Share

Bab 185.

Author: BayS
last update Huling Na-update: 2025-03-22 17:10:43

Elang segera beranjak turun dari ranjang, menuju kamar mandi.

Air terasa cukup sejuk saat dia mandi di dalamnya. Tak lama kemudian Elang nampak sudah rapih dan berganti pakaian.

Dia berniat untuk cari makan bebas di luaran sana, sekalian berjalan-jalan.

Elang keluar dari kamarnya dengan meninggalkan kunci kamar di dalamnya. Agar AC kamar tetap menyala, dan Mila bebas keluar masuk kamar nantinya.

Elang sedang ingin berjalan-jalan sendiri saat ini. Elang sedang berjalan menuju rumah makan tempat dia kemarin dia makan.

Ada menu seafood di sana yang hendak dicobanya. Namun hatinya jadi merasa aneh dan penasaran.

Saat dia melihat beberapa kerumunan orang tua muda, yang sedang asyik melihat ponsel mereka sambil duduk-duduk di tepi pantai.

Mereka ada yang tertawa terbahak, senyum-senyum, bahkan berkomentar sendiri sambil melihat ponselnya.

Merasa agak penasaran Elang berjalan pelan melewati mereka, sambil melirik ke arah layar ponsel mereka.

‘Ternyata yutube.! Tapi.?! Bukankah itu a
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rika Bohayy Bohayy99
libur kah kang elang koq lama sekali up ny
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 186.

    "O ya. Nama kalian siapa? Saya Elang,” tanya Elang, sambil mengulurkan tangannya pada salah satu dari mereka. “Saya Manto. Om Elang,” sambut si anak itu sambil mencium tangan Elang. “Saya Dani, Om,” sambut anak yang terlihat lebih muda, saat Elang juga mengulurkan tangan padanya. “Kalian kakak adik ya?” tanya Elang. “Iya Om, kami kakak beradik dari Surabaya,” jawab Manto yang lebih tua. “Wah dari seberang ya, kok kalian nggak sekolah?” tanya Elang. “Ayah tidak ada biaya Om. Ayah cuma tukang gali tanah. Di rumah masih ada adik perempuan,” sahut Manto, anak berusia 12 tahun, yang terlihat lebih dewasa dari umurnya. “Silahkan bakso dan tehnya Bli,” ucap sopan si pelayan, yang datang dengan tersenyum respek pada Elang. Kini pelayan itu tahu dengan maksud Elang, memesan porsi buat tiga orang. ‘Pemuda yang baik hati’, bisik bathin si pelayan. “Terimakasih ya,” Elang tersenyum. “Ayuk Manto, Dani, di makan dulu baksonya. Nanti kita ngobrol lagi ya,” ajak Elang. “Makasih Om Elang,

    Huling Na-update : 2025-03-23
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 187.

    ‘Cari sarapan, melihat candi Prambanan, lalu ganti plat motor sebelum melanjutkan perjalanan’, bathin Permadi. Permadi akhirnya sarapan di rumah makan ‘Sop Ayam Pak Min’, yang terletak tepat di seberang candi Prambanan. Permadi merasa puas makan di situ, karena rasanya sangat khas dan kaldu ayamnya kental dan nendang banget. Harganya juga standart dan terjangkau. Setelah selesai sarapan di sana, Permadi langsung menuju ke area parkir candi Prambanan. Setelah membayar tiket masuk, maka Permadi pun langsung masuk ke dalam area Candi Prambanan. Kompleks candi Prambanan terletak di kecamatan Prambanan Desa Bokoharjo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya memang persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO. Candi Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping. Sesuai dengan arsitektur Hindu pada umum

    Huling Na-update : 2025-03-23
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 188.

    Ternyata isinya adalah sebuah gelang unik. Gelang itu dipenuhi rangkaian liontin kecil-kecil dari resin, yang isinya aneka hewan-hewan laut kecil. Dan Elang malah menyukai gelang unik dari Devi ini, ketimbang cincin dari Mila. Namun wajarlah ketidak tahuan Elang ini. Andai dia tahu cincin pemberian Mila adalah cincin dengan nilai harga fantastis..! Batu merah di cincin itu adalah ‘Red Diamond’, yang segramnya saja bernilai 50 miliar lebih. Dan mata cincin itu senilai 5 gram lebih, sementara ringnya terbuat dari Platinum yang harganya jauh di atas emas. ‘Hmm. Nusa Penida, aku akan ke sana besok’, bathin Elang. Sejak awal kedatangannya ke pantai Sanur Elang memang sudah tertarik dengan fast boat, yang hilir mudik ke arah pulau kecil di tenggara pulau Bali itu. Akhirnya Elang kembali keluar dari kamarnya, untuk mencari makan malam yang sesuai dengan seleranya. Setelah makan malam dia berencana untuk tidur lebih awal malam itu, guna kembali memulihkan stamina dan energi di tubuhnya

    Huling Na-update : 2025-03-24
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 189.

