Valentino cukup kesal sekali karena ternyata membiarkan David berkunjung ke rumahnya itu adalah kesalahan yang sangat besar. Karena sekarang rumahnya menjadi tempat mabuk dari teman-teman David.
David sendiri sekarang sudah sangat mabuk karena terlalu banyak meminum alkohol. Padahal semua orang tahu jika David adalah peminum yang sangat kuat tapi karena malam itu dia memang meminum sangat banyak, dia pun akhirnya mabuk disusul oleh Bara yang lebih mabuk daripada dirinya.
Dengan terpaksa dia membiarkan kedua orang itu untuk menginap di apartemennya.
Sedangkan Stefan Aditama, sepupu David yang menurut Valentino terlihat berbeda dari David dan juga Bara, sekarang ini membantunya untuk memindahkan kedua temannya itu ke kamar tamu.
"Ah, kau memang sangat tak beruntung memiliki teman seperti kami," ujar Stefan sambil tertawa konyol.
"Calvin, aku pikir kau sebaiknya tidak terlalu dekat dengan sepupuku itu karena aku rasa dia bisa memberi dampak yang cukup
"Siapa ini?" tanya Rosa dari seberang sana."Ah, maaf saya terpaksa menjawab panggilan dari Anda. Ini saya Calvin dan David sedang menginap di rumah saya karena tidak mungkin saya membiarkan David pulang dalam keadaan mabuk," ucap Calvin langsung karena tidak ingin bertele-tele."Oh, Calvin. Aku pikir ada orang yang mengambil ponsel David. Apakah dia juga bersama dengan kedua temannya?" tanya Rosa."Tadi mereka yang datang bertiga tapi kemudian Stefan pulang dan kini tinggal David dan Bara yang menginap di rumah saya," jawab Valentino sambil memberi kode pada Ruslan untuk memeriksa David."Oh begitu. Baiklah kalau begitu tolong jika dia sudah bangun besok pagi katakan jika saya pagi-pagi akan keluar kota bersama dengan teman-teman saya. Sebenarnya saya ingin menyampaikan sendiri tapi mengingat anak itu yang pasti bangun terlambat besok, rasanya tidak akan sempat," ucap Rosa yang memperkirakan perjalanannya yang cukup memakan waktu agak panjang di pesawat.
"Parfum?" ulang Valentino berpura-pura tidak tahu apa yang dimaksud oleh David."Iya. Parfum apa yang kamu pakai?" tanya David."Oh, saya hanya pakai parfum milik Pak Agusta yang masih tersisa di tempat saya," jawab Valentino.David terlihat berpikir namun kemudian dia menggelengkan kepalanya."Oke."Valentino menghela napas lega. Dia tahu betul sebenarnya apa yang dimaksud dengan David itu. Tadi pagi iya terlalu buru-buru sampai dia mengenakan parfum yang selalu dia pakai saat dia menjadi Calvin Miller.Hal ini karena sebelumnya dia meminta Ruslan untuk menyingkirkan barang-barangnya sebagai Aditya putra. Dan saat akan berangkat dia tak sempat untuk mencari kembali parfum murahan yang biasa dikenakan oleh Aditya.Tapi untunglah dia teringat pada temannya yang juga suka sekali mengoleksi parfum limited edition seperti miliknya jadi dia rasa ketika seorang Aditya putra memiliki parfum itu dari Agusta, pasti David tidak akan curiga.
"Tolong lepaskan saya! Saya hanya disuruh. Saya tidak tahu apa-apa. Saya hanya menjalankan perintahnya saja. Saya...""Kau tak perlu membela dirimu seperti itu, Pak Pengacara," potong Valentino.Joshua langsung saja terdiam."Karena aku juga sudah tahu jika kau menerima dana dari Rosa atas apa yang sudah kau lakukan. Kau sendiri yang bilang telah mengubah seluruh isi wasiat itu. Kau melakukan itu dengan sadar bukan? Kau menginginkan imbalan atas hal itu. Benar?" tanya Valentino.Joshua berkeringat semakin deras."Iya, saya memang mendapatkan uang atas itu tapi saya dalam keadaan terjepit saat itu jadi saya terpaksa menerima tawaran itu," dusta Joshua.Valentino menatap malas karena menurutnya Joshua tidak tahu malu sama sekali."Pak Pengacara, sudah kukatakan kau tak perlu berusaha untuk membela dirimu karena itu sama sekali tidak berguna. Kita sudah pernah bertemu dan saya juga sudah pernah memberikan sejumlah dana untuk Anda bukan?
