Share

Bab 304.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-04-26 18:32:06

Agak lama suasana paseban pertemuan itu menjadi sunyi.

Semua penasehat yang berjumlah 5 orang itu termenung, dan berpikir keras mencari cara terbaik. Untuk menghadapi 'puncak kemelut' yang sudah diramalkan Resi Salopa akan terjadi, pada 7 tahun mendatang dari sekarang.

"Ampun Kanda Prabu. Bukankah Resi Salopa dulu juga meramalkan, akan adanya 'gerbang dimensi' yang terbuka. Pada saat 'kemelut puncak' itu terjadi.

Gerbang dimensi yang diramalkan Resi Salopa, akan mendatangkan sosok dari peradaban di masa mendatang dan masuk ke negeri ini.

Apakah putra angkatku Srenggana Maruthi perlu kutempatkan bertapa di sana. Untuk menjaga gerbang dimensi, agar tidak dimasuki orang yang salah Kanda Prabu..?

Karena kita tidak tahu, apakah 'orang dari peradaban masa depan' itu akan menjadi lawan atau kawan, bagi negeri Kalpataru ini Kanda Prabu.

Kita harus memastikannya dulu Kanda Prabu," ucap Ki Jagadnata, seorang penasehat yang mumpuni di bidang kanuragan dan kesaktian.

Dia jugalah yang menja
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 305.

    "Baik Ibu, Elang pamit dulu. Jaga juga kesehatan Ibu ya," ucap Elang, sambil beranjak meninggalkan panti. Diiringi lambaian tangan dan ucapan selamat jalan dari penghuni panti. Elang pun balas lambaikan tangannya, dan tersenyum pada mereka. Akhirnya dia masuk ke mobil, yang akan membawanya ke bandara Soetta, lalu naik pesawat menuju bandara Adisucipto di Jogja. Setibanya di area kedatangan bandara Adisucipto, sudah menunggu Yudha Satria dan Ahmad Syauban di sana. Rupanya kemarin mereka telah mendapat kabar dari Bambang, tentang Elang yang sudah kembali ke Jogjakarta. Maka segera saja Yudha dan Ahmad cus ke Jogjakarta, dan menanti Elang di Bandara. Karena mendapat kabar dari Bambang, bahwa Elang sedang dalam perjalanan kembali ke Jogjakarta. Ya, Elang memang belum sempat menyimpan kembali kontak-kontaknya, setelah ponselnya hancur dalam pertarungan di selat Naruto lalu. Padahal dia sudah membeli ponsel baru, tepat setelah Elang membeli lahan kosong tempat makam Ayah Bimo. Persi

    Last Updated : 2025-04-27
  • Sang PENEMBUS Batas   Bsb 306.

    "Hahhhh...!!!" seruan kaget terdengar serentak, dari seluruh anggota GASStreet di pertemuan itu. "Boss Permadi, jangan tinggalkan kami...!!" terdengar beberapa teriakkan dari mereka. "Kami akan tetap ikut bos Permadi, walau GASStreet dibubarkan..!!" "Kami siap mati untukmu Boss..! Jangan pergi..!!" Kini bahkan ada sebagian yang hadir mulai berteriak dengan suara serak dan mata berair. Ya, bagi mereka semua, Permadi adalah pendobrak pintu 'kejayaan'. Sosok yang memberikan mereka rasa keyakinan dan kebanggaan diri, untuk bergerak lebih maju ke depannya. Dengan dibubarkannya GASStreet dan mundurnya Permadi. Maka mereka semua bagai merasakan, 'pintu kejayaan dan kebanggaan' tertutup kembali untuk mereka. 'Suram..!' pikir mereka semua. Kembali Permadi mengangkat tangannya, dan suasana kembali hening seketika. "Namun saya juga membuka pintu. Bagi kalian yang masih ingin bergabung dengan usaha yang akan saya rintis. Saya dan sahabat saya akan membuka sebuah usaha yang bergerak di b

    Last Updated : 2025-04-27
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 001. TRAGISNYA TAKDIR