    “Baiklah Bapak, jika itu memang jalan terbaik yang harus diambil. Semoga Trika ‘tabah’ menjalani tanggung jawab ini. Karena Galang juga tak melihat jalan keluar lain dari masalah keluarga Bapak. Selain menerima tawaran itu. Galang hanya berharap Trika bahagia dan kuat menjalaninya. Galang mohon diri Bapak,” Galang mencium tangan Astika, dengan sepenuh-penuh rasa hormat. Dia ingin secepatnya meninggalkan rumah itu. Karena Galang merasakan ada sesuatu yang ingin ‘meledak’ di dadanya. “Maafkan bapak, Galang,” Astika berkata pelan. Dia merasa trenyuh sekaligus kagum, dengan ketabahan dan sikap Galang menerima kabar menyakitkan ini. ‘Kau memang pemuda luar biasa Galang. Sayang sekali..sayang sekali’, bathin Astika menyesali. Galang berjalan keluar dari rumah kekasihnya dengan tegak. Namun sesungguhnya dadanya mulai turun naik dan terasa sesak. Segera dia menaiki Win 100 nya dan melaju dengan kecepatan sedang, menuju ke suatu tempat favoritnya. Suatu tempat yang selalu menjadi pelip

    Huling Na-update : 2025-03-24
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 190.

    “Masih belum puaskah Tuan Mudamu itu..?! Kekasihku sudah kurelakan di rebut olehnya..! Dan kini dia mau menghabisiku.?! Keparath..! Majulah kalian..!!” seru Galang sambil bersiaga dan waspada, terhadap keroyokkan kedua ‘cecunguk Danu’ ini. “Hahahaaa..! Itu sudah nasibmu, kasta sampah..!” si Pesek membentak. “Banyak bacot kau calon mayat..!!” si Pendek gempal menghardik. Si gempal ini langsung memulai serangan kakinya, dengan menyapu kaki Galang. Dia juga persiapkan serangan susulan, dengan sikut tangan ke arah dada Galang. Wukkh..!Namun Galang juga bukan anak kemaren sore. Dia cukup bisa bela diri, dengan arahan pamannya semasa kecil. Seth..! Galang mundurkan kaki kanannya ke belakang, menghindari sapuan kaki si Pendek. Lalu Galang langsung membalas dengan tendangan putar kaki kanannya, ke arah kepala si Pendek. Wukkh..! Daghh..!!Si Pendek memblok tendangan Galang, dengan double capper tangannya. Lalu secepat kilat dia main bawah kembali, dengan melakukan sapuan searah jarum

    Huling Na-update : 2025-03-25
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 001. TRAGISNYA TAKDIR

    Sebuah mobil sedan yang membawa sepasang suami istri, dan seorang anak lelaki berusia 3 tahun nampak meluncur tak terkendali. Di depan mobil itu, terpampang sebuah kelokkan tajam lembah Cipanas yang curam dan dalam. Ya, akibat menghindari pengemudi motor yang ugal-ugalan di jalan. Rupanya Sukanta tak bisa melihat, bahwa di depannya terdapat tikungan tajam,“Awas Pahhh..!!” teriak panik dan ketakutan Wulandari sang istri. Sang suami berusaha mengendalikan mobilnya yang oleng. Dan tak sengaja dalam kepanikkannya melihat lembah curam di depannya, Sukanta malah menginjak gas dan rem bersamaan. Brrrmm...!! Ciitttt..!!“Huhuhuuu..! Elang takut Mahh, Pahh,” tangis sang anak, yang menyadari sesuatu yang buruk akan terjadi.“Pahh..! Innalillahi ...!!” teriak sang istri, wajahnya pucat pasi.“Astaghfirullahaladzim ....!!” seru sang suami keras. Dan tak ayal mobilnya menabrak pagar besi di bibir lembah. Braagghhh !! Pagar besi pun roboh. Sadar akan jatuh ke lembah curam yang tinggi, Wuland

    Huling Na-update : 2025-01-24
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 002. MIMPI ANEH