David yang saat ini sedang berada di apartemen Almyra itu pun melihat sebuah nomer internasional yang dia tebak adalah milik Valentino, saudara tirinya.Almyra yang baru saja datang sambil membawa kopi untuk David itu melihat sang pacar yang sedang ragu-ragu sambil melihat layar ponselnya."Kenapa hanya dilihat saja?" tanya Almyra.David masih melihat layar ponselnya tapi kemudian dia menggeser layarnya dan kemudian membuat mode loudspeaker agar kekasihnya juga bisa mendengarnya."Ah, kenapa kau sama sekali mengangkatnya, saudara tiriku?" ucap Valentino."Apakah panggilan telepon dariku membuatmu begitu ketakutan, David?" ucap Valentino lalu dia tertawa mengejek.Wajah David memerah karena kesal, Valentino adalah satu-satunya orang yang bisa mengacaukan mentalnya."Untuk apa kau meneleponku, sialan?" umpat David.Valentino ketawa lagi karena senang David terpancing."Oh, aku hanya ingin sedang menanyakan bagaimana kabarm
"Apa urusanmu tanya apa yang aku lakukan di sini?" Aryan memandang David sinis."Sombong sekali kau. Anak kepala pelayan aja kau belagu sekali. Kau sudah merasa kaya karena bisa ke apartemen Gardenia Hills?" David mencibir Aryan yang sudah ingin sekali pergi dari hadapan David."Aku tak peduli apa yang kau pikirkan. Jadi minggirlah karena aku mau lewat," ucap Aryan menatap kesal David yang menghalangi jalannya.David kemudian mendecih karena merasa Aryan terlalu sombong dan angkuh."Kau itu tak pantas berada di sini, anak kepala pelayan. Lagi pula, satpam pasti akan langsung mengusirmu begitu tahu kau itu miskin," hina David.Aryan yang sudah berjalan itu menghentikan kakinya dan berbalik menatap David."Kau tahu, meskipun aku diusir ataupun tidak diizinkan masuk oleh mereka, itu tetap bukan urusan kamu dan kau tak usah ikut campur urusanku," ujar Aryan yang sudah muak dengan David yang sok sekali dan menghina dirinya."Dasar anak kep
"Jika Ibu dengar sekali lagi kamu menghinanya, Ibu bersumpah tidak akan pernah menganggap kamu sebagai anakku lagi. Dan asal kau tahu, Ibu memang lebih menyukai pria yang lebih muda dari usia Ibu," aku Rosa. David terperanjat karena baru kali ini dia mendengar kejujuran dari sang Ibu. "Iya, David. Kau tidak salah dengar sama sekali, Ibu lebih menyukai daun muda daripada pria tua yang tak bisa melakukan apa-apa seperti ayah diri kamu itu. Kami sudah menjalin hubungan lebih lama dari yang kau pikirkan. Jadi jangan pernah coba-coba kau menghina dia lagi di depan Ibu. Karena Ibu tidak akan pernah tinggal diam kalau kamu mengusiknya." David menatap ibunya tak percaya yang lebih membela orang lain dibandingkan dengan anaknya sendiri. Tanpa mengatakan sepatah kata pun pria muda itu keluar dari kamar sang ibu dan kemudian turun ke lantai bawah. Dia tak mempedulikan lagi teriakan dari ibunya yang memanggilnya agar kembali ke atas. Dia mengacuhkan Misky ketika
