"Memang kenapa, Pak?" tanya Valentino.
David menggelengkan kepalanya.
"Tidak. Hanya saja gaya tulisan kamu agak mirip dengan Agusta. Makannya aku pikir kamu belajar darinya," ucap David.
Ah, itu. Bukan begitu bodoh. Tentu saja tulisan itu sama karena keduanya memang tulisanku, batin Valentino.
"Iya Pak. Bapak memang benar. Pak Agusta yang mengajari saya untuk membuat proposal. Dulu saya sering sekali memperhatikan dia saat membuat proposal dan kemudian saya pun ingin tahu dan dia mengajari saya," ucap Valentino.
David menaikkan alisnya sebelah karena tidak tahu jika ternyata hubungan keduanya sampai sedekat itu. David kira mereka hanya baru saling mengenal karena dulunya setahu David, Agusta adalah tipe orang yang juga terlalu sering bergonta ganti pacar.
Hampir mirip dengan dirinya namun Agusta lebih halus dan tidak seperti dirinya yang sampai membeli wanita panggilan untuk memuaskan dirinya. Agusta tidak seperti itu.
Dia
David Araya terkagum-kagum melihat semua perabotan yang dimiliki oleh Calvin Miller. Semua furniture yang dimiliki oleh Calvin di apartemennya adalah ah furniture kelas atas yang sangat mewah.Dia masih sangat bingung kenapa apa teman barunya itu masih mau mengemudi mobil nya sendiri kadang-kadang. Padahal buah itu memiliki banyak sekali pelayan di rumahnya sampai mungkin ada lebih dari sepuluh pelayan yang melayaninya.David mengira jika Calvin tak perlu lagi bersusah payah untuk hidup enak dalam beberapa puluh tahun kedepan karena kekayaannya yang sepertinya jauh di atas dirinya.David tiba-tiba saja teringat dengan kakek tirinya, Hari Araya yang memiliki kekayaan yang jauh lebih besar dan telah diserahkan kepada Budi Araya. Tapi sayangnya hanya hari raya mengetahui bagaimana caranya mendapatkan harta itu. Harta itupun tak jelas berada di mana. Dan sialnya Hari Araya tidak akan pernah mungkin mau memberitahu dia dan juga ibunya mengenai harta itu.Jadi
"Cepat katakan dan jangan bertele-tele!" titah David."Itu Pak. Saya mau saya yang mewakili perusahaan ini untuk mempresentasikan semua proposal yang saya kerjakan. Tapi tulis aja itu atas nama Bapak. Jadi saya akan menggunakan nama Bapak sebagai orang yang presentasi. Bagaimana?" tanya Valentino.David agak terkejut dengan syarat yang diajukan oleh si culun itu tapi dia pun mulai berpikir sebentar mengenai haid udah setelah dia menimbang-nimbang, David akhirnya mengangguk setuju."Oke, kau boleh persentasi tapi harus memakai namaku. Aku tidak mau ada orang yang tahu jika kau yang menulis proposal itu. Tapi jika nanti para pemimpin perusahaan itu curiga, kau bisa bilang jika kau adalah salah satu anak buahku yang aku suruh untuk mewakiliku," terang David.Valentino tentu saja langsung mengangguk menyetujui gantian mengundurkan tangannya pada David yang diawetkan oleh David."Baiklah, kau siapkan saja semua proposal itu lebih matang. Karena dua hari
"Perkenalkan saya Valentino Araya, putra kandung Pak Budi Araya, pewaris sah AL Group," ucap Valentino dengan percaya diriGery pun terbengong-bengong karena ternyata apa yang pernah dia duga sebelumnya tentang anak kandung Budi Araya yang masih menghilang itu benar adanya."Anda benar-benar Pak Valentino Araya?" tanya Gery dengan tampang bodohnya."Apa perlu saya tunjukkan kartu identitas saya?" tanya Valentino dengan tenangnya."Oh, tidak. Tidak. Bukan seperti itu maksud saya, saya hanya kaget saja karena ini pertama kalinya saya bisa bertemu dengan Anda. Menurut kabar yang beredar anda tidak berada di Indonesia dan tinggal di Inggris, jadi yang kami tahu AL Group jatuh ke tangan Pak David Araya," jelas Gery yang tidak ingin jika orang yang membuat semua orang penasaran tentang keberadaannya itu tersinggung atas kata-katanya."Ah, iya. Saya memang tinggal di Inggris sebelumnya tapi saya sudah kembali ke sini sejak beberapa bulan yang lalu," ujar