    Malam itu Elang tidur dengan nyenyak. Setelah dia membantu Bu Sati mencuci piring di dapur, dan menyapu aula panti. Bu Sati memang terbiasa mencuci piring di malam hari, saat anak panti rata-rata sudah tertidur pulas. Elang yang melihatnya saat lewat dapur merasa kasihan. Dia lalu menyuruh Bu Sati untuk istirahat saja lebih awal, dan membiarkan Elang yang mencuci piring. Akhirnya Bu Sati beranjak ke kamarnya untuk tidur lebih awal. ‘Kasihan Bu Sati. Usianya sudah 57 tahun, namun masih harus bekerja keras di panti’, ujar bathin Elang, sambil menatap sosok bu Sati, yang sedang melangkah ke arah kamarnya. Elang mulai mencuci piring, benaknya teringat pembicaraannya dulu dengan Bu Sati, “Bekerja di sini adalah panggilan hati ibu, Elang. Ibu hanyalah janda tanpa anak, saat mulai bekerja di sini. Dan ibu merasa disinilah tempat ibu, bersama anak-anak yang tak tahu harus berlindung ke mana. Melihat anak-anak tersenyum merasakan kebahagiaan dan kehangatan di panti ini. Adalah sebuah k

    Huling Na-update : 2025-01-26
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 003. LOKER DAN SANTET

    ‘Ahhh..! Andai mimpi semalam benar-benar bisa jadi nyata. Aku pasti akan menyetujuinya saja. Semoga nanti malam Aki Buyut benar-benar hadir lagi dalam mimpiku’, bathin Elang bertekad. Elang sangat menyesali kebimbangannya, dalam mimpi semalam. Elang bertekad akan menyetujui tawaran mempelajari ilmu turunan keluarganya itu. Jika memang benar mimpi itu bisa jadi kenyataan. “Mas Elang..! Mas..! Dito nakal tuh..!" seorang anak kecil perempuan usia 6 tahunan berlari kecil, dan menubruk Elang sambil mengadu.“Aduh..! Hati-hati Nindi, kamu bisa jatuh nanti,” ujar Elang, sambil memegang tubuh Nindi yang merapat di belakangnya. Tak lama kemudian, seorang anak laki-laki kecil seusia Nindi datang menyusul, “Nah ya..! Kamu di sini Nindi pelit..!” seru bocah itu, sambil berusaha mendekati Nindi, seolah hendak memukulnya. “Hei..hei, Dito..! Nggak boleh begitu ya, sama anak perempuan,” ucap Elang menengahi mereka. “Habis Nindi pelit sih Mas Elang..! Masa suruh gantian main ayunan gak mau..!”

    Huling Na-update : 2025-01-26

Pinakabagong kabanata

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 190.

    “Masih belum puaskah Tuan Mudamu itu..?! Kekasihku sudah kurelakan di rebut olehnya..! Dan kini dia mau menghabisiku.?! Keparath..! Majulah kalian..!!” seru Galang sambil bersiaga dan waspada, terhadap keroyokkan kedua ‘cecunguk Danu’ ini. “Hahahaaa..! Itu sudah nasibmu, kasta sampah..!” si Pesek membentak. “Banyak bacot kau calon mayat..!!” si Pendek gempal menghardik. Si gempal ini langsung memulai serangan kakinya, dengan menyapu kaki Galang. Dia juga persiapkan serangan susulan, dengan sikut tangan ke arah dada Galang. Wukkh..!Namun Galang juga bukan anak kemaren sore. Dia cukup bisa bela diri, dengan arahan pamannya semasa kecil. Seth..! Galang mundurkan kaki kanannya ke belakang, menghindari sapuan kaki si Pendek. Lalu Galang langsung membalas dengan tendangan putar kaki kanannya, ke arah kepala si Pendek. Wukkh..! Daghh..!!Si Pendek memblok tendangan Galang, dengan double capper tangannya. Lalu secepat kilat dia main bawah kembali, dengan melakukan sapuan searah jarum

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 189.

    “Baiklah Bapak, jika itu memang jalan terbaik yang harus diambil. Semoga Trika ‘tabah’ menjalani tanggung jawab ini. Karena Galang juga tak melihat jalan keluar lain dari masalah keluarga Bapak. Selain menerima tawaran itu. Galang hanya berharap Trika bahagia dan kuat menjalaninya. Galang mohon diri Bapak,” Galang mencium tangan Astika, dengan sepenuh-penuh rasa hormat. Dia ingin secepatnya meninggalkan rumah itu. Karena Galang merasakan ada sesuatu yang ingin ‘meledak’ di dadanya. “Maafkan bapak, Galang,” Astika berkata pelan. Dia merasa trenyuh sekaligus kagum, dengan ketabahan dan sikap Galang menerima kabar menyakitkan ini. ‘Kau memang pemuda luar biasa Galang. Sayang sekali..sayang sekali’, bathin Astika menyesali. Galang berjalan keluar dari rumah kekasihnya dengan tegak. Namun sesungguhnya dadanya mulai turun naik dan terasa sesak. Segera dia menaiki Win 100 nya dan melaju dengan kecepatan sedang, menuju ke suatu tempat favoritnya. Suatu tempat yang selalu menjadi pelip

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 188.

