"Gomchen. Jika memang orang berpower luar biasa itu, adalah orang bayaran Yutaka. Seharusnya dia bisa membuyarkan atau memblok serangan saya saat ini. Saya yakin andai pun memang ada pemilik energi ghaib luar biasa itu. Dia tak ada hubungannya dengan keluarga Yutaka," sanggah Aung Min. "Hei..! Saya juga tadi merasakan power luar biasa sepintas lalu, saat saya kembali ke sini dari kediqman Yutaka. Namun saya tak melihat sosok apa pun. Mungkinkah power itu milik orang yang baru saja masuk ke kediaman nyonya..?" Ninja Emas berseru kaget. Dia teringat saat merasakan powee luar biasa yang hanya sekejap saja dirasakannya di jalan tadi. "Apakah sosok itu berjasad manusia Ninja Emas..?" tanya gomchen Yeshe. "Tidak Gomchen. Saya hanya merasakan getar powernya saja yang luar biasa. Saya sama sekali tak melihat sosok manusia di sekitar saya saat itu Gomchen," jelas Ninja Emas. "Persis.! Karena sosok yang saya lihat berupa sosok ghaib berenergi luar biasa. Dia bahkan bisa menembus dind
"Baik kita bersiap ke sana sekarang juga. Untuk mengatur rencana bersama, ajaklah ibu dan Nanako serta pak Yutaka," ucap Elang, menyepakati tempat kepindahan sementara mereka. Agak kesulitan juga Yutaka dan Tatsuya, untuk mengajak Mayumi dan Nanako. Karena dua wanita ini masih terpengaruh, oleh serangan ghaib Aung Min. Namun setelah bantu dijelaskan oleh Elang , Nanako dan Mayumi pun tak bisa menolak lagi. Akhirnya dengan mengendarai dua buah mobil, mereka pun meluncur menuju ke Denenchofu. Denenchofu adalah sebuah perumahan elit, yang rata-rata rumahnya bergaya Eropa. Rumah ini adalah kediaman keluarga Yutaka, sebelum mereka pindah ke area Futako-Tamagawa. Yutaka dan Tatsuya sendiri yang bertindak sebagai driver. Yutaka semobil bersama Elang, sedangkan Nanako dan Mayumi bersama Tatsuya. Mereka membiarkan para pelayan dan para penjaga gerbang tetap di posnya. Agar tak menimbulkan kecurigaan bagi pihak lawan. Tak lama kemudian iringan dua buah mobil itu tiba, di area pemukiman
"Baik Elang, terimakasih," sahut Yutaka, Tatsuya, dan Mayumi serentak. "Terimakasih Mas Elang," ucap Nanako, dengan mata beriak basah. Dia merasa sangat berhutang budi pada Elang, yang telah menyelamatkan keluarganya dari ancaman kematian. Rasa sayang dan respeknya terhadap Elang semakin menjadi. "Sudahlah Nanako. Mari saya buka beberapa simpul energimu," Elang mempersilahkan Nanako bersila. Tak lama kemudian, beberapa simpul energi Nanako pun berhasil di buka oleh Elang. Elang merasa energi Nanako kini bahkan paling bersinar dan paling kuat, di antara keluarganya. Karena pada dasarnya, Nanako memang memiliki bakat yang terbaik diantara keluarganya. Dan Elang tak merasa begitu cemas lagi, atas keselamatan Nanako nanti malam. Rupanya pelayan Yutaka di rumah itu cukup tanggap. Mengetahui keluarga Tuannya datang, mereka pun langsung memasak agak spesial siang itu. Maka siang itu mereka pun makan siang bersama, dengan suasana yang cukup hangat. Hati mereka tak lagi cemas seperti
