Share

Bab 180.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-03-21 20:13:19

"Tak masalah Elang. Tinggalkan saja jika kau sudah ingin pergi nanti. Kami sendiri besok malam sudah harus pulang ke Rusia Elang,” ucap Mila.

“Ahh, secepat itu ya Mila, Vinka. Saya pikir kalian masih lama disini.”

“Visa kami berakhir lusa Elang. Sebenarnya kami juga betah di sini Elang,” Mila berkata seolah menyesali.

“Sudahlah lebih baik kita ke kamar sekarang. Aku sudah sangat lelah, dan tak sabar ingin rebahan. Hahaa,” Vinka berkata sambil tertawa lepas.

“Dasar kau Vinka. Hahaa. Ayo kita ke kamar sekarang Elang. Mila juga rasanya ingin istirahat, kejadian tadi benar-benar membuat kepala Mila sedikit pusing,” ucap Mila.

“Baik Mila, kau memang butuh istirahat sepertinya,” kata Elang membenarkan.

Mereka akhirnya naik lift ke lantai 2, dan memang kamar mereka bersebelahan seperti kata Mila.

Setelah berjanji untuk berjalan-jalan lagi ke pantai sore nanti, mereka pun masuk ke kamar masing-masing.

Klek.!

Elang masuk kekamarnya dan mendapati suasana yang lux dan asri di kamarnya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 181.

    “Mila, Vinka, selera kalian sungguh sangat disayangkan..! Hahaaaa..!” Sergei berkata lalu tertawa lepas mengejek, yang diikuti oleh rekannya Leonid. Mereka berdua tertawa mengejek sambil melirik ke arah Elang. Sementara Elang tenang saja meminum air mineralnya, seolah tak menganggap ejekan keduanya. “Sergei..! Leonid..! Tolong hargai teman kami dan pergilah dari meja kami..!” hardik Mila, yang tak tahan dengan sikap keterlaluan kedua pemuda senegaranya ini. “Benar..! Kalian berdua pergilah cari meja lain..!” sentak Vinka menimpali ucapan sahabatnya. “Mila, Vinka, tenanglah,” Elang berkata tersenyum, menenangkan kedua wanita itu. “Hei..! Kalian berani mengusirku dari sini demi pria primitif ini.! Leonid, sungguh aku tak percaya ini. Hahahaa..!” Sergei berseru lalu tertawa merendahkan Elang, yang di bela oleh Mila dan Vinka. Leonid juga tertawa sambil mentap sinis dan merendahkan pada Elang, yang terlihat masih tenang-tenang saja. Bagi Elang, selama mereka masih belum main tangan

    Last Updated : 2025-03-22
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 182.

    "Bagus Sergei..! Mampus kau pemuda primitif..!!” teriak Leonid ikut senang.“Elanngg...!!” Mila dan Vinka serentak berteriak ngeri bersamaan. “Ahhhh....!!” teriakkan ngeri semua orang, yang menonton merasa tak tega pada Elang.Namun Sergei menjadi sangat terkejut bukan kepalang, saat dia tak bisa menarik kembali pisau lipatnya yang berada di perut Elang. Sekuat tenaga dia menarik pisau lipatnya itu, namun usahanya ‘sia-sia’. Diapun menatap wajah Elang dan terkejut. Dilihatnya wajah Elang malah tersenyum, dan tak nampak kesakitan sama sekali. Keringat dingin mulai mengucur di kening Sergei. "Brengsek..! K-kau... Tagh..! Belum selesai makian Sergei. Elang cepat menyentil pergelangan tangan kiri Sergei yang kidal itu, yang sedang berusaha ‘setengah mencret’ menarik kembali pisau lipatnya. “Aaawkhsss..!” Sergei berteriak dengan nada dasar ‘F minor’ di ketinggian nada 10 oktaf, cukup menggetarkan telinga dan dada para penonton yang hadir disitu. Sretth..! Pisau lipat kesayangannya

    Last Updated : 2025-03-22
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 183.