    Ternyata isinya adalah sebuah gelang unik. Gelang itu dipenuhi rangkaian liontin kecil-kecil dari resin, yang isinya aneka hewan-hewan laut kecil. Dan Elang malah menyukai gelang unik dari Devi ini, ketimbang cincin dari Mila. Namun wajarlah ketidak tahuan Elang ini. Andai dia tahu cincin pemberian Mila adalah cincin dengan nilai harga fantastis..! Batu merah di cincin itu adalah ‘Red Diamond’, yang segramnya saja bernilai 50 miliar lebih. Dan mata cincin itu senilai 5 gram lebih, sementara ringnya terbuat dari Platinum yang harganya jauh di atas emas. ‘Hmm. Nusa Penida, aku akan ke sana besok’, bathin Elang. Sejak awal kedatangannya ke pantai Sanur Elang memang sudah tertarik dengan fast boat, yang hilir mudik ke arah pulau kecil di tenggara pulau Bali itu. Akhirnya Elang kembali keluar dari kamarnya, untuk mencari makan malam yang sesuai dengan seleranya. Setelah makan malam dia berencana untuk tidur lebih awal malam itu, guna kembali memulihkan stamina dan energi di tubuhnya

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 187.

    ‘Cari sarapan, melihat candi Prambanan, lalu ganti plat motor sebelum melanjutkan perjalanan’, bathin Permadi. Permadi akhirnya sarapan di rumah makan ‘Sop Ayam Pak Min’, yang terletak tepat di seberang candi Prambanan. Permadi merasa puas makan di situ, karena rasanya sangat khas dan kaldu ayamnya kental dan nendang banget. Harganya juga standart dan terjangkau. Setelah selesai sarapan di sana, Permadi langsung menuju ke area parkir candi Prambanan. Setelah membayar tiket masuk, maka Permadi pun langsung masuk ke dalam area Candi Prambanan. Kompleks candi Prambanan terletak di kecamatan Prambanan Desa Bokoharjo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya memang persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO. Candi Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping. Sesuai dengan arsitektur Hindu pada umum

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 186.

    "O ya. Nama kalian siapa? Saya Elang,” tanya Elang, sambil mengulurkan tangannya pada salah satu dari mereka. “Saya Manto. Om Elang,” sambut si anak itu sambil mencium tangan Elang. “Saya Dani, Om,” sambut anak yang terlihat lebih muda, saat Elang juga mengulurkan tangan padanya. “Kalian kakak adik ya?” tanya Elang. “Iya Om, kami kakak beradik dari Surabaya,” jawab Manto yang lebih tua. “Wah dari seberang ya, kok kalian nggak sekolah?” tanya Elang. “Ayah tidak ada biaya Om. Ayah cuma tukang gali tanah. Di rumah masih ada adik perempuan,” sahut Manto, anak berusia 12 tahun, yang terlihat lebih dewasa dari umurnya. “Silahkan bakso dan tehnya Bli,” ucap sopan si pelayan, yang datang dengan tersenyum respek pada Elang. Kini pelayan itu tahu dengan maksud Elang, memesan porsi buat tiga orang. ‘Pemuda yang baik hati’, bisik bathin si pelayan. “Terimakasih ya,” Elang tersenyum. “Ayuk Manto, Dani, di makan dulu baksonya. Nanti kita ngobrol lagi ya,” ajak Elang. “Makasih Om Elang,

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 185.