"Nanako. Hadapi petarung wanita yang berambut panjang itu, sepertinya dia dari China. Jangan bunuh dia, lumpuhkan saja," bisik Elang pada Nanako di sebelahnya. "Pak Yutaka, hadapi saja Ninja Emas itu. Tatsuya hadapi yang di bawah," ucap Elang cepat. "Baik..!" seru ketiganya mantap. Ninja emas langsung melesat dari atap rumah ke arah mereka, sambil melesatkan 2 buah shuriken emasnya. Sethh..! Werrshh..!Yutaka cepat melesatkan juga 2 shurikennya, memapaki serangan shuriken dari Ninja Emas, Tinngg..!! Criingg..!! Dua buah shuriken yang dilepaskan Ninja Emas langsung terpental jauh, saat bentrok dengan shuriken yang dilepaskan Yutaka. Sementara shuriken Yutaka terus melesat cepat ke arah sosok Ninja Emas. "Hahh.?! Gila..!" Ninja Emas terkejut bukan kepalang, melihat shurikennya terpental jauh, oleh shuriken lawan. Sethh..! ... Taph..! Ninja Emas langsung melesat ke samping, dan menggulingkan dirinya ke tanah lalu berdiri kembali. Dari sini dia pun menyadari. Bahwa tenaga dala
"Buktikan kemampuan itu.! Jika tidak ingin aku mencapmu cuma seorang 'pembohong'..!" teriak gomchen Yeshe murka. Ya, dia merasa seperti anak kecil yang sedang di bohongi oleh Elang. Elang langsung menerapkan aji 'Wisik Sukmanya' kembali, ditatapnya Gomchen Yeshe dengan tajam. 'Ilmu seperti itu sudah punah..! Mustahil orang yang sosoknya masih lebih muda dariku bisa menguasainya. Aku.. Yeshe..! Berpuluh tahun aku telah mengasah bathinku. Namun tetap saja masih jauh dari kemampuan itu..!' bathin Yeshe. "Hmm. Pak Tua, terkadang takdir melawan kenyataan. Kau bilang ilmu itu sudah punah..? Namun takdir membuat saya bisa mewarisi ilmu itu. Apakah takdir memilih usia muda ataupun tua, Pak Yeshe..?" perkataan Elang seolah menjawab bisikkan hati Gomchen Yeshe. Elang bahkan menegaskan lagi, dengan menyebut nama Yeshe. "A-apa.?! Amitabha.!" bagai di setrum listrik ribuan volt, Gomchen Yeshe berseru keras. Lalu dia langsung melintangkan telapak tangannya, dalam posisi berdiri di tengah da
Sebuah mobil sedan yang membawa sepasang suami istri, dan seorang anak lelaki berusia 3 tahun nampak meluncur tak terkendali. Di depan mobil itu, terpampang sebuah kelokkan tajam lembah Cipanas yang curam dan dalam. Ya, akibat menghindari pengemudi motor yang ugal-ugalan di jalan. Rupanya Sukanta tak bisa melihat, bahwa di depannya terdapat tikungan tajam,“Awas Pahhh..!!” teriak panik dan ketakutan Wulandari sang istri. Sang suami berusaha mengendalikan mobilnya yang oleng. Dan tak sengaja dalam kepanikkannya melihat lembah curam di depannya, Sukanta malah menginjak gas dan rem bersamaan. Brrrmm...!! Ciitttt..!!“Huhuhuuu..! Elang takut Mahh, Pahh,” tangis sang anak, yang menyadari sesuatu yang buruk akan terjadi.“Pahh..! Innalillahi ...!!” teriak sang istri, wajahnya pucat pasi.“Astaghfirullahaladzim ....!!” seru sang suami keras. Dan tak ayal mobilnya menabrak pagar besi di bibir lembah. Braagghhh !! Pagar besi pun roboh. Sadar akan jatuh ke lembah curam yang tinggi, Wuland
Malam itu Elang tidur dengan nyenyak. Setelah dia membantu Bu Sati mencuci piring di dapur, dan menyapu aula panti. Bu Sati memang terbiasa mencuci piring di malam hari, saat anak panti rata-rata sudah tertidur pulas. Elang yang melihatnya saat lewat dapur merasa kasihan. Dia lalu menyuruh Bu Sati untuk istirahat saja lebih awal, dan membiarkan Elang yang mencuci piring. Akhirnya Bu Sati beranjak ke kamarnya untuk tidur lebih awal. ‘Kasihan Bu Sati. Usianya sudah 57 tahun, namun masih harus bekerja keras di panti’, ujar bathin Elang, sambil menatap sosok bu Sati, yang sedang melangkah ke arah kamarnya. Elang mulai mencuci piring, benaknya teringat pembicaraannya dulu dengan Bu Sati, “Bekerja di sini adalah panggilan hati ibu, Elang. Ibu hanyalah janda tanpa anak, saat mulai bekerja di sini. Dan ibu merasa disinilah tempat ibu, bersama anak-anak yang tak tahu harus berlindung ke mana. Melihat anak-anak tersenyum merasakan kebahagiaan dan kehangatan di panti ini. Adalah sebuah k