    “Ahh.. Mila! Kenapa kau begitu tak sabar,” Elang berkata menyesali, seraya menerima kembali ponselnya. Elang melihat mata sayu dari Mila. “Hhhh.! Masuklah Mila,” Elang menghela nafasnya, sambil menyuruh Mila masuk ke dalam kamarnya. Klek.! Pintu kamar Elang pun terkunci. Tak lama kemudian pintu kamar Mila dan Vinka terbuka. Klekh.! Vinka melihat ke sekitarnya mencari-cari sosok Mila dan Elang, namun tak dilihatnya mereka. Sejenak wajahnya seolah berpikir sambil menatap pintu kamar Elang, lalu ia tersenyum maklum. ‘Kau benar-benar beruntung Mila, nikmatilah’, bathin Vinka. Ada sedikit rasa ‘iri’ menyelinap di hati Vinka, lalu dia pun kembali menutup pintu kamarnya. Klek.!*** Sementara di tepi jalan yang agak sepi. Permadi duduk di sebuah bangku kayu, yang terletak di pinggir jalan raya Parang Tritis. Suasananya memang agak gelap, karena berada di bawah sebuah pohon rindang. Sementara matanya menatap tajam setiap pengendara motor, yang melintas di depannya. Sejak tadi dia

    Last Updated : 2025-03-22
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 184.

    “Sama-sama Elang sayank. Mmfhh,” Mila berkata mesra, sambil mencium pipi Elang. Mila saat itu merasa ‘sangat terpuaskan’, dan hatinya mendadak menjadi ‘sayang’ sekali pada Elang. Namun jika dia ingat harus segera pulang besok malam, mendadak hatinya menjadi sedih dan berat. Ingin rasanya dia ‘membawa’ Elang ke negaranya, dan dijadikan suaminya. Namun apakah Elang mau..? Dan dia pun sadar diri, pastilah banyak wanita yang mengharapkan pemuda ini. Berpikir begitu akhirnya Mila hanya bisa pasrah pada keadaan, sedih. ‘Baiklah, akan kunikmati setiap detik kebersamaanku bersamanya sepanjang malam ini. Dan merekamnya dalam memori di benak dan hatiku, sebagai kenangan terindah sepanjang hidupku’, bisik bathin Mila pahit. *** Sementara di saat yang sama, Permadi terus menggeber motor curiannya. Dia sempat berhenti di SPBU Tirtomartani, dan mengisi full tank motornya. Lepas dari situ kembali dia menggeber motornya dengan ‘semau gue’. Motornya dibawa meliuk-liuk, menyalib, dan terkada

    Last Updated : 2025-03-22
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 185.

    Elang segera beranjak turun dari ranjang, menuju kamar mandi. Air terasa cukup sejuk saat dia mandi di dalamnya. Tak lama kemudian Elang nampak sudah rapih dan berganti pakaian. Dia berniat untuk cari makan bebas di luaran sana, sekalian berjalan-jalan. Elang keluar dari kamarnya dengan meninggalkan kunci kamar di dalamnya. Agar AC kamar tetap menyala, dan Mila bebas keluar masuk kamar nantinya. Elang sedang ingin berjalan-jalan sendiri saat ini. Elang sedang berjalan menuju rumah makan tempat dia kemarin dia makan. Ada menu seafood di sana yang hendak dicobanya. Namun hatinya jadi merasa aneh dan penasaran. Saat dia melihat beberapa kerumunan orang tua muda, yang sedang asyik melihat ponsel mereka sambil duduk-duduk di tepi pantai. Mereka ada yang tertawa terbahak, senyum-senyum, bahkan berkomentar sendiri sambil melihat ponselnya. Merasa agak penasaran Elang berjalan pelan melewati mereka, sambil melirik ke arah layar ponsel mereka. ‘Ternyata yutube.! Tapi.?! Bukankah itu a

    Last Updated : 2025-03-22
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 186.

    "O ya. Nama kalian siapa? Saya Elang,” tanya Elang, sambil mengulurkan tangannya pada salah satu dari mereka. “Saya Manto. Om Elang,” sambut si anak itu sambil mencium tangan Elang. “Saya Dani, Om,” sambut anak yang terlihat lebih muda, saat Elang juga mengulurkan tangan padanya. “Kalian kakak adik ya?” tanya Elang. “Iya Om, kami kakak beradik dari Surabaya,” jawab Manto yang lebih tua. “Wah dari seberang ya, kok kalian nggak sekolah?” tanya Elang. “Ayah tidak ada biaya Om. Ayah cuma tukang gali tanah. Di rumah masih ada adik perempuan,” sahut Manto, anak berusia 12 tahun, yang terlihat lebih dewasa dari umurnya. “Silahkan bakso dan tehnya Bli,” ucap sopan si pelayan, yang datang dengan tersenyum respek pada Elang. Kini pelayan itu tahu dengan maksud Elang, memesan porsi buat tiga orang. ‘Pemuda yang baik hati’, bisik bathin si pelayan. “Terimakasih ya,” Elang tersenyum. “Ayuk Manto, Dani, di makan dulu baksonya. Nanti kita ngobrol lagi ya,” ajak Elang. “Makasih Om Elang,

    Last Updated : 2025-03-23
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 187.

