"Apa urusanmu tanya apa yang aku lakukan di sini?" Aryan memandang David sinis.
"Sombong sekali kau. Anak kepala pelayan aja kau belagu sekali. Kau sudah merasa kaya karena bisa ke apartemen Gardenia Hills?" David mencibir Aryan yang sudah ingin sekali pergi dari hadapan David.
"Aku tak peduli apa yang kau pikirkan. Jadi minggirlah karena aku mau lewat," ucap Aryan menatap kesal David yang menghalangi jalannya.
David kemudian mendecih karena merasa Aryan terlalu sombong dan angkuh.
"Kau itu tak pantas berada di sini, anak kepala pelayan. Lagi pula, satpam pasti akan langsung mengusirmu begitu tahu kau itu miskin," hina David.
Aryan yang sudah berjalan itu menghentikan kakinya dan berbalik menatap David.
"Kau tahu, meskipun aku diusir ataupun tidak diizinkan masuk oleh mereka, itu tetap bukan urusan kamu dan kau tak usah ikut campur urusanku," ujar Aryan yang sudah muak dengan David yang sok sekali dan menghina dirinya.
"Dasar anak kep
"Jika Ibu dengar sekali lagi kamu menghinanya, Ibu bersumpah tidak akan pernah menganggap kamu sebagai anakku lagi. Dan asal kau tahu, Ibu memang lebih menyukai pria yang lebih muda dari usia Ibu," aku Rosa. David terperanjat karena baru kali ini dia mendengar kejujuran dari sang Ibu. "Iya, David. Kau tidak salah dengar sama sekali, Ibu lebih menyukai daun muda daripada pria tua yang tak bisa melakukan apa-apa seperti ayah diri kamu itu. Kami sudah menjalin hubungan lebih lama dari yang kau pikirkan. Jadi jangan pernah coba-coba kau menghina dia lagi di depan Ibu. Karena Ibu tidak akan pernah tinggal diam kalau kamu mengusiknya." David menatap ibunya tak percaya yang lebih membela orang lain dibandingkan dengan anaknya sendiri. Tanpa mengatakan sepatah kata pun pria muda itu keluar dari kamar sang ibu dan kemudian turun ke lantai bawah. Dia tak mempedulikan lagi teriakan dari ibunya yang memanggilnya agar kembali ke atas. Dia mengacuhkan Misky ketika
David melakukan apa yang dikatakan oleh Valentino dan mengkonfrontasi ibunya. Rosa semakin murka dengan anaknya yang ikut campur pada urusan percintaannya."Kau tahu, David. Bagaimana rasanya menjadi seorang ibu tunggal untuk kamu dan mencari biaya untuk semua kebutuhan kamu dari kamu masih kecil sampai kamu dewasa? Susah, David. Kau pikir itu adalah hal yang mudah? Lalu sekarang ketika ibumu menikmati sesuatu dan kau berusaha menghalanginya? Kau anak tidak tahu diri, David. Aku menyesal sudah melahirkan kamu," ucap Rosa dengan kejamnya.Rosa membanting pintu kamarnya yang depan muka anaknya. David tak peduli lagi apakah sang ibu akan semakin marah terhadapnya atau tidak karena dia merasa sudah melakukan hal yang benar. Dia ingin ibunya itu sadar kita tak pantas bagi perempuan yang usianya hampir saja kepala lima, malah menjalin hubungan dengan pria yang lebih pantas menjadi anaknya.Dengan berbekal keyakinan itu, David mengusir Misky dan dia mengancam jika pria
Apakah itu berarti David telah berteman dengan salah satu anak buah musuhnya? Almyra berpikir cukup keras di dalam kepalanya yang mulai berat.Dia sekarang sangat bimbang sekali karena sedang diliputi rasa keraguan yang besar. Awalnya dia ingin sekali menghancurkan David karena telah membunuh saudara perempuannya tapi setelah dia semakin mengenal pria itu, dia pun juga tahu jika David telah banyak mengalami hal yang tidak mudah dan sebenarnya patut untuk dikasihani.Tapi saat dia mengingat kebaikan sosok Valentino Araya yang belum pernah dia temui itu, dia jadi berpikir ulang karena dia sudah berhutang nyawa pada pria itu. Entah apa yang bisa dilakukan oleh pengawal terpercaya keluarga Araya itu jika sampai dia terpergok sedang bersembunyi di balik tirai saat itu."Kenapa kau terdiam, Almyra?"Almyra yang tersadar dari lamunannya pun langsung menggelengkan kepalanya."Tidak. Aku balik ke ruangan aku dulu ya," pamit Almyra.Tidak. Maaf, David
