maka saya bisa langsung menyiapkan dokumennya.”“Nona Hornets. Bisakah pembayarannya di lakukan setelah transaksi penjualan rumah saya selesai? Anda bisa memangkas biayanya dari sana.”“Saya mengerti.”Bagus, sebagian rencana sudah di selesaikan. Persiapan menuju Apocalypse sudah lebih matang, kali ini pasti tidak akan mati dengan mudah, selain itu..., sepertinya aku dapat hidup dengan lebih nyaman.“Tuan Edelhard? Apa anda memutuskan untuk hidup sebagai seorang pemburu? Ha..., saya tidak pernah mengerti tentang fantasi liar seorang laki-laki, kalian memang selalu memikirkan hal-hal gila.”“Jadi, bisakah mengatakan sesuatu yang ingin anda buru di dalam hutan sana? Apa itu seperti seekor kijang atau bahkan seekor harimau?”Aku menggelengkan kepala padanya sembari tersenyum kemudian menjawab pertanyaan Nona Hornets dengan santai. “Sesuatu yang belum pernah di lihat oleh orang lain.”“Haha, apa itu seperti makhluk Bigfoot atau bahkan Yeti?”“Zombie.”Jawabku begitu singkat.Tepat di sore hari, Nona Hornets datang dengan beberapa rakannya. Rumahku pun akhirnya terjual dengan harga yang bagus.“Kenapa menatapnya begitu lama, Tuan Edelhard? Apakah itu semacam ucapan selamat tinggal?”“Ya, semacam itu.”Ayah, Ibu. Terimakasih atas bantuan kalian hingga akhir. Putramu berjanji untuk menggunakan uang sisa warisan kalian ini dengan baik. Selamat tinggal.Seperti yang di janjikan oleh Nona Hornets, dia akan mengantarkanku untuk pergi ke dalam hutan, sebab jalan masuk menuju pondok, hanya perempuan inilah yang mengetahuinya.“Kak Elaine? Kakak yakin ini jalannya? Sudah tiga tahun semenjak kunjungan Kakak terakhir kali, aku tidak yakin dengan jalan yang Kakak ambil.”“Ikuti saja arahanku. Kita akan sampai.”Suara tegukan ludah dari rekan Nona Hornets bahkan terdengar hingga ke telingaku yang duduk di kursi belakang.Emm..., aku juga cukup meragukan arahan dari Nona Hornets, maksudku, ini adalah hutan. Keadaan di sini sangat mudah berubah, apalagi setelah tiga tahu
Butuh setidaknya waktu satu minggu untuk benar-benar menghafal jalur hutan yang kini aku tinggali. Karena rindangnya pepohonan di sekitar pondok yang kini ku tinggali, aku tidak bisa melihat matahari ataupun bulan terbit di manapun.‘Srrat! Sraat!’ suara ujung pisau yang di gesekkan di antara batang pohon.Aku harus mengiris kulit pohon untuk menandai mata angin, dengan menjadikan pondokku sebagai pusat, kini aku menghafal jalur manapun sejauh 10 mil dari pondok. Hutan ini menjadi teritoriku sekarang.“Meskipun menghafal setiap tempat di hutan ini adalah hal yang bagus, tapi hal ini bukanlah prioritasku sekarang.”“Aku harus pergi lagi ke kota untuk keperluan lain. Mari! Buat persiapannya benar-benar matang!”Lega rasanya melihat sinar matahari. Sudah terhitung tiga minggu sejak aku berada di dalam hutan. Kegiatanku di sana sangat berguna, menghafal jalan dan juga berburu membuat otot-otot di tubuhku prima.“Di hutan itu aku memang tidak kekurangan makanan sama sekali, tapi.., tanpa g
Waktunya semakin dekat, kehancuran dunia akan segera di mulai. Aku telah memanggil kembali semua memoriku di kehidupan yang pertama. Awal kemunculan para Zombie pasti ada kaitannya dengan insiden pesawat jatuh.“Setidaknya ini yang bisa ku simpulkan, sebab..., tepat setelah berita tentang jatuhnya pesawat itu, teror zombie pun terjadi.”“Tempat jatuhnya pesawat adalah taman di dekat bandara, saat hari itu terjadi..., aku akan berada di sana. Mungkin aku bisa mencegah hal yang terburuk dengan melakukan itu.”Mari ke kota lagi untuk menghabiskan sisa uangnya. Kali ini..., untuk persiapan yang terakhir.“Toko di depan sana adalah tempat penjualan senjata api yang paling dekat di kota ini, meskipun bukan yang terbesar, seharusnya mereka menjual apa yang aku cari.”Bunyi gemerincing terdengar ketika aku masuk ke dalam toko ini, seorang pria paruh baya bertubuh tambun berdiri di balik counter desk.“Selamat datang,” sambutnya tanpa memperhatikanku. Pria itu terus membalikan lembar majalah y
12 November 2040Hari yang di nanti-nanti akhirnya tiba. Darahku mendidih, seluruh tubuhku gemetar mengingat apa yang akan terjadi. Sejak tadi malam jantungku berdetak tidak karuan, aku terbangun demi hari ini.“Matahari bersinar terang, langit biru dengan sedikit awan. Bukankah hari ini adalah hari yang cerah untuk sebuah bencana?”Sejak tadi aku sudah bersiaga di taman tempat pesawat itu akan mendarat secara darurat, orang-orang di sekitar sini begitu riang menikmati keseharian mereka. Aku yakin tak satupun dari mereka akan mengira, bahwa kiamat akan datang.“Ibu aku ingin balon yang besar itu, tolong belikan aku itu, Bu!”“Baiklah, tapi berjanjilah pada ibu, kalau kau akan makan semua sayuranmu pada sarapan berikutnya.”“Emm! Janji!”Anak itu.., apa dia akan menangis kalau aku bilang tidak akan ada sarapan yang berikutnya? Yah.., bukan berarti akan ada seseorang yang percaya pada omonganku. Kalaupun aku menjelaskannya, sudah pasti aku akan di cap gila.Untuk saat ini aku hanya bisa