    Sebuah mobil sedan yang membawa sepasang suami istri, dan seorang anak lelaki berusia 3 tahun nampak meluncur tak terkendali. Di depan mobil itu, terpampang sebuah kelokkan tajam lembah Cipanas yang curam dan dalam. Ya, akibat menghindari pengemudi motor yang ugal-ugalan di jalan. Rupanya Sukanta tak bisa melihat, bahwa di depannya terdapat tikungan tajam,“Awas Pahhh..!!” teriak panik dan ketakutan Wulandari sang istri. Sang suami berusaha mengendalikan mobilnya yang oleng. Dan tak sengaja dalam kepanikkannya melihat lembah curam di depannya, Sukanta malah menginjak gas dan rem bersamaan. Brrrmm...!! Ciitttt..!!“Huhuhuuu..! Elang takut Mahh, Pahh,” tangis sang anak, yang menyadari sesuatu yang buruk akan terjadi.“Pahh..! Innalillahi ...!!” teriak sang istri, wajahnya pucat pasi.“Astaghfirullahaladzim ....!!” seru sang suami keras. Dan tak ayal mobilnya menabrak pagar besi di bibir lembah. Braagghhh !! Pagar besi pun roboh. Sadar akan jatuh ke lembah curam yang tinggi, Wuland

    Last Updated : 2025-01-24
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 002. MIMPI ANEH

    Malam itu Elang tidur dengan nyenyak. Setelah dia membantu Bu Sati mencuci piring di dapur, dan menyapu aula panti. Bu Sati memang terbiasa mencuci piring di malam hari, saat anak panti rata-rata sudah tertidur pulas. Elang yang melihatnya saat lewat dapur merasa kasihan. Dia lalu menyuruh Bu Sati untuk istirahat saja lebih awal, dan membiarkan Elang yang mencuci piring. Akhirnya Bu Sati beranjak ke kamarnya untuk tidur lebih awal. ‘Kasihan Bu Sati. Usianya sudah 57 tahun, namun masih harus bekerja keras di panti’, ujar bathin Elang, sambil menatap sosok bu Sati, yang sedang melangkah ke arah kamarnya. Elang mulai mencuci piring, benaknya teringat pembicaraannya dulu dengan Bu Sati, “Bekerja di sini adalah panggilan hati ibu, Elang. Ibu hanyalah janda tanpa anak, saat mulai bekerja di sini. Dan ibu merasa disinilah tempat ibu, bersama anak-anak yang tak tahu harus berlindung ke mana. Melihat anak-anak tersenyum merasakan kebahagiaan dan kehangatan di panti ini. Adalah sebuah k

    Last Updated : 2025-01-26
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 003. LOKER DAN SANTET

    ‘Ahhh..! Andai mimpi semalam benar-benar bisa jadi nyata. Aku pasti akan menyetujuinya saja. Semoga nanti malam Aki Buyut benar-benar hadir lagi dalam mimpiku’, bathin Elang bertekad. Elang sangat menyesali kebimbangannya, dalam mimpi semalam. Elang bertekad akan menyetujui tawaran mempelajari ilmu turunan keluarganya itu. Jika memang benar mimpi itu bisa jadi kenyataan. “Mas Elang..! Mas..! Dito nakal tuh..!" seorang anak kecil perempuan usia 6 tahunan berlari kecil, dan menubruk Elang sambil mengadu.“Aduh..! Hati-hati Nindi, kamu bisa jatuh nanti,” ujar Elang, sambil memegang tubuh Nindi yang merapat di belakangnya. Tak lama kemudian, seorang anak laki-laki kecil seusia Nindi datang menyusul, “Nah ya..! Kamu di sini Nindi pelit..!” seru bocah itu, sambil berusaha mendekati Nindi, seolah hendak memukulnya. “Hei..hei, Dito..! Nggak boleh begitu ya, sama anak perempuan,” ucap Elang menengahi mereka. “Habis Nindi pelit sih Mas Elang..! Masa suruh gantian main ayunan gak mau..!”