Almyra berdiri dan menatap Valentino."Bukankah aku yang seharusnya bertanya kepadamu, apa yang sebenarnya kau sedang coba lakukan di perusahaan ini?" tanya Almyra.Valentino mendesah pelan."Almyra, aku sudah pernah mengatakan kepadamu jika semua hal yang aku lakukan, tidak perlu tahu semua itu. Apa semua perkataanku kemarin belum jelas?" tanya Valentino.Almyra menyibakkan rambutnya dan kemudian dengan tatapan cemas dia melihat Valentino."Aku tahu betul jika kau sedang melakukan hal yang berbahaya. Tidak bisakah kau tidak melakukan itu? Aku tahu Calvin. Kau emang luar biasa kaya dan mungkin saja memang lebih kaya daripada David, tapi masalahnya adalah orang yang sedang kamu hadapi itu bukanlah orang biasa. Kau tidak tahu bagaimana David yang sebenarnya. Kau bahkan juga tahu dia telah membunuh Agusta Irawan. Bukankah itu sudah cukup menjadi bukti jika dia bisa melakukan apa saja terhadap kamu jika nanti kau sampai ketahuan," jelas Almyra.
"Bapak tidak perlu khawatir karena proposal kerjasamanya sudah disetujui. Semua akan segera diproses dan Bapak bisa mengambil alih dari sini," ucap Valentino.David langsung saja tertawa senang karena ternyata kerja si culun Aditya Putra ini cukup bagus dan juga cepat. Awalnya dia sangat meragukan jika itu mampu mendapatkan proposal itu dan dia juga sudah membatin jika sampai Aditya Putra gagal membuat perusahaan itu mau bekerja sama dan menolak proposal yang telah dia ajukan, dia tidak akan mempertahankan karyawannya itu dan akan langsung memecatnya.Tapi semua di luar dugaan dan ini cukup membuat dia terkejut.Tok..Tok..Tok..Misky masuk setelah David Araya mempersilahkan dirinya untuk masuk. Dengan wajah yang sangat pucat, pria itu memberi isyarat pada David Araya untuk berbicara dengannya berdua."Ah, Aditya. Kau boleh kembali ke ruanganmu," ucap David.Valentino mengangguk dan langsung keluar dari ruang presiden direktur itu.Val
Valentino cukup kesal sekali karena ternyata membiarkan David berkunjung ke rumahnya itu adalah kesalahan yang sangat besar. Karena sekarang rumahnya menjadi tempat mabuk dari teman-teman David.David sendiri sekarang sudah sangat mabuk karena terlalu banyak meminum alkohol. Padahal semua orang tahu jika David adalah peminum yang sangat kuat tapi karena malam itu dia memang meminum sangat banyak, dia pun akhirnya mabuk disusul oleh Bara yang lebih mabuk daripada dirinya.Dengan terpaksa dia membiarkan kedua orang itu untuk menginap di apartemennya.Sedangkan Stefan Aditama, sepupu David yang menurut Valentino terlihat berbeda dari David dan juga Bara, sekarang ini membantunya untuk memindahkan kedua temannya itu ke kamar tamu."Ah, kau memang sangat tak beruntung memiliki teman seperti kami," ujar Stefan sambil tertawa konyol."Calvin, aku pikir kau sebaiknya tidak terlalu dekat dengan sepupuku itu karena aku rasa dia bisa memberi dampak yang cukup
"Siapa ini?" tanya Rosa dari seberang sana."Ah, maaf saya terpaksa menjawab panggilan dari Anda. Ini saya Calvin dan David sedang menginap di rumah saya karena tidak mungkin saya membiarkan David pulang dalam keadaan mabuk," ucap Calvin langsung karena tidak ingin bertele-tele."Oh, Calvin. Aku pikir ada orang yang mengambil ponsel David. Apakah dia juga bersama dengan kedua temannya?" tanya Rosa."Tadi mereka yang datang bertiga tapi kemudian Stefan pulang dan kini tinggal David dan Bara yang menginap di rumah saya," jawab Valentino sambil memberi kode pada Ruslan untuk memeriksa David."Oh begitu. Baiklah kalau begitu tolong jika dia sudah bangun besok pagi katakan jika saya pagi-pagi akan keluar kota bersama dengan teman-teman saya. Sebenarnya saya ingin menyampaikan sendiri tapi mengingat anak itu yang pasti bangun terlambat besok, rasanya tidak akan sempat," ucap Rosa yang memperkirakan perjalanannya yang cukup memakan waktu agak panjang di pesawat.