‘Ahhh..! Andai mimpi semalam benar-benar bisa jadi nyata. Aku pasti akan menyetujuinya saja. Semoga nanti malam Aki Buyut benar-benar hadir lagi dalam mimpiku’, bathin Elang bertekad. Elang sangat menyesali kebimbangannya, dalam mimpi semalam. Elang bertekad akan menyetujui tawaran mempelajari ilmu turunan keluarganya itu. Jika memang benar mimpi itu bisa jadi kenyataan. “Mas Elang..! Mas..! Dito nakal tuh..!" seorang anak kecil perempuan usia 6 tahunan berlari kecil, dan menubruk Elang sambil mengadu.“Aduh..! Hati-hati Nindi, kamu bisa jatuh nanti,” ujar Elang, sambil memegang tubuh Nindi yang merapat di belakangnya. Tak lama kemudian, seorang anak laki-laki kecil seusia Nindi datang menyusul, “Nah ya..! Kamu di sini Nindi pelit..!” seru bocah itu, sambil berusaha mendekati Nindi, seolah hendak memukulnya. “Hei..hei, Dito..! Nggak boleh begitu ya, sama anak perempuan,” ucap Elang menengahi mereka. “Habis Nindi pelit sih Mas Elang..! Masa suruh gantian main ayunan gak mau..!”
"Buktikan kemampuan itu.! Jika tidak ingin aku mencapmu cuma seorang 'pembohong'..!" teriak gomchen Yeshe murka. Ya, dia merasa seperti anak kecil yang sedang di bohongi oleh Elang. Elang langsung menerapkan aji 'Wisik Sukmanya' kembali, ditatapnya Gomchen Yeshe dengan tajam. 'Ilmu seperti itu sudah punah..! Mustahil orang yang sosoknya masih lebih muda dariku bisa menguasainya. Aku.. Yeshe..! Berpuluh tahun aku telah mengasah bathinku. Namun tetap saja masih jauh dari kemampuan itu..!' bathin Yeshe. "Hmm. Pak Tua, terkadang takdir melawan kenyataan. Kau bilang ilmu itu sudah punah..? Namun takdir membuat saya bisa mewarisi ilmu itu. Apakah takdir memilih usia muda ataupun tua, Pak Yeshe..?" perkataan Elang seolah menjawab bisikkan hati Gomchen Yeshe. Elang bahkan menegaskan lagi, dengan menyebut nama Yeshe. "A-apa.?! Amitabha.!" bagai di setrum listrik ribuan volt, Gomchen Yeshe berseru keras. Lalu dia langsung melintangkan telapak tangannya, dalam posisi berdiri di tengah da
"Nanako. Hadapi petarung wanita yang berambut panjang itu, sepertinya dia dari China. Jangan bunuh dia, lumpuhkan saja," bisik Elang pada Nanako di sebelahnya. "Pak Yutaka, hadapi saja Ninja Emas itu. Tatsuya hadapi yang di bawah," ucap Elang cepat. "Baik..!" seru ketiganya mantap. Ninja emas langsung melesat dari atap rumah ke arah mereka, sambil melesatkan 2 buah shuriken emasnya. Sethh..! Werrshh..!Yutaka cepat melesatkan juga 2 shurikennya, memapaki serangan shuriken dari Ninja Emas, Tinngg..!! Criingg..!! Dua buah shuriken yang dilepaskan Ninja Emas langsung terpental jauh, saat bentrok dengan shuriken yang dilepaskan Yutaka. Sementara shuriken Yutaka terus melesat cepat ke arah sosok Ninja Emas. "Hahh.?! Gila..!" Ninja Emas terkejut bukan kepalang, melihat shurikennya terpental jauh, oleh shuriken lawan. Sethh..! ... Taph..! Ninja Emas langsung melesat ke samping, dan menggulingkan dirinya ke tanah lalu berdiri kembali. Dari sini dia pun menyadari. Bahwa tenaga dala