    ‘Cari sarapan, melihat candi Prambanan, lalu ganti plat motor sebelum melanjutkan perjalanan’, bathin Permadi. Permadi akhirnya sarapan di rumah makan ‘Sop Ayam Pak Min’, yang terletak tepat di seberang candi Prambanan. Permadi merasa puas makan di situ, karena rasanya sangat khas dan kaldu ayamnya kental dan nendang banget. Harganya juga standart dan terjangkau. Setelah selesai sarapan di sana, Permadi langsung menuju ke area parkir candi Prambanan. Setelah membayar tiket masuk, maka Permadi pun langsung masuk ke dalam area Candi Prambanan. Kompleks candi Prambanan terletak di kecamatan Prambanan Desa Bokoharjo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya memang persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO. Candi Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping. Sesuai dengan arsitektur Hindu pada umum

    Last Updated : 2025-03-23
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 188.

    Ternyata isinya adalah sebuah gelang unik. Gelang itu dipenuhi rangkaian liontin kecil-kecil dari resin, yang isinya aneka hewan-hewan laut kecil. Dan Elang malah menyukai gelang unik dari Devi ini, ketimbang cincin dari Mila. Namun wajarlah ketidak tahuan Elang ini. Andai dia tahu cincin pemberian Mila adalah cincin dengan nilai harga fantastis..! Batu merah di cincin itu adalah ‘Red Diamond’, yang segramnya saja bernilai 50 miliar lebih. Dan mata cincin itu senilai 5 gram lebih, sementara ringnya terbuat dari Platinum yang harganya jauh di atas emas. ‘Hmm. Nusa Penida, aku akan ke sana besok’, bathin Elang. Sejak awal kedatangannya ke pantai Sanur Elang memang sudah tertarik dengan fast boat, yang hilir mudik ke arah pulau kecil di tenggara pulau Bali itu. Akhirnya Elang kembali keluar dari kamarnya, untuk mencari makan malam yang sesuai dengan seleranya. Setelah makan malam dia berencana untuk tidur lebih awal malam itu, guna kembali memulihkan stamina dan energi di tubuhnya

    Last Updated : 2025-03-24

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 195.

    Permadi langsung mencari penginapan di sana. Dan pilihannya jatuh di hotel Blue Sky, yang berada di pinggir jalan Raya Solo dan jalan A. Yani. Usai urusan dengan penerima tamu hotel, yang berakhir dengan pemberian tips dari Permadi. Maka Permadi pun rebah sejenak di kamarnya. Tak lama kemudian Permadi kembali keluar dari kamarnya. Dia berniat jalan-jalan sekaligus mencari makan siangnya di luar.Jam masih menunjukkan pukul 13:40, saat Permadi tiba di taman Balekambang. Dia baru saja selesai makan siang di warung nasi, yang tak jauh dari area taman. Suasana taman itu belum terlalu ramai saat itu. Permadi langsung memarkirkan motornya di area parkir taman. Permadi berjalan menyusuri ke dalam taman, terlihat sebuah danau dan ada juga kebun binatang mini di dalamnya. Mata Permadi tertumbuk pada sosok wanita berkerudung, yang berseragam PNS. Wanita itu tengah duduk di kursi yang berada di bawah pohon rindang taman. Wajahnya terlihat sedih, namun tetap tak bisa menyembunyikan kecantik

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 194.

    “Hahh..! I-ini..!” Danu ternganga tak percaya. Ya, dia sangat paham bahwa cek yang sedang dipegangnya adalah cek asli. Karena dalam profesinya, tentu dia tak asing bermain dengan yang namanya cek. “Tunggu apa lagi..! Cepatlah keluar dan uangkan cek itu kapan saja kau mau..!” sentak Elang muak. Elang menarik surat perjanjian pinjaman Astika yang di tandatangani di atas materai, dan langsung menyerahkannya pada Astika. “Sebaiknya sobek dan bakar saja surat perjanjian kadaluwarsa ini Pak Astika,” ucap Elang. “Ba..baik..! Urusan hutang Astika sudah selesai..! Tapi urusan kita belum selesai..!” Danu berseru geram, sambil menunjuk ke arah Elang. Lalu Danu pun beranjak keluar dari rumah Astika, di iringi Kabinawa yang saat itu hanya terdiam. ‘Hmm. Selain berilmu tinggi, rupanya kekayaan pemuda itu juga sukar di tebak. Tapi aku tak akan mundur. Kita lihat saja besok malam’, bathin Kabinawa penasaran. Namun jujur saja dia merasa jerih, jika harus berhadapan langsung dengan pemuda berna

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 193.