Rasa penasaran orang-orang membawa mereka mendekati pesawat, sesuatu yang sebenarnya ingin mereka tolong, adalah apa yang akan membahayakan mereka.“Bung, mereka di sini.., maksudmu?”“Sesuatu yang datang dari mimpi terburukmu. Semua orang akan terbunuh, suruh mereka menjauh dari sana, cepat!”“Apa?” sahut pria yang menindihku dengan sangat kebingungan.Tentu saja dia tidak akan percaya dengan kalimat yang terdengar seperti sebuah omong kosong itu. Aku hanya bisa membiarkan dia melihat situasi agar dia percaya. Lagipula aku tidak dapat bergerak karena kunciannya.“Tubuh mereka berwarna hitam, apa itu luka bakar?”Itu bukan luka bakar, tubuh mereka tampak berwarna hitam karena pembusukan yang terjadi. Mereka sudah menjadi zombie.“Tuan, apa kau baik-baik saja?”Mereka tidak akan menjawab, indra mereka sudah mati. Cihh, aku kasihan pada orang yang mendekat tanpa tau apapun. Dia menjadi korban pertama, kah?“Arrgh! Orang ini menggigitku! Tolong!”“Tidak! Aku juga tergigit!”“Apa-apaan in
Setelah cukup puas berlari, aku dan Andrew bersembunyi di sebuah kantor kecil, ukurannya 4 x 4 dengan hanya satu lantai pada bangunannya. Tidak ada benda lain selain komputer, printer dan setumpuk kertas.“Vin, dari semua tempat..., kenapa kita harus bersembunyi disini?”Andrew memanggil nama depanku karena setelah semua yang terjadi pada kami, kami merasa cukup dekat sebagai kawan.“Aku ingin tahu pendapatmu, Andrew.”Pria itu menghela nafas, itu karena aku sering membuat dia menjawab pertanyaannya sendiri. Ku rasa dia cukup paham dengan sikapku.“Aku hanya berpikir akan lebih baik untuk kita bersembunyi di toserba atau tempat lain yang menyimpan bahan makanan. Setidaknya peluang kita untuk bertahan dari krisis ini akan lebih besar.”“Kau salah, peluang kita untuk selamat menjadi semakin kecil jika kita melakukannya.”“Andrew.., semua orang pasti akan berpikiran sama sepertimu, dan mereka akan berkumpul di sana,” ujarku.“Vin, apa kau berpikir kalau perselisihan akan terjadi? Memang
Bangunan tempat aku dan Andrew bersembunyi terhubung pada sebuah gang sempit di belakang, para zombie tidak melalui lorong ini untungnya.Andrew mengeluarkan sebuah pistol dari balik celana dan dia bersiaga sambil mengendap di dekat dinding.“Andrew, kau seperti sedang berada di dalam misi. Tidak perlu setegang itu kawan, kau tidak ingin pikiranmu kacau kan, dalam situasi ini.”“Letakkan kembali pistolmu, kita hanya akan menggunakan pistol saat keadaannya sudah genting,” imbuhku.“Vin, jadi menurutmu keadaan saat ini masih belum genting? Haa..., jika bukan karenamu yang bersikap tenang, aku pasti sudah kacau, bung.”Andrew tidak lagi menanyakan tindakanku, dia dapat mengikutiku dengan tenang. Saat aku menggoyang-goyangkan pipa pembuangan air hujan, dia juga hanya memperhatikan saja.“Kau juga ambil,” ujarku sambil menggenggam pipa yang berhasil ku patahkan.Andrew segera melihat sekeliling untuk mencari pipa, “Aku sudah dapat.”“Bagus! Kita akan gunakan ini untuk membunuh mereka.”And
Dengan rasa percaya diri Andrew yang semakin kuat, kekhawatiranku pun berkurang. Kerja sama kami cukup baik, kami berhasil melangkah cukup jauh dari titik persembunyian awal. Andrew makin terbiasa mengatasi zombie yang berdatangan.“Maaf!” seru Andrew sebelum pukulan yang di ayunkannya memecahkan kepala zombie yang datang menghampiri.“Kawan, kau tidak perlu meminta maaf tiap kali kau membunuh mereka.”“Sebagai seorang tentara aku memiliki kewajiban untuk melindungi orang-orang di negaraku, permintaan maaf tadi aku ucapkan karena gagal memenuhi tugasku.”“Tapi bisakah kau kecilkan sedikit suaramu? Aku pikir kau sengaja memancing mereka,” gurauku.Andrew seketika gugup dan segera meminta maaf kepadaku, “Maafkan aku Vin, aku sungguh tidak bermaksud seperti itu.”“Haha, aku hanya bergurau kawan. Tidak perlu secemas itu.”“Ya ampun.., di saat seperti ini kau masih sempat bergurau.”“Apa salahnya? Karena ada orang yang menemani perjalananku kali ini, bergurau dengannya bukanlah hal yang bu