Lintang dibawa melesat jauh menyusuri ke dalam hutan, sebelum kemudian dibawa naik ke atas puncak gunung besar.Meski sedang terang bulan, Lintang tidak bisa memastikan dia sedang dibawa ke gunung mana karena kecepatan lari sosok yang membawanya sungguh luar biasa.Lintang juga tidak bisa berteriak di mana mulutnya tetap dibekap. Jantungnya berdebar kencang khawatir sosok itu adalah orang jahat.Dan benar saja, tepat ketika tiba di atas gunung, tubuh Lintang dilemparkan keras pada permukaan tanah membuat dia langsung terkapar tidak sadarkan diri.Sampai saat pagi menjelang, Lintang mulai kembali membuka mata.“A-aku masih hidup? Hahaha, aku hidup,” Lintang tertawa senang.“Uph!” Dia segera membekap mulutnya sendiri takut sosok yang semalam mendengarnya.Lintang tersadar di atas rerumputan di sebuah halaman gubuk sedehana yang terdapat di puncak gunung.Dia sadar itu puncak gunung karena udara di sana terasa begitu berat pertanda dirinya sedang berada di ketinggian.Lintang bangkit den
Hari-hari berlalu begitu cepat hingga tidak terasa pekan terus berganti tersusun menjadi bulan, dan bulan pergi menjadi tahun.Puluhan purnama telah Lintang lewati dengan terus berlatih bersama ketua Kantaka.Hampir semua teknik penyerapan energi milik Ketua Kantaka telah Lintang kuasai membuat kanuragan bocah itu meningkat secara pesat.7 tahun sudah Lintang tinggal di atas gunung, dan kini usianya telah genap menjadi 14 tahun. Lintang tumbuh menjadi pemuda yang kuat, parasnya terlihat mempesona bagai para dewa dari khayangan.Dia memiliki mata bersih berwarna coklat tua, alis hitam sedikit tebal, serta rambut panjang bergelombang yang juga berwarna hitam.Sementara bibirnya sedikit merah muda dengan hidung bangir yang tersemat indah menambah ketampanannya.Lintang kerap mengenakan celana panjang berwarna kuning tua, sabuk kain sutra merah atau kadang biru. Sementara tubuhnya tetap polos tanpa pakaian membuat otot-otot di perut, tangan, bahu, dan dada bidangnya akan terlihat.Namun
Setiap setahun sekali, padepokan Campaka Raga akan mengadakan ujian kenaikan tingkat.Hal itu dilakukan untuk mengukur sejauh mana pencapaian para murid dari berbagai kelas. Tapi ujian kali ini bukan untuk itu, melainkan untuk kenaikan tingkat menjadi murid inti dan murid senior.Ujian ini diadakan setiap 10 tahun sekali, dan hari ini sedang diselenggarakan pembukaan acara tersebut.Semua murid berkumpul riuh di alun-alun padepokan, terdapat podium besar tempat para guru dan ketua menilai.Sementara disamping podium itu berdiri gagah singgasana sesepuh beserta wakilnya.Untuk keperluan ujian, alun-alun padepokan diseting sedemikian rupa hingga membentuk lingkaran yang di setiap sisi berderet kursi penonton bagi para murid.Sedangkan di bagian utara alun-alun terdapat ruang terbuka dengan banyak kursi yang kini telah ditempati para peserta.Tidak semua murid bisa mengikuti ujian ini karena hanya murid berbakat dan telah mencapai syarat tertentu sajalah yang bisa mengikutinya.Terdapat
Untuk ujian pemahaman, setiap peserta akan diberikan dua gulungan kertas berwarna merah.Gulungan pertama merupakan gulungan kosong yang harus di isi oleh rentetan norma kependekaran serta aturan perguruan.Sementara gulungan kedua berisi 1000 pertanyaan akan isi pemahaman norma-norma yang harus di jawab.Kedua gulungan itu akan berubah warna ketika selesai dikerjakan. Jika warna merah pada gulungan berubah menjadi putih, maka artinya peserta yang mengisi gulungan tersebut akan dinyatakan lulus. Namun jika warna merah pada gulungan berubah hitam, maka peserta itu akan langsung dinyatakan gagal.Selain ditentukan oleh warna, waktu pengerjaan ujian tersebut juga terbatas. Yaitu hanya selama 3 jam saja. Jika dalam waktu 3 jam ada peserta yang belum menyelesaikannya, maka dia otomatis akan gagal dalam ujian.3000 peserta dengan cepat membuka gulungan mereka. Semuanya berlomba secara adil untuk menentukan siapa yang terbaik.Menit demi menit sangat perarti pada ujian tersebut, sehingga tid
