Ancaman yang diberikan oleh petugas keamanan sebenarnya bukan sesuatu yang menakutkan untuk Devano, tapi dia tentu saja tidak mau terlihat lemah di hadapan kakeknya. Jika itu terjadi, maka secara tidak langsung dia harus mengakui bahwa dia membutuhkan lelaki tua yang sudah membuat dirinya menderita selama belasan tahun.
Meski begitu, Devano tentu saja tidak mau menyerah begitu saja. Dia harus masuk ke dalam gedung perusahaan Horizon Solution, meski tanpa menggunakan bantuan orang suruhan kakeknya. Dia ingin membuktikan bahwa masuk ke dalam gedung ini bukan sesuatu yang menyulitkan buat dirinya.
Dia kemudian dengan wajah memelas berkata kepada petugas keamanan, "Tolong jangan usir aku. Aku ke sini ingin melamar kerja sebagai tenaga kebersihan. Apa kalian bisa membantuku?”
"Bagaimana mungkin kau bisa diterima bekerja di tempat ini. Kau baru saja membuat sebuah kesalahan dengan memancing kemarahan mitra penting perusahaan kami," ketus sang petugas keamanan dengan tampang yang kasar.
"Tolonglah. Aku siap membayar, jika bisa diterima bekerja di perusahaan ini. Aku juga yakin bahwa mitra yang baru saja bermasalah denganku tidak akan pernah ingat dengan raut wajah gembel sepertiku. Apa kau bisa membantuku bertemu dengan pihak HR, sehingga aku bisa mengajukan lamaran kerja?"
Devano kembali memasang muka polos dan lugu, sehingga membuat petugas keamanan tersebut langsung melirik ke arah rekannya. Dia kemudian tersenyum dengan licik.
"Kalau kau mau memberikan uang satu juta, maka aku akan membantu dirimu bertemu dengan HR. Aku juga bisa merekomendasikan dirimu untuk diterima menjadi seorang petugas kebersihan," tawar petugas keamanan dengan menunjukkan raut wajah penuh percaya diri.
Devano tahu bahwa hal tersebut adalah tipuan yang ingin dilakukan oleh para petugas keamanan, tapi dia sama sekali tidak peduli. Dia hanya ingin masuk ke dalam kantor dan bertemu dengan seseorang. Dia ingin menuntaskan rasa penasaran di dalam hatinya.
Dia ingin tahu, tentang kebenaran yang dikatakan pria suruhan kakeknya waktu di rumah sakit.
"Baiklah, aku akan membayar sejumlah uang yang kalian minta," ucap Devano merogok kantongnya dan menyerahkan seluruh uang yang dia miliki.
Setelah menghitung dan memastikan uang yang diberikan oleh Devano sesuai dengan yang mereka minta, petugas keamanan tersenyum bahagia. Tidak tampak sama sekali raut wajah berdosa karena sudah berhasil menipu Devano. Begitulah kehidupan yang terjadi di dunia ini, siapa yang berkuasa, maka dia bisa melakukan apa pun, termasuk anjing penjaga sekali pun.
"Kau sekarang ikuti aku," ucap penjaga dengan suara tegas meminta Devano mengikuti dirinya berjalan menuju ke basemen yang ada di gedung tersebut.
Petugas keamanan mengarahkan Devano untuk menuju ke sebuah pintu darurat yang ada di sana. Petugas tersebut berkata dengan suara sinis kepada Devano...
"Sekarang kau naik ke lantai dua belas dengan menggunakan tangga ini. Sampai di lantai dua belas, kau masuk saja dan katakan ingin bertemu dengan bagian HR!" perintah sang petugas keamanan sambil kembali tersenyum licik.
Tanpa banyak bicara lagi, Devano langsung masuk ke pintu darurat dan berjalan naik ke lantai yang ditunjukkan oleh petugas keamanan.
Fisik yang masih kuat membuat Devano sama sekali tidak kesulitan menuju ke lantai dua belas dalam waktu kurang dari setengah jam saja.
Dia menuju ke pintu untuk masuk, tapi pintu tersebut tidak bisa sama sekali dibuka. Berulang kali Devano mencoba untuk membuka, tapi berulang kali juga dia gagal. Pintu tersebut sangat keras dan terkunci.
"Sialan. Aku ditipu oleh anjing penjaga. Memang hidup di bawah akan selalu menjadi objek penghinaan, sampai- sampai orang seperti anjing penjaga juga memperlakukan aku seperti ini," gerutu Devano yang terlihat sangat kesal. "Aku tentu saja tidak bisa masuk, karena sistem pintu darurat hanya bisa dibuka dari dalam, tapi tidak bisa dibuka dari luar."
Pada saat Devano masih berusaha membuka pintu, dari dalam seseorang petugas kebersihan melihat ke arah dirinya. Dia pun berjalan mendekati pintu dan membukanya.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini?"