David melakukan apa yang dikatakan oleh Valentino dan mengkonfrontasi ibunya. Rosa semakin murka dengan anaknya yang ikut campur pada urusan percintaannya."Kau tahu, David. Bagaimana rasanya menjadi seorang ibu tunggal untuk kamu dan mencari biaya untuk semua kebutuhan kamu dari kamu masih kecil sampai kamu dewasa? Susah, David. Kau pikir itu adalah hal yang mudah? Lalu sekarang ketika ibumu menikmati sesuatu dan kau berusaha menghalanginya? Kau anak tidak tahu diri, David. Aku menyesal sudah melahirkan kamu," ucap Rosa dengan kejamnya.Rosa membanting pintu kamarnya yang depan muka anaknya. David tak peduli lagi apakah sang ibu akan semakin marah terhadapnya atau tidak karena dia merasa sudah melakukan hal yang benar. Dia ingin ibunya itu sadar kita tak pantas bagi perempuan yang usianya hampir saja kepala lima, malah menjalin hubungan dengan pria yang lebih pantas menjadi anaknya.Dengan berbekal keyakinan itu, David mengusir Misky dan dia mengancam jika pria
Apakah itu berarti David telah berteman dengan salah satu anak buah musuhnya? Almyra berpikir cukup keras di dalam kepalanya yang mulai berat.Dia sekarang sangat bimbang sekali karena sedang diliputi rasa keraguan yang besar. Awalnya dia ingin sekali menghancurkan David karena telah membunuh saudara perempuannya tapi setelah dia semakin mengenal pria itu, dia pun juga tahu jika David telah banyak mengalami hal yang tidak mudah dan sebenarnya patut untuk dikasihani.Tapi saat dia mengingat kebaikan sosok Valentino Araya yang belum pernah dia temui itu, dia jadi berpikir ulang karena dia sudah berhutang nyawa pada pria itu. Entah apa yang bisa dilakukan oleh pengawal terpercaya keluarga Araya itu jika sampai dia terpergok sedang bersembunyi di balik tirai saat itu."Kenapa kau terdiam, Almyra?"Almyra yang tersadar dari lamunannya pun langsung menggelengkan kepalanya."Tidak. Aku balik ke ruangan aku dulu ya," pamit Almyra.Tidak. Maaf, David
Dear, Readers. Terima kasih sudah setia membaca kisah Valentino Araya selama ini. Valentino Araya menjadi salah satu tokoh favorit saya (yah gimana nggak jadi favorit kalau saya sendiri yang menciptakannya) hehe. Ide novel ini tercipta begitu saja dan tidak menyangka jika ternyata banyak yang merelakan waktu dan juga koinnya untuk membaca kisah ini. Sungguh saya tidak pernah menduganya. Mohon maaf jika masih banyak sekali typo.Tapi jangan khawatir, akan segera direvisi agar nyaman dibaca. Season 1 dari Sang Miliarder yang Tersembunyi telah selesai ya readers. Saya akan kembali untuk season 2 ya readers, tapi kemungkinan tidak akan secepat season1 updatenya. Terima kasih,
Beberapa orang terlihat berdiri karena terlalu terkejut sedangkan beberapa lainnya masih duduk dengan ekspresi yang mulai terlihat sangat takut. Mereka saling melihat kearah orang-orang di sekitar mereka karena takut jika mereka duduk disekitar orang yang menjadi pembunuh Misky itu.Ferisha masih terlihat sangat tenang sekali tanpa apa rasa takut sedikitpun. Dia juga telah memerintahkan mantan anak buahnya dan juga bersama-sama dengan polisi untuk menangkap pembunuh itu di gedung itu."Tak perlu khawatir. Pembunuh itu sudah diawasi dengan ketat oleh banyak polisi yang ada di sini jadi Anda tidak perlu mencurigai orang-orang di sekitar Anda," lanjut Valentino.Aryan menatap sahabatnya itu dengan bingung tapi dia tidak mengucapkan apapun.Valentino mengangguk pada Ruslan. Ruslan langsung mengangguk pada ada polisi yang juga berdiri di sampingnya.Petugas polisi itu kemudian mendekat ke arah Aryan."Pak Aryan, Anda ditangkap atas pembunuhan ter