    Last Updated : 2025-01-26
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 004. WEDAR DAN MULAI KERJA

    “Nah Elang. Apakah sekarang kamu sudah siap buyut wedar..? Lalu buyut akan isi tenaga dasar ilmu turunan keluarga kita Elang ?” tanya Ki Sandaka tenang. “Siap Ki Buyut,” sahut Elang mantap. “Kalau begitu naiklah ke balai ini, dan duduklah bersila seperti buyut,” perintah Ki Sandaka. Elang pun naik ke atas balai bambu itu, dan duduk bersila seperti posisi Ki Sandaka. Sementara itu Ki Sandaka terlihat berdiri. Namun Elang spontan bergidik ngeri. Karena dia melihat kaki Ki Buyutnya itu mengambang di udara, tak menapak di atas balai. “Hehehee. Jangan takut cicitku. Ini karena buyut sudah berbeda alam denganmu, Elang,” Ki Sandaka terkekeh, melihat kengerian Elang. “Sekarang bersiaplah Elang. Pejamkan matamu dan bertahanlah, jika ada sesuatu yang dingin dan hangat mengalir di dalam tubuhmu,” ucap Ki Sandaka. “Baik Ki Buyut,” ucap Elang tanpa ragu lagi. Elang langsung memejamkan matanya, seperti yang di arahkan oleh Ki Buyut. Nafasnya pun mulai teratur tenang, dalam posisi bersila.

    Last Updated : 2025-01-27
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 005. PEMBUKTIAN MIMPI

    “Bagaimana kalau kita ke rumah Pak Baskoro, setelah kamu pulang interview dari Betamart saja Elang..?" usul Bu Nunik. Hatinya jadi ikut tergerak dengan ucapan Elang. “Baik Bu,” ucap Elang, menyetujui usul Bu Nunik. “Elang masuk dulu ya Bu. Elang mau bersiap ke Betamart," ujar Elang, seraya undur diri.“Iya Elang, bersiaplah sebaik mungkin ya. Ajaklah Wulan untuk berangkat bersama ke sana,” ucap Bu Nunik. “Baik Bu,” sahut Elang, sambil beranjak menuju ke dalam panti. *** Pak Baskoro tengah terpekur di teras rumahnya. Sementara pikirannya menerawang, pada kenangan indahnya bersama sang istri. Istri yang kini terbaring lemah di pembaringannya. Ya, kenangan indah, rasa cinta, dan kesetiaan itulah. Hal yang mampu membuat Baskoro tetap bertahan, dan tegar merawat istrinya. Dia kembali menghisap rokoknya, dan menghembuskannya dengan nafas lepas menghela. Seolah ingin menghela jauh-jauh masalah pelik, yang selama bertahun-tahun ini menyelimutinya. Sudah hampir satu setengah tahun i

    Last Updated : 2025-01-29
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 006. KEMBALINYA KIRIMAN JAHAT

    “Hahh..?! B-benda apa..?! Maksudmu ada orang yang mengirim ‘bala’ ke istri saya, dengan menanam ‘sesuatu’ di rumah saya ?!” seru kaget pak Baskoro. Ya, Baskoro pernah menerima seorang paranormal dan ajengan ke rumahnya. Dan mereka semua hanya mengatakan, jika istrinya mungkin ‘dikerjai’ seseorang. Tapi tak ada yang dengan ‘jelas’ mengatakan, bahwa ada sesuatu yang di tanam di rumahnya. “Benar Pak Baskoro. Apakah di belakang rumah Bapak ada pohon pepaya, yang letaknya tepat berhadapan dengan pintu belakang rumah bapak ?” tanya Elang. “I..iya benar Elang..! Bagaimana kau bisa tahu..?!” ucap pak Baskoro kaget. 'Bagaimana dia bisa tahu..? Padahal dia belum pernah ke rumahku’, gumam bathinnya. “Bolehkah saya melihatnya Pak Baskoro..?” tanya Elang sopan, langsung ke poin. “Tentu saja boleh. Mari Elang, Bu Nunik, kita ke sana,” sahut pak Baskoro cepat. Ya, kini mulai ada setitik harapan di hati Baskoro. Bu Nunik yang ikut penasaran langsung beranjak mengikuti mereka di belakang. Ses

    Last Updated : 2025-01-31

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bsb 306.

