Setelah 3 bulan lebih mendapatkan penolakan, pada akhirnya Lintang diterima juga sebagai murid oleh Wiguna meski tanpa mengenakan seragam.Hal itu tentu atas maklumat sesepuh yang tidak bisa dibantah, membuat Wiguna terpaksa harus luluh pada pendirian Lintang.Namun walau pun sudah resmi menjadi murid, Lintang tetap meminta guru Wiguna agar selalu mencambuknya dahulu sebelum pelajaran dimulai.Tidak tanggung-tanggung, Lintang meminta sekitar 10.000 cambukan setiap harinya, membuat guru Wiguna dan para murid lain menjadi bingung keheranan.“Apa yang kau inginkan, Kusha? Apa kau berniat menjatuhkanku dengan hukuman yang seharusnya tidak kau terima?” Guru Wiguna menyipitkan mata.“Hihihi, tidak paman guru. Aku tidak bermaksud demikian. Aku memang sudah resmi menjadi murid, tapi apa yang kuperbuat tetap bertentangan dengan aturan perguruan. Jadi hukuman itu tetap akan berlaku bagi diriku untuk selamanya,” tutur Lintang.“Apa kau tidak bercanda, bocah? Tidak ada satu pun orang yang senang
Ki Luhung adalah salah satu ketua paling misterius di padepokan Campaka Raga.Tidak ada yang tahu entah sudah berapa ratus tahun usianya di mana Ki Luhung sudah berada di padepokan tersebut sebelum sesepuh Wirusanala lahir.Ki Luhung jarang sekali menampakan diri kepada para murid, bahkan satu dua orang ketua saja yang mampu menemuinya.Selain sesepuh Wirusanala, hanya ketua Kantakalah yang bisa bebas menemui Ki Luhung.Hal itu karena Ketua Kantaka adalah sahabat dari Nurbudi Nalasukma, sesepuh padepokan terdahulu.Selain tidak pernah menampakan diri, Ki Luhung juga tidak tertarik dengan perkembangan padepokan. Dia bahkan tidak tertarik akan surut pasangnya dunia persilatan.Tidak ada murid yang pernah melihat paras Ki Luhung, sementara para guru hanya sempat melihatnya beberapa kali dalam upacara Windu Darhama. Yaitu acara mengenang kematian sesepuh terdahulu yang diadakan setiap 8 tahun sekali.Itu pun tidak berlangsung lama karena Ki Luhung sebatas menabur bunga saja sebelum setela
Selama 6 bulan, setiap hari tanpa henti Lintang terus pulang pergi masuk ke dalam hutan.Hampir semua hutan di gunung telah dia jelajahi sendiri, bahkan Lintang kadang tidak pulang untuk karena penasaran ingin menginap di dalam hutan.Otot-otot kaki, lengan, perut, dan tubuhnya kini mulai terbentuk membuat sosok Lintang semakin terlihat dewasa.Namun tubuhnya masih tetap anak kecil yang terlihat polos dan menggemaskan.Selain melaksanakan tugas mengumpulkan kayu bakar, Lintang juga tidak pernah lupa menagih hukuman cambukan kepada Guru Wiguna.Dengan begitu dia tetap bisa berinteraksi dengan teman-temannya meski hanya sesaat.Tidak banyak anak yang bisa bertegur sapa dengan Lintang karena bocah itu selalu segera pergi ke dalam hutan.Hanya Nindhi, Baswara, Basukarna, serta beberapa teman gadis lain yang kerap berbincang dengannya. Selepas itu, Lintang akan langsung berlari meninggalkan kelas.Balada sudah tidak heran lagi dengan kelakuan Lintang, dia membiarkan Lintang bertindak sesuk
Lintang dibawa melesat jauh menyusuri ke dalam hutan, sebelum kemudian dibawa naik ke atas puncak gunung besar.Meski sedang terang bulan, Lintang tidak bisa memastikan dia sedang dibawa ke gunung mana karena kecepatan lari sosok yang membawanya sungguh luar biasa.Lintang juga tidak bisa berteriak di mana mulutnya tetap dibekap. Jantungnya berdebar kencang khawatir sosok itu adalah orang jahat.Dan benar saja, tepat ketika tiba di atas gunung, tubuh Lintang dilemparkan keras pada permukaan tanah membuat dia langsung terkapar tidak sadarkan diri.Sampai saat pagi menjelang, Lintang mulai kembali membuka mata.“A-aku masih hidup? Hahaha, aku hidup,” Lintang tertawa senang.“Uph!” Dia segera membekap mulutnya sendiri takut sosok yang semalam mendengarnya.Lintang tersadar di atas rerumputan di sebuah halaman gubuk sedehana yang terdapat di puncak gunung.Dia sadar itu puncak gunung karena udara di sana terasa begitu berat pertanda dirinya sedang berada di ketinggian.Lintang bangkit den