Valentino telah yakin atas apa yang dia lakukan. Ferisha memang tidak memberitahu dirinya mengenai kecurigaan istrinya itu pada salah satu orang yang dianggap benar-benar melakukan pembunuhan itu.Akan tetapi dia ingin mengalihkan pikirannya dulu dan berujar, "Aryan, bersiap-siaplah karena aku akan segera melantik dirimu menjadi direktur pemasaran."Aryan mengangguk kemudian dia keluar dari ruang kerja Valentino. Pria itu tersenyum dan berjalan kembali menuju ruangannya.Setelah pria itu keluar dari ruang kerjanya, Valentino menghubungi istrinya dan mengatakan akan pulang dengan cepat.Ferisha telah menyiapkan makanan untuk sang suami. Saat Valentino di apartemen mereka, dia itu langsung menghambur ke pelukan istrinya."Hei, apakah kau terlalu merindukan aku sampai kau memelukku seperti ini?" tanya Ferisha sambil mengusap punggung suaminya itu.Ferisha melepaskan pelukannya dan menatap suaminya yang terlihat cukup sedih itu."Apa yang
Malam itu Ferisha menemani suaminya hingga suaminya itu bisa tertidur pulas di tempat tidur mereka. Ferisha tidak langsung tidur cantik langsung saya menghubungi anak buahnya untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai kasus pembunuhan terhadap Misky. Wanita itu sedang hamil besar dan kehamilannya telah mencapai usia tujuh bulan. Usia kehamilan yang sudah memasuki usia tua karena sebentar lagi dirinya akan segera melahirkan. Akan tetapi, semangatnya untuk mengungkap kasus itu tidaklah sirna karena dia telah mencurigai seseorang yang mungkin saja menjadi pelaku utama dalam kasus pembunuhan itu. Dia sangat yakin dugaannya itu benar karena banyak hal yang mencurigakan tentang orang itu. Ferisha hanya tidak ingin menyesal di kemudian hari karena tak bisa mengungkap kasus pembunuhan itu. Dia tidak bisa menolong sahabatnya, Almyra saat itu. Dan bahkan dia juga tidak bisa menyelamatkan Misky, suami Almyra. Jadi satu-satunya cara untuk menebus rasa bersalahnya terhadap
Meskipun perkataan Bara dan argumen Valentino dan juga Aryan cukup terdengar meyakinkan, Misky belum bisa mempercayai sepenuhnya dan kemudian dia kembali mencari Stefan Aditama di sekitar daerah tempat dia menemukan Bara. Dia kembali menelusuri apartemen mewah di sekitar tempat itu tapi sayangnya dia tidak menemukan apa-apa.Misky mulai frustrasi ketika hingga hampir satu minggu lamanya setelah kematian Bara, Misky belum juga menemukan setitik terangkan mengenai keberadaan Stefan. Pria itu pintar sekali menyembunyikan dirinya hingga bahkan ketika Valentino mengarahkan semua anak buahnya untuk mencari Stefan, tetap tak ada hasilnya.Misky merasa tidak bisa membalas dendamnya pada pria itu dan langsung saja dia pergi ke makam istrinya.Saat itu sudah sore dan Masih banyak orang yang sedang mengunjungi pemakaman tersebut.Misky terduduk di makam istrinya itu dan dia malah kembali teringat semua kejadian yang telah dia alami. Dia merasa menjadi pria paling sial
Warning! Terdapat adegan kekerasan yang mungkin tidak membuat nyaman, jadi bijaklah dalam membaca. Bara masih belum juga menyerah padahal dia sudah hampir kehabisan napasnya karena terus-menerus berlari tanpa henti. Pada akhirnya Misky tetap saja berhasil mobilnya di depan pemuda itu dan kemudian turun dari mobilnya dengan wajah yang masih tenang. "Kau mau lari ke mana lagi?" Misky bertanya sambil minum susu kotak dengan santainya tanpa menoleh pada Bara yang sudha pucat pasi. "Kenapa kau mengejarku?" tanya Bara mencoba untuk mencari peruntungannya berharap jika mereka tidak mengetahui jika dirinya yang telah membunuh Almyra. Misky tersedak saat minum susu itu dan kemudian melempar kotak susu yang hampir habis itu ke tempat sampah. Saat dia berhasil memasukkan susu kotak itu dia pun berseru, "Wow. Aku hebat, bukan?" Bara menggelengkan kepalanya seakan pria yang sedang ada di depannya itu sudah gila karena bisa-bisanya ma