    "Hahhhh...!!!" seruan kaget terdengar serentak, dari seluruh anggota GASStreet di pertemuan itu. "Boss Permadi, jangan tinggalkan kami...!!" terdengar beberapa teriakkan dari mereka. "Kami akan tetap ikut bos Permadi, walau GASStreet dibubarkan..!!" "Kami siap mati untukmu Boss..! Jangan pergi..!!" Kini bahkan ada sebagian yang hadir mulai berteriak dengan suara serak dan mata berair. Ya, bagi mereka semua, Permadi adalah pendobrak pintu 'kejayaan'. Sosok yang memberikan mereka rasa keyakinan dan kebanggaan diri, untuk bergerak lebih maju ke depannya. Dengan dibubarkannya GASStreet dan mundurnya Permadi. Maka mereka semua bagai merasakan, 'pintu kejayaan dan kebanggaan' tertutup kembali untuk mereka. 'Suram..!' pikir mereka semua. Kembali Permadi mengangkat tangannya, dan suasana kembali hening seketika. "Namun saya juga membuka pintu. Bagi kalian yang masih ingin bergabung dengan usaha yang akan saya rintis. Saya dan sahabat saya akan membuka sebuah usaha yang bergerak di b

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 305.

    "Baik Ibu, Elang pamit dulu. Jaga juga kesehatan Ibu ya," ucap Elang, sambil beranjak meninggalkan panti. Diiringi lambaian tangan dan ucapan selamat jalan dari penghuni panti. Elang pun balas lambaikan tangannya, dan tersenyum pada mereka. Akhirnya dia masuk ke mobil, yang akan membawanya ke bandara Soetta, lalu naik pesawat menuju bandara Adisucipto di Jogja. Setibanya di area kedatangan bandara Adisucipto, sudah menunggu Yudha Satria dan Ahmad Syauban di sana. Rupanya kemarin mereka telah mendapat kabar dari Bambang, tentang Elang yang sudah kembali ke Jogjakarta. Maka segera saja Yudha dan Ahmad cus ke Jogjakarta, dan menanti Elang di Bandara. Karena mendapat kabar dari Bambang, bahwa Elang sedang dalam perjalanan kembali ke Jogjakarta. Ya, Elang memang belum sempat menyimpan kembali kontak-kontaknya, setelah ponselnya hancur dalam pertarungan di selat Naruto lalu. Padahal dia sudah membeli ponsel baru, tepat setelah Elang membeli lahan kosong tempat makam Ayah Bimo. Persi

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 304.

    Agak lama suasana paseban pertemuan itu menjadi sunyi. Semua penasehat yang berjumlah 5 orang itu termenung, dan berpikir keras mencari cara terbaik. Untuk menghadapi 'puncak kemelut' yang sudah diramalkan Resi Salopa akan terjadi, pada 7 tahun mendatang dari sekarang. "Ampun Kanda Prabu. Bukankah Resi Salopa dulu juga meramalkan, akan adanya 'gerbang dimensi' yang terbuka. Pada saat 'kemelut puncak' itu terjadi. Gerbang dimensi yang diramalkan Resi Salopa, akan mendatangkan sosok dari peradaban di masa mendatang dan masuk ke negeri ini. Apakah putra angkatku Srenggana Maruthi perlu kutempatkan bertapa di sana. Untuk menjaga gerbang dimensi, agar tidak dimasuki orang yang salah Kanda Prabu..? Karena kita tidak tahu, apakah 'orang dari peradaban masa depan' itu akan menjadi lawan atau kawan, bagi negeri Kalpataru ini Kanda Prabu. Kita harus memastikannya dulu Kanda Prabu," ucap Ki Jagadnata, seorang penasehat yang mumpuni di bidang kanuragan dan kesaktian. Dia jugalah yang menja

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 303.