    "Ahh..!" Kabinawa terkejut bukan kepalang. Dia merasakan energi bathinnya bagai mengalir deras keluar terhisap, oleh suatu daya sedot yang luar biasa. Dengan susah payah, Kabinawa akhirnya bisa menggeser arah jempol kakinya ke arah lain. Dan menarik kembali energi serangannya. Keringat dingin terlihat mengalir dari dahinya. Setengah energinya telah tersedot, oleh daya hisap yang luar biasa ke tubuh Elang. Bagai sebuah bola yang masuk ke dalam pusaran laut, ambyar dan lenyap tanpa bekas. Dan dengan ‘terpaksa’ dia harus kembali mengisi energinya itu, dengan beberapa kali samadi. ‘Tunggulah besok malam pemuda bedebah..! Aku akan mendatangimu, dimana pun kamu berada..!!’ bathin Kabinawa murka. Dia bermaksud mengeluarkan pamungkasing ilmunya, untuk menyerang Elang besok malam. “Baik. Saya akan menunggu Pak,” Elang berkata menjawab bisikkan bathin Kabinawa, sambil tersenyum tenang. Danu seperti mengerti, kalau ‘dukun bayaran’nya ini sedang bertarung secara ghaib entah dengan siapa.

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 192.

    ‘Ka Galang datang..!’ seru kaget bathin Trika, hatinya bagai terlonjak saking senangnya. Sejak semalam dia sudah merasa putus harapan, dan merasa tak akan bisa bertemu dan menatap kekasihnya lagi. Karenanya pemberitahuan ayahnya itu sangat ‘surprise’ bagi dirinya. Dengan segera dia berdandan sekedarnya, menutupi sembab matanya yang kerap menangis pedih dan terisak dalam kamarnya. Trika sedikit memberi pulasan tipis bedak di wajahnya, agar tak nampak terlalu pucat akibat kurang tidur. Sungguh membuat iba memang kondisi kembang Nusa Penida ini. Akibat ‘pemaksaan’ yang dilakukan Danu. Setelah merasa cukup pantas, Trika bergegas menuju ke dapur. Untuk membuatkan dua gelas minuman teh hangat manis kesukaan Galang. Sang ibu yang juga sedang berada di dapur hendak menyiapkan makan malam agak kaget, melihat Trika masuk ke dapur. Sang ibu belum mengetahui kedatangan Galang dan Elang. Karena jarak dapur dan ruang tamu memang agak jauh. Terlebih si ibu sedang memasak dan menyalakan kran

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 191.

    “Kalau begitu marilah kita duduk di sana, dan ceritakanlah masalah Mas Galang pada saya. Setidaknya itu bisa mengurangi sedikit beban Mas Galang,” Elang mengajak Galang duduk di tempat yang agak rindang. "Baiklah Mas Elang," ujar Galang.Karena matahari pagi menjelang siang cukup terik saat itu. Mereka pun akhirnya beranjak duduk di sana. Galang kemudian menceritakan masalah pelik, yang menimpanya dan kekasihnya dengan sangat jelas pada Elang. Elang menyimak baik-baik penjelasan Galang, bathinnya menangkap kejujuran dari kisah Galang itu dari awal hingga akhir. “Begitulah Mas Elang, kondisi ekonomi dan kemampuanku sangat jauh dari pinjaman itu. Aku hanya khawatir dengan kehidupan Trika setelah menikah dengan Danu. Semoga saja Danu bisa mengubah wataknya yang mata keranjang itu. Setelah dia menikah dengan Trika,” ujar Galang mengakhiri kisahnya. Elang ikut menghela nafasnya, setelah mendengar masalah yang dihadapi teman barunya ini. Dia sangat gemas dengan kebanyakkan sifat o

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 190.