"Baik Elang, terimakasih," sahut Yutaka, Tatsuya, dan Mayumi serentak. "Terimakasih Mas Elang," ucap Nanako, dengan mata beriak basah. Dia merasa sangat berhutang budi pada Elang, yang telah menyelamatkan keluarganya dari ancaman kematian. Rasa sayang dan respeknya terhadap Elang semakin menjadi. "Sudahlah Nanako. Mari saya buka beberapa simpul energimu," Elang mempersilahkan Nanako bersila. Tak lama kemudian, beberapa simpul energi Nanako pun berhasil di buka oleh Elang. Elang merasa energi Nanako kini bahkan paling bersinar dan paling kuat, di antara keluarganya. Karena pada dasarnya, Nanako memang memiliki bakat yang terbaik diantara keluarganya. Dan Elang tak merasa begitu cemas lagi, atas keselamatan Nanako nanti malam. Rupanya pelayan Yutaka di rumah itu cukup tanggap. Mengetahui keluarga Tuannya datang, mereka pun langsung memasak agak spesial siang itu. Maka siang itu mereka pun makan siang bersama, dengan suasana yang cukup hangat. Hati mereka tak lagi cemas seperti
"Baik kita bersiap ke sana sekarang juga. Untuk mengatur rencana bersama, ajaklah ibu dan Nanako serta pak Yutaka," ucap Elang, menyepakati tempat kepindahan sementara mereka. Agak kesulitan juga Yutaka dan Tatsuya, untuk mengajak Mayumi dan Nanako. Karena dua wanita ini masih terpengaruh, oleh serangan ghaib Aung Min. Namun setelah bantu dijelaskan oleh Elang , Nanako dan Mayumi pun tak bisa menolak lagi. Akhirnya dengan mengendarai dua buah mobil, mereka pun meluncur menuju ke Denenchofu. Denenchofu adalah sebuah perumahan elit, yang rata-rata rumahnya bergaya Eropa. Rumah ini adalah kediaman keluarga Yutaka, sebelum mereka pindah ke area Futako-Tamagawa. Yutaka dan Tatsuya sendiri yang bertindak sebagai driver. Yutaka semobil bersama Elang, sedangkan Nanako dan Mayumi bersama Tatsuya. Mereka membiarkan para pelayan dan para penjaga gerbang tetap di posnya. Agar tak menimbulkan kecurigaan bagi pihak lawan. Tak lama kemudian iringan dua buah mobil itu tiba, di area pemukiman
"Gomchen. Jika memang orang berpower luar biasa itu, adalah orang bayaran Yutaka. Seharusnya dia bisa membuyarkan atau memblok serangan saya saat ini. Saya yakin andai pun memang ada pemilik energi ghaib luar biasa itu. Dia tak ada hubungannya dengan keluarga Yutaka," sanggah Aung Min. "Hei..! Saya juga tadi merasakan power luar biasa sepintas lalu, saat saya kembali ke sini dari kediqman Yutaka. Namun saya tak melihat sosok apa pun. Mungkinkah power itu milik orang yang baru saja masuk ke kediaman nyonya..?" Ninja Emas berseru kaget. Dia teringat saat merasakan powee luar biasa yang hanya sekejap saja dirasakannya di jalan tadi. "Apakah sosok itu berjasad manusia Ninja Emas..?" tanya gomchen Yeshe. "Tidak Gomchen. Saya hanya merasakan getar powernya saja yang luar biasa. Saya sama sekali tak melihat sosok manusia di sekitar saya saat itu Gomchen," jelas Ninja Emas. "Persis.! Karena sosok yang saya lihat berupa sosok ghaib berenergi luar biasa. Dia bahkan bisa menembus dind
Slaphh...! 'Hmm. Orang sepuh ini adalah musuh paling berbahaya, bagi keluarga Yutaka besok. Power bathinnya mumpuni, dia bisa merasakan kehadiranku', bisik bathin Elang. Sukma Elang melesat cepat kembali ke raganya di sebuah gazebo milk tetangga jauh Hitoshi. Sementara di kamarnya, Gomchen Yeshe sangat terkejut. Dia merasakan dan melihat sebuah energi aneh yang luar biasa, melintas masuk ke kamarnya. Namun power luar biasa itu kembali melesat lenyap. Gomchen Yeshe pun sempat berkelebat keluar kamarnya melalui jendela. Namun kecepatan sukma Elang jangan dikatakan lagi. Bahkan aura energi Elang pun, seketika jadi tak terdeteksi sama sekali oleh gomchen Yeshe.'Energi luar biasa siapa itu..? Tidak ada energi seperti itu dalam diri rekan-rekanku. Apakah itu energi dari orang bayaran Yutaka..? Jika benar, maka serangan besok malam akan sulit. Tapi semoga saja bukan itu', bisik hati Gomchen Yeshe berharap. Ya, menjadi salah seorang dari pengawal Kairi, adalah sebuah keterpaksaan b