Misky dengan mudah bisa mendapatkan informasi mengenai Bara Ali yang telah membeli apartemen mewah itu dengan namanya sendiri.Misky sungguh berpikir itu adalah suatu kebodohan terbesar yang pernah dilakukan oleh Bara. Dia benar-benar bingung kenapa kecerobohan yang fatal seperti ini malah dilakukan oleh Bara.Entah karena Bara yang terlalu bodoh tahu mungkin memang dia yang terlalu meremehkan Misky hingga tak mengira mereka bisa menemukan dia.Misky lebih mempercayai kedua alasan itu sekaligus.Ruslan yang menemani pria itu juga merasa sangat bersemangat karena sebentar lagi mereka akan segera menemui Bara, pria yang telah dengan sengaja membunuh Almyra dengan tangannya sendiri."Jangan gegabah!" ucap Ruslan yang mencoba untuk memperingatkan Misky pria itu tetap lebih berhati-hati karena mereka belum tahu apakah Bara memiliki anak buah yang melindunginya atau hanya sendirian saja."Iya, aku tahu. Aku juga tak ingin mati konyol sebelum membala
Bara telah menemukan tempat tinggalnya yang baru dan kemudian segera minta anak buahnya untuk menyiapkan tempat itu.Pria itu takkan pernah memaafkan temannya itu karena lebih membela orang yang tidak dikenalnya dibandingkan dengan dirinya sendiri. Almyra bukankah teman dekat mereka dan mereka hanya mengenal dari situ sebagai kekasih David tanpa pernah terlalu sering terlibat dengannya.Namun Stefan malah membelanya mati-matian hingga membuat hubungan mereka semakin memburuk. Bara masih tidak habis pikir bagaimana bisa dia menyalahkan dirinya tentang penembakan itu padahal Stefan juga menginginkan mereka semua mendapatkan balasan atas perbuatan mereka terhadap David dam kepada mereka sendiri. Tapi anehnya pria itu malah mengecam perbuatannya pada Almyra.Bara tidak bisa menerima semua itu dan dia bahkan tidak menjawab panggilan dari Stefan yang sudah berkali-kali menghubungi dirinya. Pria berambut cepak itu benar-benar telah mengabaikan Bara sepenuhnya dan tak i
Misky mendekatkan dirinya ke arah istrinya itu dan kemudian dia mendengar istrinya berkata, "Bunuh mereka."Misky membeku di tempatnya. Dia kembali menatap istrinya yang menangis dan mulai terlihat semakin lemah tapi dia tetap memaksakan dirinya untuk tetap berusaha mengeluarkan suaranya.Misky mendengar Almyra kembali berkata, "Bunuh mereka. Bunuh mereka untukku, Misky."Wanita itu pun memandang sang suami secara lekat lekat dan kemudian menutup matanya secara perlahan. Almyra mengembuskan napas terakhirnya di dalam mobil ambulans itu.Misky yang melihat istrinya itu sudah udah tak bernyawa hanya bisa menangis frustrasi dan tak henti-hentinya mengecup tangan istrinya dengan rasa sedih yang luar biasa.Ketiga tak bisa berbuat apa-apa karena memang Almyra sudah benar-benar pergi. Peluru itu menembus jantungnya dan tak mungkin bisa dikeluarkan. Perdarahan pun yang terjadi cukup fatal hingga membuat wanita itu tak bisa bertahan. Meskipun mereka tiba t