    “Masih belum puaskah Tuan Mudamu itu..?! Kekasihku sudah kurelakan di rebut olehnya..! Dan kini dia mau menghabisiku.?! Keparath..! Majulah kalian..!!” seru Galang sambil bersiaga dan waspada, terhadap keroyokkan kedua ‘cecunguk Danu’ ini. “Hahahaaa..! Itu sudah nasibmu, kasta sampah..!” si Pesek membentak. “Banyak bacot kau calon mayat..!!” si Pendek gempal menghardik. Si gempal ini langsung memulai serangan kakinya, dengan menyapu kaki Galang. Dia juga persiapkan serangan susulan, dengan sikut tangan ke arah dada Galang. Wukkh..!Namun Galang juga bukan anak kemaren sore. Dia cukup bisa bela diri, dengan arahan pamannya semasa kecil. Seth..! Galang mundurkan kaki kanannya ke belakang, menghindari sapuan kaki si Pendek. Lalu Galang langsung membalas dengan tendangan putar kaki kanannya, ke arah kepala si Pendek. Wukkh..! Daghh..!!Si Pendek memblok tendangan Galang, dengan double capper tangannya. Lalu secepat kilat dia main bawah kembali, dengan melakukan sapuan searah jarum

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 189.

    “Baiklah Bapak, jika itu memang jalan terbaik yang harus diambil. Semoga Trika ‘tabah’ menjalani tanggung jawab ini. Karena Galang juga tak melihat jalan keluar lain dari masalah keluarga Bapak. Selain menerima tawaran itu. Galang hanya berharap Trika bahagia dan kuat menjalaninya. Galang mohon diri Bapak,” Galang mencium tangan Astika, dengan sepenuh-penuh rasa hormat. Dia ingin secepatnya meninggalkan rumah itu. Karena Galang merasakan ada sesuatu yang ingin ‘meledak’ di dadanya. “Maafkan bapak, Galang,” Astika berkata pelan. Dia merasa trenyuh sekaligus kagum, dengan ketabahan dan sikap Galang menerima kabar menyakitkan ini. ‘Kau memang pemuda luar biasa Galang. Sayang sekali..sayang sekali’, bathin Astika menyesali. Galang berjalan keluar dari rumah kekasihnya dengan tegak. Namun sesungguhnya dadanya mulai turun naik dan terasa sesak. Segera dia menaiki Win 100 nya dan melaju dengan kecepatan sedang, menuju ke suatu tempat favoritnya. Suatu tempat yang selalu menjadi pelip

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 188.

    Ternyata isinya adalah sebuah gelang unik. Gelang itu dipenuhi rangkaian liontin kecil-kecil dari resin, yang isinya aneka hewan-hewan laut kecil. Dan Elang malah menyukai gelang unik dari Devi ini, ketimbang cincin dari Mila. Namun wajarlah ketidak tahuan Elang ini. Andai dia tahu cincin pemberian Mila adalah cincin dengan nilai harga fantastis..! Batu merah di cincin itu adalah ‘Red Diamond’, yang segramnya saja bernilai 50 miliar lebih. Dan mata cincin itu senilai 5 gram lebih, sementara ringnya terbuat dari Platinum yang harganya jauh di atas emas. ‘Hmm. Nusa Penida, aku akan ke sana besok’, bathin Elang. Sejak awal kedatangannya ke pantai Sanur Elang memang sudah tertarik dengan fast boat, yang hilir mudik ke arah pulau kecil di tenggara pulau Bali itu. Akhirnya Elang kembali keluar dari kamarnya, untuk mencari makan malam yang sesuai dengan seleranya. Setelah makan malam dia berencana untuk tidur lebih awal malam itu, guna kembali memulihkan stamina dan energi di tubuhnya

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 187.

    ‘Cari sarapan, melihat candi Prambanan, lalu ganti plat motor sebelum melanjutkan perjalanan’, bathin Permadi. Permadi akhirnya sarapan di rumah makan ‘Sop Ayam Pak Min’, yang terletak tepat di seberang candi Prambanan. Permadi merasa puas makan di situ, karena rasanya sangat khas dan kaldu ayamnya kental dan nendang banget. Harganya juga standart dan terjangkau. Setelah selesai sarapan di sana, Permadi langsung menuju ke area parkir candi Prambanan. Setelah membayar tiket masuk, maka Permadi pun langsung masuk ke dalam area Candi Prambanan. Kompleks candi Prambanan terletak di kecamatan Prambanan Desa Bokoharjo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya memang persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO. Candi Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping. Sesuai dengan arsitektur Hindu pada umum

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status