"Elang. Sekali lagi keluarga Kobayashi mengucapkan terimakasih mendalam padamu. Sungguh suatu anugerah tak terhingga bagi kami, menerima petunjuk darimu. Terimalah hormat kami sekeluarga atas kemurahan hatimu Elang," Yutaka langsung membungkukkan dalam-dalam badannya di hadapan Elang, yang diikuti oleh istri, Nanako, dan Tatsuya. Bahkan para pelayan yang kebetulan melintas, saat mereka melihat hal itu juga langsung membungkuk dalam ke arah Elang. "Baiklah Pak Yutaka sekeluarga, saya juga mengucapkan terimakasih atas penerimaan baik kalian terhadapku di rumah ini," Elang lalu membalas penghormatan mereka semua. Malam sudah agak larut, saat Elang sedang berbicara dengan Tatsuya di teras belakang rumah. Tiba-tiba Elang merasakan suatu gelombang energi ghaib, yang perlahan bergerak bagai gumpalan kabut menyelimuti kediaman Yutaka. "Elang, badanku terasa lesu sekali. Sebaiknya aku masuk ke kamar dulu ya," ucap Tatsuya, yang tiba-tiba badannya terasa sangat lesu dan tak bergairah. "
""Seranganku nanti malam akan melemahkan mental keluarga Yutaka, Nyonya Kairi. Serangan ini hanya akan terasa, jika ada seseorang berkekuatan 'ghaib' tinggi di keluarga mereka. Sepertinya tidak ada kan Nyonya Kairi..?" tanya Aung Min, sang paranormal dari Myanmar. "Sepertinya tak ada Aung Min. Mereka hanya memiliki kekuatan bathin biasa seorang ninja," sahut Kairi senang. Ya, jika mental keluarga Yutaka sudah 'down', maka akan mudah bagi mereka menghabisi keluarga itu besok malamnya. Begitulah pikir Aung Min dan Kairin.*** Sementara di saat yang sama, di sebuah kamar suite hotel bintang 5 di Solo. Seorang wanita jelita berubuh polos menggiurkan nampak tengah 'menunggangi' seorang pria gagah, yang tak asing lagi bagi kita, Permadi.!"Ahks..! Mas Permadi..! Seruni ma..u sam..pai lagi..! Uhksgghh..!" Seruni mendesah terbata, seraya bergoyang makin hot dan cepat. Wajahnya terlihat seksi sekali, dengan sedikit keringat di dahinya yang mulus. Bibirnya tampak menganga indah merekah
Yudha :"Video ini sementara belum disebar luaskan Mas Elang. Karena masih dalam penyelidikkan lebih lanjut, baru kamu orang dari luar kepolisian yang melihat rekaman CCTV ini." Elang menyimak dengan serius, video yang diputar di ponselnya. Merasa penasaran, Nanako ternyata juga ikut melihat video di ponsel Elang. "Ahh..!" seruan Elang terdengar, saat dia melihat sosok penjahat berhelm itu kebal peluru. Mata bathin Elang melihat adanya aura kebiruan menyelimuti sosok itu, saat ia di tembak oleh dua orang security di dalam video itu. Suatu aura energi yang sangat kuat, tak kalah dengan aura perisai sukma miliknya yang berwarna hijau. "Luar biasa orang ini," gumam Elang, saat melihat sosok penjahat itu menjebol pintu besi brankas setebal 30 cm itu. Bagi Elang, bukan jebolnya pintu besi itu yang membuatnya kagum, karena Elang juga bisa melakukannya. Namun Elang melihat jelas, bahwa sosok itu belum mengerahkan seluruh 'power'nya. Saat dia menjebol pintu besi itu. Dan itu adalah dahsy