Semua murid mematung terpana dengan keindahan suara seruling, sementara para guru masih terus mengedarkan pandangan mencari asal sumber suara. Begitu pula dengan para murid senior di mana mereka sangat penasaran akan siapa pemilik suara itu.Tapi guru Wiguna dan Balada entah merasa amat sangat senang, bahkan mata mereka berbinar seakan ingin menitikan air mata.“Bocah itu? Aku sangat yakin ini pasti dia. Tidak ada yang pernah melantunkan lagu itu selain dirinya. Sial! Apa mungkin si nakal itu telah selesai?” sesepuh Wirusanala terus meracau di dalam hati. Sementara pandangannya bergulir ke sana ke mari mencari keberadaan sang pemilik seruling.Dia cukup terkejut karena orang yang meniup seruling bisa menyembunyikan hawa keberadaannya. Padahal sesepuh Wirusanala memiliki mata tertajam yang mampu melihat apa pun dari jarak yang sangat jauh bahkan jika itu ilusi sekali pun.Tapi kali ini dia harus mengakui bahwa kanuragan sang pemilik seruling pasti sangat tinggi, membuat sesepuh Wiru
Amarah Sesepuh Wirusanala“Ehem!” Guru Wiguna berdehem keras menghentikan tawa Lintang dan Balada.Sosoknya tiba-tiba saja sudah berada di belakang mereka, membuat keduanya langsung berbalik sembari memasang senyuman bodoh.“Guru,” sapa Balada.“Paman guru, hihihi” sapa Lintang.“Haih! Kukira kalian telah dewasa, ternyata sama saja seperti dulu, selalu membuat masalah,” Guru Wiguna menggeleng.“Maaf guru,” Balada menunduk malu.“Hihihihi, bagaimana kabarmu paman guru? Baik-baik saja kan? Terimakasih sudah membuat sambutan meriah untukku,” Lintang terkekeh tanpa dosa membuat Balada langsung terbatuk mendengarnya.Peletak! Aww! Lintang meringis kembali mendapat jitakan di kepalanya. Tapi kali ini bukan dari Balada melainkan dari guru Wiguna.“Dasar tengik! Sambutan apa yang kau maksud? Semua murid berkumpul di sini bukan untuk menyambutmu. Tapi sedang dalam ujian,” maki Guru Wiguna kesal.“Hais! Kukira sedang menyambutku, hihihi,” Lintang terkekeh konyol membuat Guru Wiguna kembali men
Saat cahaya merah dari serangan sesepuh Wirusanala hampir saja menghantam tubuhnya, Lintang segera mengayunkan Seruling Surga, membuat cahaya itu seketika terpental menghantam tanah.Wush! BUMMMM!Sebuah ledakan besar terjadi menggetarkan wilayah padepokan, menciptakan debu dan asap tebal yang membumbung menutupi pandangan.Namun meski begitu, semua orang sempat melihat apa yang Lintang lakukan, membuat mulut serta mata mereka menganga tidak percaya.Tapi sesepuh Wirusanala melakukan hal berbeda, dia malah tersenyum senang menatap kepulan asap tebal dengan penuh kebanggaan.“Begitu rupanya, baiklah!” gumam sang sesepuh sebelum kemudian sosoknya lenyap dari pandangan.Lintang masih di dalam kepulan asap, tapi dia tahu bahwa sesepuh datang menghampirinya.“Hihihihi, anda ternyata orang yang keras kepala, paman Nala,” Lintang terkekeh.“Aku keras kepala karena dirimu, sialan!” bentak sesepuh Wirusanala.Dia tiba-tiba muncul tepat di hadapan Lintang dengan telah menebaskan pedang.Wush!
Dunia kependekaran adalah dunia yang kejam, kelam, licik, penuh intrik dan misteri membuat siapa pun yang masuk ke dalamnya harus memiliki mental serta kekuatan yang matang.Semua yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin di dunia kependekaran, yang ada tidak selamanya ada, dan yang baru bisa saja merupakan hal lama yang dibangkitkan kembali oleh permainan takdir.Seperti halnya Lintang, dia adalah pendekar legenda yang seharusnya telah tiada. Namun karena suatu alasan, Lintang kembali hidup menitis pada seorang bayi laki-laki yang tidak pernah dirinya kenal.Segala bentuk kepahitan hidup dan hiruk pikuk dunia kependekaran telah Lintang lewati membuat dirinya bisa mematangkan diri jauh sebelum waktunya.Lintang hidup dengan membawa ingatan masa lalunya, sehingga tidak sulit untuk pemuda itu bisa memahami segala bentuk energi serta pengolahan kanuragan di dunia persilatan.Hanya saja tubuh yang saat ini dia miliki masih terbilang lemah sehingga kekuatan Lintang akan sangat terbatas karen