"Parfum?" ulang Valentino berpura-pura tidak tahu apa yang dimaksud oleh David."Iya. Parfum apa yang kamu pakai?" tanya David."Oh, saya hanya pakai parfum milik Pak Agusta yang masih tersisa di tempat saya," jawab Valentino.David terlihat berpikir namun kemudian dia menggelengkan kepalanya."Oke."Valentino menghela napas lega. Dia tahu betul sebenarnya apa yang dimaksud dengan David itu. Tadi pagi iya terlalu buru-buru sampai dia mengenakan parfum yang selalu dia pakai saat dia menjadi Calvin Miller.Hal ini karena sebelumnya dia meminta Ruslan untuk menyingkirkan barang-barangnya sebagai Aditya putra. Dan saat akan berangkat dia tak sempat untuk mencari kembali parfum murahan yang biasa dikenakan oleh Aditya.Tapi untunglah dia teringat pada temannya yang juga suka sekali mengoleksi parfum limited edition seperti miliknya jadi dia rasa ketika seorang Aditya putra memiliki parfum itu dari Agusta, pasti David tidak akan curiga.
Dear, Readers. Terima kasih sudah setia membaca kisah Valentino Araya selama ini. Valentino Araya menjadi salah satu tokoh favorit saya (yah gimana nggak jadi favorit kalau saya sendiri yang menciptakannya) hehe. Ide novel ini tercipta begitu saja dan tidak menyangka jika ternyata banyak yang merelakan waktu dan juga koinnya untuk membaca kisah ini. Sungguh saya tidak pernah menduganya. Mohon maaf jika masih banyak sekali typo.Tapi jangan khawatir, akan segera direvisi agar nyaman dibaca. Season 1 dari Sang Miliarder yang Tersembunyi telah selesai ya readers. Saya akan kembali untuk season 2 ya readers, tapi kemungkinan tidak akan secepat season1 updatenya. Terima kasih,
Beberapa orang terlihat berdiri karena terlalu terkejut sedangkan beberapa lainnya masih duduk dengan ekspresi yang mulai terlihat sangat takut. Mereka saling melihat kearah orang-orang di sekitar mereka karena takut jika mereka duduk disekitar orang yang menjadi pembunuh Misky itu.Ferisha masih terlihat sangat tenang sekali tanpa apa rasa takut sedikitpun. Dia juga telah memerintahkan mantan anak buahnya dan juga bersama-sama dengan polisi untuk menangkap pembunuh itu di gedung itu."Tak perlu khawatir. Pembunuh itu sudah diawasi dengan ketat oleh banyak polisi yang ada di sini jadi Anda tidak perlu mencurigai orang-orang di sekitar Anda," lanjut Valentino.Aryan menatap sahabatnya itu dengan bingung tapi dia tidak mengucapkan apapun.Valentino mengangguk pada Ruslan. Ruslan langsung mengangguk pada ada polisi yang juga berdiri di sampingnya.Petugas polisi itu kemudian mendekat ke arah Aryan."Pak Aryan, Anda ditangkap atas pembunuhan ter
Valentino telah yakin atas apa yang dia lakukan. Ferisha memang tidak memberitahu dirinya mengenai kecurigaan istrinya itu pada salah satu orang yang dianggap benar-benar melakukan pembunuhan itu.Akan tetapi dia ingin mengalihkan pikirannya dulu dan berujar, "Aryan, bersiap-siaplah karena aku akan segera melantik dirimu menjadi direktur pemasaran."Aryan mengangguk kemudian dia keluar dari ruang kerja Valentino. Pria itu tersenyum dan berjalan kembali menuju ruangannya.Setelah pria itu keluar dari ruang kerjanya, Valentino menghubungi istrinya dan mengatakan akan pulang dengan cepat.Ferisha telah menyiapkan makanan untuk sang suami. Saat Valentino di apartemen mereka, dia itu langsung menghambur ke pelukan istrinya."Hei, apakah kau terlalu merindukan aku sampai kau memelukku seperti ini?" tanya Ferisha sambil mengusap punggung suaminya itu.Ferisha melepaskan pelukannya dan menatap suaminya yang terlihat cukup sedih itu."Apa yang