    Awalnya, setelah mendengar kisah Permadi. Seruni merasa sangat shock dan marah pada Permadi. Namun setelah Seruni bèrpikir kembali. Awal kisah percintaannya dengan Permadi, juga bukanlah berawal dari sesuatu yang baik. Perlahan Seruni pun bisa menerima cerita itu, dan segera mengajak Permadi untuk menengok rumahnya di Surabaya. 'Biarlah ini menjadi hukuman dan pencucian atas dosa-dosa kami Ya Allah. Ijinkan kami membenahi ini semua Ya Rabb', rintih bathin Seruni. Dan betapa terkejutnya mereka, saat tiba di kediaman Permadi. Mereka mendapati kondisi Shara, yang lemah terbaring tanpa daya di pembaringan. Tubuh Shara yang dulu nampak sekal dan aduhai, kini berganti kurus tanpa gairah hidup. Bahkan sepertinya jika mereka terlambat datang 3 hari kemudian, Shara mungkin hanya tinggal nama saja. Nampak mata Shara berbinar gembira, walau tubuhnya tak mampu bergerak saking lemahnya. Bi Sutri yang menjaganya siang malam, saat itu hanya bisa terisak sedih. Menangisi kepedihan dan keputus

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 302.

    "Hahaha..! Baiklah Nak Permadi, kamu sudah dengar sendiri jawaban dari Seruni. Kini tinggal menentukan hari baik untuk pernikahan kalian. Dan sebaiknya kau mencari orang yang bisa kau percaya, sebagai teman pendamping untuk pernikahanmu Nak Permadi. Karena bagi laki-laki, tak ada wali pun pernikahan kalian sesungguhnya akan tetap syah," ujar Pak Jatmiko menjelaskan. "Baik Ayah, Ibu. Kalau begitu Permadi mohon diri dulu," ucap Permadi yang sudah mulai berkeringat, walau hawa ruang tamu cukup sejuk berAc. Namun Permadi langsung mendapat isyarat kedipan mata, sambil menggelengkan kepala dari Seruni. Karena langsung pulang setelah melamar, itu tidak sopan menurut Seruni. Karuan Permadi yang baru setengah berdiri, dia langsung duduk kembali di kursinya. Hehe. "Ahh, Nak Permadi jangan buru-buru pulang dulu. Ibu sudah menyiapkan makan malam bersama untuk kita. Kita makan bersama dulu ya. Hihihi," ucap Riyanti sang ibu, seraya terkikik kecil, melihat kekikukkan Permadi. Ya, Riyanti se

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 301.

    "Bimo. Om Elang bangga pada ketegaran Bimo, saat dulu kamu hidup di jalan seorang diri. Om tahu, sekarang kamu pasti sedang kangen sama Ibu dan Kakakmu di Madiun sana. Tapi Om juga kesal sama Bimo," ucap Elang pelan. "Om Elang kesal kenapa sama Bimo, Om..? Bimo minta maaf kalau sudah mengecewakan Om Elang," Bimo berkata penuh ketakutan. Ya, hal yang ditakuti oleh Bimo memang hanya satu. Yaitu mengecewakan Elang, orang terbaik yang selalu ada di hatinya dan menjadi teladannya itu. "Om kesal, karena Bimo tak pernah memberitahu pada Om, kalau makam ayah Bimo tidak dikubur di tempat yang layak. Sekarang katakan pada Om. Di mana tempat ayah Bimo dikubur..?" tanya Elang serius pada Bimo. "Bimo dan tukang rokok menguburkan Ayah di lahan kosong milik orang Om Elang. Lokasinya di pinggir jalan Tentara pelajar. Tapi sekarang tanah itu sedang dijual Om," sahut Bimo akhirnya terus terang. 'Bimo, tak kusangka kehidupan masa lalumu begitu pedih. Seusia kau menguburkan jenasah Ayahmu hanya b

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 300.