Hari-hari berlalu begitu cepat hingga tidak terasa pekan terus berganti tersusun menjadi bulan, dan bulan pergi menjadi tahun.Puluhan purnama telah Lintang lewati dengan terus berlatih bersama ketua Kantaka.Hampir semua teknik penyerapan energi milik Ketua Kantaka telah Lintang kuasai membuat kanuragan bocah itu meningkat secara pesat.7 tahun sudah Lintang tinggal di atas gunung, dan kini usianya telah genap menjadi 14 tahun. Lintang tumbuh menjadi pemuda yang kuat, parasnya terlihat mempesona bagai para dewa dari khayangan.Dia memiliki mata bersih berwarna coklat tua, alis hitam sedikit tebal, serta rambut panjang bergelombang yang juga berwarna hitam.Sementara bibirnya sedikit merah muda dengan hidung bangir yang tersemat indah menambah ketampanannya.Lintang kerap mengenakan celana panjang berwarna kuning tua, sabuk kain sutra merah atau kadang biru. Sementara tubuhnya tetap polos tanpa pakaian membuat otot-otot di perut, tangan, bahu, dan dada bidangnya akan terlihat.Namun
Setiap setahun sekali, padepokan Campaka Raga akan mengadakan ujian kenaikan tingkat.Hal itu dilakukan untuk mengukur sejauh mana pencapaian para murid dari berbagai kelas. Tapi ujian kali ini bukan untuk itu, melainkan untuk kenaikan tingkat menjadi murid inti dan murid senior.Ujian ini diadakan setiap 10 tahun sekali, dan hari ini sedang diselenggarakan pembukaan acara tersebut.Semua murid berkumpul riuh di alun-alun padepokan, terdapat podium besar tempat para guru dan ketua menilai.Sementara disamping podium itu berdiri gagah singgasana sesepuh beserta wakilnya.Untuk keperluan ujian, alun-alun padepokan diseting sedemikian rupa hingga membentuk lingkaran yang di setiap sisi berderet kursi penonton bagi para murid.Sedangkan di bagian utara alun-alun terdapat ruang terbuka dengan banyak kursi yang kini telah ditempati para peserta.Tidak semua murid bisa mengikuti ujian ini karena hanya murid berbakat dan telah mencapai syarat tertentu sajalah yang bisa mengikutinya.Terdapat
Untuk ujian pemahaman, setiap peserta akan diberikan dua gulungan kertas berwarna merah.Gulungan pertama merupakan gulungan kosong yang harus di isi oleh rentetan norma kependekaran serta aturan perguruan.Sementara gulungan kedua berisi 1000 pertanyaan akan isi pemahaman norma-norma yang harus di jawab.Kedua gulungan itu akan berubah warna ketika selesai dikerjakan. Jika warna merah pada gulungan berubah menjadi putih, maka artinya peserta yang mengisi gulungan tersebut akan dinyatakan lulus. Namun jika warna merah pada gulungan berubah hitam, maka peserta itu akan langsung dinyatakan gagal.Selain ditentukan oleh warna, waktu pengerjaan ujian tersebut juga terbatas. Yaitu hanya selama 3 jam saja. Jika dalam waktu 3 jam ada peserta yang belum menyelesaikannya, maka dia otomatis akan gagal dalam ujian.3000 peserta dengan cepat membuka gulungan mereka. Semuanya berlomba secara adil untuk menentukan siapa yang terbaik.Menit demi menit sangat perarti pada ujian tersebut, sehingga tid
Semua murid mematung terpana dengan keindahan suara seruling, sementara para guru masih terus mengedarkan pandangan mencari asal sumber suara. Begitu pula dengan para murid senior di mana mereka sangat penasaran akan siapa pemilik suara itu.Tapi guru Wiguna dan Balada entah merasa amat sangat senang, bahkan mata mereka berbinar seakan ingin menitikan air mata.“Bocah itu? Aku sangat yakin ini pasti dia. Tidak ada yang pernah melantunkan lagu itu selain dirinya. Sial! Apa mungkin si nakal itu telah selesai?” sesepuh Wirusanala terus meracau di dalam hati. Sementara pandangannya bergulir ke sana ke mari mencari keberadaan sang pemilik seruling.Dia cukup terkejut karena orang yang meniup seruling bisa menyembunyikan hawa keberadaannya. Padahal sesepuh Wirusanala memiliki mata tertajam yang mampu melihat apa pun dari jarak yang sangat jauh bahkan jika itu ilusi sekali pun.Tapi kali ini dia harus mengakui bahwa kanuragan sang pemilik seruling pasti sangat tinggi, membuat sesepuh Wiru