Malam itu Ferisha menemani suaminya hingga suaminya itu bisa tertidur pulas di tempat tidur mereka. Ferisha tidak langsung tidur cantik langsung saya menghubungi anak buahnya untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai kasus pembunuhan terhadap Misky. Wanita itu sedang hamil besar dan kehamilannya telah mencapai usia tujuh bulan. Usia kehamilan yang sudah memasuki usia tua karena sebentar lagi dirinya akan segera melahirkan. Akan tetapi, semangatnya untuk mengungkap kasus itu tidaklah sirna karena dia telah mencurigai seseorang yang mungkin saja menjadi pelaku utama dalam kasus pembunuhan itu. Dia sangat yakin dugaannya itu benar karena banyak hal yang mencurigakan tentang orang itu. Ferisha hanya tidak ingin menyesal di kemudian hari karena tak bisa mengungkap kasus pembunuhan itu. Dia tidak bisa menolong sahabatnya, Almyra saat itu. Dan bahkan dia juga tidak bisa menyelamatkan Misky, suami Almyra. Jadi satu-satunya cara untuk menebus rasa bersalahnya terhadap
Meskipun perkataan Bara dan argumen Valentino dan juga Aryan cukup terdengar meyakinkan, Misky belum bisa mempercayai sepenuhnya dan kemudian dia kembali mencari Stefan Aditama di sekitar daerah tempat dia menemukan Bara. Dia kembali menelusuri apartemen mewah di sekitar tempat itu tapi sayangnya dia tidak menemukan apa-apa.Misky mulai frustrasi ketika hingga hampir satu minggu lamanya setelah kematian Bara, Misky belum juga menemukan setitik terangkan mengenai keberadaan Stefan. Pria itu pintar sekali menyembunyikan dirinya hingga bahkan ketika Valentino mengarahkan semua anak buahnya untuk mencari Stefan, tetap tak ada hasilnya.Misky merasa tidak bisa membalas dendamnya pada pria itu dan langsung saja dia pergi ke makam istrinya.Saat itu sudah sore dan Masih banyak orang yang sedang mengunjungi pemakaman tersebut.Misky terduduk di makam istrinya itu dan dia malah kembali teringat semua kejadian yang telah dia alami. Dia merasa menjadi pria paling sial
Warning! Terdapat adegan kekerasan yang mungkin tidak membuat nyaman, jadi bijaklah dalam membaca. Bara masih belum juga menyerah padahal dia sudah hampir kehabisan napasnya karena terus-menerus berlari tanpa henti. Pada akhirnya Misky tetap saja berhasil mobilnya di depan pemuda itu dan kemudian turun dari mobilnya dengan wajah yang masih tenang. "Kau mau lari ke mana lagi?" Misky bertanya sambil minum susu kotak dengan santainya tanpa menoleh pada Bara yang sudha pucat pasi. "Kenapa kau mengejarku?" tanya Bara mencoba untuk mencari peruntungannya berharap jika mereka tidak mengetahui jika dirinya yang telah membunuh Almyra. Misky tersedak saat minum susu itu dan kemudian melempar kotak susu yang hampir habis itu ke tempat sampah. Saat dia berhasil memasukkan susu kotak itu dia pun berseru, "Wow. Aku hebat, bukan?" Bara menggelengkan kepalanya seakan pria yang sedang ada di depannya itu sudah gila karena bisa-bisanya ma