"Astaga, David. Aku sungguh heran kenapa bisa ada manusia sebodoh kau itu."Wajah David semakin memerah dan kembali ingin meraih Valentino dan menghajarnya tapi tentunya semua pengawal Valentino dengan tangkas bisa melindungi Tuannya."Sialan, mau sampai kapan kau berputar-putar terus? Katakan apa maksud kamu!" teriak David."Hm. David, bukankah semuanya sudah jelas? Ah, begini saja. Pengawal, bawah David keluar dari perusahaan ini karena mulai sekarang dia tidak diizinkan untuk masuk ke AL Group," ucap Valentino."Punya hak apa kau? Sialan."David kembali meronta-ronta untuk melepaskan dirinya tapi tentunya tak berhasil sama sekali. Berikutnya sebuah mobil kembali datang dan berhenti di depan AL Group. Dari mobil berwarna hitam itu, Hari dan Ana Araya keluar dari mobil itu dan berjalan menuju Valentino."Cucuku, apakah kau mendapatkan kesulitan untuk mengusir dia dari sini?" tanya Hari Araya yang sontak membuat semua orang yang masih ada di
Di hari itu, Valentino Araya yang ditemani oleh kakek dan neneknya diperkenalkan secara resmi sebagai Valentino Araya, putra kandung dari Budi Araya dan juga pemilik sah dari harta warisan milik Budi Araya.Tapi mengingat Valentino yang masih menyembunyikan wajah aslinya, dia meminta seluruh jajaran direksi dan juga karyawan yang bernaung di bawah AL Group untuk tidak membocorkan tentang identitasnya.Dia hanya mengizinkan berita yang tersebar adalah kembalinya sang putra kandung tanpa apa adanya berita tambahan apa lagi dengan mengunggah photo Valentino.Valentino cukup puas karena ternyata cukup mudah untuk mengambil alih perusahaan itu setelah dirinya mendapatkan dukungan dari berbagai perusahaan yang telah menjadi partnernya. Selain itu kedatangan kakek dan neneknya sudah cukup untuk mengkonfirmasi identitasnya yang sesungguhnya.Valentino kemudian kembali ke ruangannya setelah kakek dan neneknya pulang. Namun ternyata dia itu sudah ditunggu oleh seor
Rosa berteriak kencang di sel tahanan untuk minta dibebaskan."Brengsek kalian semua. Kalian tidak tahu siapa aku? Aku bersumpah akan untuk kalian semua jika kalian ingin melepaskan aku sekarang. Cepat buka sel ini!"Tapi tetap saja para petugas mengabaikannya sedari tadi. Detektif Ferisha yang masih berada di kantor polisi itu sedang mengurus beberapa dokumen tentang penangkapan Melinda dan juga David.David sendiri tidak ditempatkan di sayang sama dengan sang ibu. Namun sayang dia tempati hanya berjarak satu sel saja. Pria itu sedang memikirkan upaya agar bisa segera keluar dari sel tahanan itu. Kemudian berdiri dan memanggil petugas polisi itu.Karena David yang memanggil petugas itu dengan suara yang normal tanpa teriakan seperti Rosa, petugas itu mau menghampirinya."Pak, bisakah saya menghubungi teman saya?" tanya David baik-baik dan itu membuat sang petugas mengangguk.David diizinkan untuk keluar menelepon teman yang dimaksud.
"Kau pasti sedang bercanda bukan? Kau yakin ini bukan sebuah cerita dari novel atau drama yang baru saja kau tonton di televisi?" sindir Stefan.Bara mendengus sambil menjalankan mobilnya dengan pelan karena dia pun harus menanggapi ucapan-ucapan Stefan yang terkadang membuat telinganya sakit itu."Itu benar-benar terjadi, bodoh. Kau pasti masih ingat tentang si culun yang pernah kita temui waktu kita berkunjung ke perusahaan David. Aku sendiri masih ingat waktu itu. Nah, ternyata dia itu Valentino.""Tidak mungkin. Bagaimana bisa? Aku masih ingat waktu kita remaja terakhir kali bertemu dengan Valentino. Dia bertubuh besar dan juga pipinya saja terlihat sangat besar sekali. Sedangkan si culun itu terlihat sangat kurus dan badannya biasa-biasa saja," ucap Stefan tak percaya.Bara pun juga sebenarnya tidak ingin percaya tapi itulah kenyataannya."Stef, apakah kau lupa jika zaman ini tuh sudah sangat modern. Orang bisa dengan sangat mudah mengubah ben
Valentino tak sampai terjatuh saat mendapat pukulan dari Bara. Namun dari mulutnya keluar darah yang tidak sedikit. Rupanya tinju yang dihasilkan oleh Bara cukup membuat mulut Valentino sakit.Para pengawal yang berada di sekitar pria itu langsung saja menahan Bara agar tidak menyerang Tuannya lagi."Pengecut sialan. Beraninya kau hanya menggunakan pengawal. Coba sini bertarung denganku satu lawan satu. Berani tidak kau?" teriak Bara.Stefan yang sudah sampai mengejarnya itu pun hanya bisa berdiri tanpa bisa melakukan apapun di dekat temannya. Karena saat ini dia dan Bara hanya berdua saja. Tentu akan sangat bodoh jika dia malah menantang Valentino karena saat ini Valentino sedang di atas angin."Hentikan, Bara! Ini masih di kantor polisi, kita bisa kena masalah nanti," peringat Stefan.Bara tak mengacuhkan perkataan temannya itu malah menatap benci pada Valentino yang sekarang masih sedang menyeka mulutnya yang keluar darah."Sini, brengsek