    "Tidak, Mas Elang tidak salah dengar. Itu memang murni keinginan Nadya, Mas. Tsk, tskk..!" sahut Nadya terisak. 'Andai Mas Elang menolak menikahi Nanako, maka aku juga tak akan menikah seumur hidupku..', desah bathin Nadya. Dan, itu semua 'terdengar jelas' oleh 'Wisik Sukma' Elang. "Hhhh. Nadya, sebenarnya seberapa dekat kau dengan Nanako..? Mas memang simpati padanya, tapi itu bukan berarti Mas cinta atau ingin menjadikannya istri, Nadya. Mas hanya mencintaimu Nadya, bukan yang lain. Soal Nanako memilih tak menikah seumur hidupnya, itu adalah pilihan jalan hidupnya. Takdir berada di atas semua itu. Jika Nanako ditakdirkan bersuami nantinya, maka pasti dia akan menikah juga, Nadya. Dan lagi, kamu juga belum bicara tentang hal ini pada kedua orangtuamu Nadya, pikirkanlah baik-baik. Biar bagaimana pun juga, orangtuamu harus tahu tentang 'keinginan anehmu' ini Nadya," Elang akhirnya berkata menjelaskan pada Nadya dengan tenang. Walau sebenarnya Elang agak kesal juga, dengan pola

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 299.

    "Katakanlah ini nyata, Mas Elang.." lirih sekali kata itu terucap dari Nadya, seraya tetap memandang wajah Elang. Ya, Nadya seolah takut wajah itu kembali menghilang, saat dia berkedip. Tanpa menjawab, perlahan Elang menundukkan wajahnya dan mengecup kening Nadya, lalu mengecup pula sejenak bibir Nadya. "Apakah kau masih merasa kecupanku hanya mimpi Nadya..?" ucap Elang lembut, di telinga Nadya. "Owhs..! Mas Elang..! Tsk, tskk.." kembali Nadya memeluk erat tubuh Elang, sambil terisak penuh kebahagiaan. 'Ternyata ini nyata. Terimakasih Tuhan', bisik hati Nadya, merasa bahagia dan bersyukur. "Nadya, kini sudah menjelang malam. Baiknya kita pulang dulu yuk. Tapi kita mampir dulu ke warung makan pinggir jalan ya," ajak Elang pada Nadya, yang langsung tersadar dengan keadaan saat itu. Kriyuukk..! Perut Elang berdemo, tepat saat dia selesai berkata. "Hihihii..! Mas Elang lapar rupanya ya. Hayuk kita makan sop sapi dulu kesukaan Mas Elang," Nadya terkikik geli, mendengar suara perut

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 298.

    "Biar aku saja yang memindahkan motor itu, Bu Guru cantik," suara seorang pria terdengar menawarkan bantuannya. "Terimakasih. Hahhh...?!" reflek Seruni mengucapkan terimakasih tanpa menoleh. Namun seketika itu pula hatinya bergetar kencang, Seruni pun berseru kaget tertahan. Brugh..! Sepasang mata Seruni terbelalak, tas tangan dan beberapa map yang dibawanya pun terjatuh. Itu semua terjadi, saat dirinya belum lagi menoleh ke arah sosok pemilik suara itu. Ya, baginya suara itu sudah mewakili gambaran penuh sosok pemiliknya, Permadi.!'Tapi benarkah ini nyata..?' bisik bathin Seruni meragu. "Seruni, apakah kau akan terus diam di situ hingga malam tiba..?" tanya suara itu lagi. "A-apakah aku tengah bermimpi M-mas..Permadi..?" terbata Seruni bertanya, dadanya terasa sesak. Perlahan dia memutar tubuhnya, dan diapun tersentak tak bisa mengendalikan tubuhnya, Seruni hampir saja terjatuh saking terkejut dan tak percaya, pada apa yang dilihatnya. Ya, sosok gagah itu kini berdiri terse

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status