Misky dengan mudah bisa mendapatkan informasi mengenai Bara Ali yang telah membeli apartemen mewah itu dengan namanya sendiri.Misky sungguh berpikir itu adalah suatu kebodohan terbesar yang pernah dilakukan oleh Bara. Dia benar-benar bingung kenapa kecerobohan yang fatal seperti ini malah dilakukan oleh Bara.Entah karena Bara yang terlalu bodoh tahu mungkin memang dia yang terlalu meremehkan Misky hingga tak mengira mereka bisa menemukan dia.Misky lebih mempercayai kedua alasan itu sekaligus.Ruslan yang menemani pria itu juga merasa sangat bersemangat karena sebentar lagi mereka akan segera menemui Bara, pria yang telah dengan sengaja membunuh Almyra dengan tangannya sendiri."Jangan gegabah!" ucap Ruslan yang mencoba untuk memperingatkan Misky pria itu tetap lebih berhati-hati karena mereka belum tahu apakah Bara memiliki anak buah yang melindunginya atau hanya sendirian saja."Iya, aku tahu. Aku juga tak ingin mati konyol sebelum membala
Bara telah menemukan tempat tinggalnya yang baru dan kemudian segera minta anak buahnya untuk menyiapkan tempat itu.Pria itu takkan pernah memaafkan temannya itu karena lebih membela orang yang tidak dikenalnya dibandingkan dengan dirinya sendiri. Almyra bukankah teman dekat mereka dan mereka hanya mengenal dari situ sebagai kekasih David tanpa pernah terlalu sering terlibat dengannya.Namun Stefan malah membelanya mati-matian hingga membuat hubungan mereka semakin memburuk. Bara masih tidak habis pikir bagaimana bisa dia menyalahkan dirinya tentang penembakan itu padahal Stefan juga menginginkan mereka semua mendapatkan balasan atas perbuatan mereka terhadap David dam kepada mereka sendiri. Tapi anehnya pria itu malah mengecam perbuatannya pada Almyra.Bara tidak bisa menerima semua itu dan dia bahkan tidak menjawab panggilan dari Stefan yang sudah berkali-kali menghubungi dirinya. Pria berambut cepak itu benar-benar telah mengabaikan Bara sepenuhnya dan tak i
Misky mendekatkan dirinya ke arah istrinya itu dan kemudian dia mendengar istrinya berkata, "Bunuh mereka."Misky membeku di tempatnya. Dia kembali menatap istrinya yang menangis dan mulai terlihat semakin lemah tapi dia tetap memaksakan dirinya untuk tetap berusaha mengeluarkan suaranya.Misky mendengar Almyra kembali berkata, "Bunuh mereka. Bunuh mereka untukku, Misky."Wanita itu pun memandang sang suami secara lekat lekat dan kemudian menutup matanya secara perlahan. Almyra mengembuskan napas terakhirnya di dalam mobil ambulans itu.Misky yang melihat istrinya itu sudah udah tak bernyawa hanya bisa menangis frustrasi dan tak henti-hentinya mengecup tangan istrinya dengan rasa sedih yang luar biasa.Ketiga tak bisa berbuat apa-apa karena memang Almyra sudah benar-benar pergi. Peluru itu menembus jantungnya dan tak mungkin bisa dikeluarkan. Perdarahan pun yang terjadi cukup fatal hingga membuat wanita itu tak bisa bertahan. Meskipun mereka tiba t