    Elang segera beranjak turun dari ranjang, menuju kamar mandi. Air terasa cukup sejuk saat dia mandi di dalamnya. Tak lama kemudian Elang nampak sudah rapih dan berganti pakaian. Dia berniat untuk cari makan bebas di luaran sana, sekalian berjalan-jalan. Elang keluar dari kamarnya dengan meninggalkan kunci kamar di dalamnya. Agar AC kamar tetap menyala, dan Mila bebas keluar masuk kamar nantinya. Elang sedang ingin berjalan-jalan sendiri saat ini. Elang sedang berjalan menuju rumah makan tempat dia kemarin dia makan. Ada menu seafood di sana yang hendak dicobanya. Namun hatinya jadi merasa aneh dan penasaran. Saat dia melihat beberapa kerumunan orang tua muda, yang sedang asyik melihat ponsel mereka sambil duduk-duduk di tepi pantai. Mereka ada yang tertawa terbahak, senyum-senyum, bahkan berkomentar sendiri sambil melihat ponselnya. Merasa agak penasaran Elang berjalan pelan melewati mereka, sambil melirik ke arah layar ponsel mereka. ‘Ternyata yutube.! Tapi.?! Bukankah itu a

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 184.

    “Sama-sama Elang sayank. Mmfhh,” Mila berkata mesra, sambil mencium pipi Elang. Mila saat itu merasa ‘sangat terpuaskan’, dan hatinya mendadak menjadi ‘sayang’ sekali pada Elang. Namun jika dia ingat harus segera pulang besok malam, mendadak hatinya menjadi sedih dan berat. Ingin rasanya dia ‘membawa’ Elang ke negaranya, dan dijadikan suaminya. Namun apakah Elang mau..? Dan dia pun sadar diri, pastilah banyak wanita yang mengharapkan pemuda ini. Berpikir begitu akhirnya Mila hanya bisa pasrah pada keadaan, sedih. ‘Baiklah, akan kunikmati setiap detik kebersamaanku bersamanya sepanjang malam ini. Dan merekamnya dalam memori di benak dan hatiku, sebagai kenangan terindah sepanjang hidupku’, bisik bathin Mila pahit. *** Sementara di saat yang sama, Permadi terus menggeber motor curiannya. Dia sempat berhenti di SPBU Tirtomartani, dan mengisi full tank motornya. Lepas dari situ kembali dia menggeber motornya dengan ‘semau gue’. Motornya dibawa meliuk-liuk, menyalib, dan terkada

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 183.

    “Ahh.. Mila! Kenapa kau begitu tak sabar,” Elang berkata menyesali, seraya menerima kembali ponselnya. Elang melihat mata sayu dari Mila. “Hhhh.! Masuklah Mila,” Elang menghela nafasnya, sambil menyuruh Mila masuk ke dalam kamarnya. Klek.! Pintu kamar Elang pun terkunci. Tak lama kemudian pintu kamar Mila dan Vinka terbuka. Klekh.! Vinka melihat ke sekitarnya mencari-cari sosok Mila dan Elang, namun tak dilihatnya mereka. Sejenak wajahnya seolah berpikir sambil menatap pintu kamar Elang, lalu ia tersenyum maklum. ‘Kau benar-benar beruntung Mila, nikmatilah’, bathin Vinka. Ada sedikit rasa ‘iri’ menyelinap di hati Vinka, lalu dia pun kembali menutup pintu kamarnya. Klek.!*** Sementara di tepi jalan yang agak sepi. Permadi duduk di sebuah bangku kayu, yang terletak di pinggir jalan raya Parang Tritis. Suasananya memang agak gelap, karena berada di bawah sebuah pohon rindang. Sementara matanya menatap tajam setiap pengendara motor, yang melintas di depannya. Sejak tadi dia

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 182.

    "Bagus Sergei..! Mampus kau pemuda primitif..!!” teriak Leonid ikut senang.“Elanngg...!!” Mila dan Vinka serentak berteriak ngeri bersamaan. “Ahhhh....!!” teriakkan ngeri semua orang, yang menonton merasa tak tega pada Elang.Namun Sergei menjadi sangat terkejut bukan kepalang, saat dia tak bisa menarik kembali pisau lipatnya yang berada di perut Elang. Sekuat tenaga dia menarik pisau lipatnya itu, namun usahanya ‘sia-sia’. Diapun menatap wajah Elang dan terkejut. Dilihatnya wajah Elang malah tersenyum, dan tak nampak kesakitan sama sekali. Keringat dingin mulai mengucur di kening Sergei. "Brengsek..! K-kau... Tagh..! Belum selesai makian Sergei. Elang cepat menyentil pergelangan tangan kiri Sergei yang kidal itu, yang sedang berusaha ‘setengah mencret’ menarik kembali pisau lipatnya. “Aaawkhsss..!” Sergei berteriak dengan nada dasar ‘F minor’ di ketinggian nada 10 oktaf, cukup menggetarkan telinga dan dada para penonton yang hadir disitu. Sretth..! Pisau lipat kesayangannya

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status