Devano kemudian menceritakan apa yang terjadi dengan dirinya. Petugas tersebut merasa kasihan, dia kemudian mengajaknya menuju ke ruangan sempit yang memang biasa mereka jadikan tempat istirahat.
"Kau sudah ditipu oleh petugas keamanan. Lantai ini khusus ruangan direktur. Ruangan HR ada di lantai tiga. Meski begitu, kau tidak akan diterima bekerja dengan menemui HR. Mereka memilik aturan yang jelas dalam menerima pegawai, selain itu, petugas kebersihan tidak melamar di sini, tapi di kantor yang berbeda. Kita adalah pekerja yang berasal dari sebuah perusahaan outsourcing.
***
Mendengar perkataan wanita yang merupakan tenaga kebersihan di lantai tersebut, Devano langsung memahami bahwa petugas keamanan sengaja menjebak dirinya, tapi tanpa mereka pahami, justru memang Devano ingin berada di lantai yang ada ruangan direktur.Selain itu, Devano tidak mengira, jika petugas keamanan begitu sembrono menunjukkan lantai tempat direktur berada. Selain tempat ini adalah tempat khusus yang tidak semua orang bisa berada di sana, tapi juga menunjukkan bahwa petugas tidak memahami tentang mengamankan gedung dengan baik.Dia tidak habis pikir, meski tujuan petugas tersebut ingin membuat dia malu dan juga bisa membuat dia langsung diangkut oleh petugas kepolisian. Pada hal, jika direktur jeli, maka bukan mustahil mereka sendiri yang bisa dipecat karena teledor dengan membiarkan orang yang tidak punya kepentingan masuk ke ruang tempat pimpinan perusahaan berada."Terima kasih banyak atas informasi yang disampaikan. Aku tidak tahu akan kemana, jika tidak mengetahui hal ini.
"Saya rasa Anda terlalu berlebihan. Banyak wanita lain yang berkarier menjadi pemimpin perusahaan dan mereka lebih bagus dari pada saya," ujar Alana yang mencoba merendah. "Saya tidak sebagus yang seperti yangAnda katakan. Jadi terlalu berlebihan mengatakan hal seperti itu, Tuan Devano."Meski mengatakan hal itu dengan suara yang begitu berwibawa, tapi Alana tetap merasakan sebuah kegugupan, pada hal di awal melihat penampilan Devano, dia sama sekali tidak merasakan hal itu!"Baiklah. Apa bisa kau tunjukkan ruanganku sekarang," timpal Devano yang berpura-pura tidak memahami perubahan di raut wajah Alana.Devano tiba di sebuah ruangan yang cukup mewah. Dia tidak mengira akan mendapatkan posisi dan juga ruangan yang cukup mewah. Terlihat sekilas dari raut wajahnya yang menunjukkan bahwa dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat dan alami."Silahkan duduk di kursi Anda, Tuan Devano," ucap Alana yang membangunkan lamunan Devano sambil tersenyum, lalu menunjuk sebuah kurs
Tentu saja Alana seperti mendapatkan angin segar. Dia sama sekali tidak mengira, jika Devano sebagai pemilik yang baru Perusahaan Horizon Solution ingin menyingkirkan seseorang mitra bisnis yang selama ini sangat dia benci dan tidak sukai.Selain sikap yang arogan, masih banyak jejak yang buruk yang da lihat selama ini. Tentu saja sekarang adalah saat yang tepat karena dia sudah mendapatkan izin dari pria yang merupakan pemiliki baru dari Horizon Solution, maka tidak ada yang perlu dia takutkan lagi.Namun, Alana tentu saja bukan seorang sembrono. Dia perlu pertimbangan dan juga kehati-hatian. Dia segera menekan nomor Sebastian. Dia tentu saja harus berkonsultasi dengan lelaki yang sudah menjadi seperti ayahnya sendiri."Ada apa, Alana?" tanya Sebastian setelah mengangkat panggilan."Tuan, Saya sudah bertemu dengan Tuan Devano. Dia sekarang sudah berada di kantor."Mendengar informasi yang disampaikan oleh Alana, senyum Sebastian keluar begitu lebar. Akhirnya cucu dari Bos Besar sudah
Di dalam lift kemarahan Handerson seperti ingin meledak. Darahnya naik ke atas kepala sekaan ingin memanaskan apa pun yang ada di atasnya. "Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa CEO yang baru memutuskan hubungan kerja sama dengan perusahaan kita?" gerutu Handerson yang masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.Tentu saja Handerson merasa tidak nyaman dengan hasil keputusan ini. Sembilan puluh persen pendapatan bisnisnya berasal dari Horizon Solution. Dengan berakhirnya kerja sama, maka secara otomatis semua yang dia dapatkan selama ini akan lenyap begitu saja.Dia tentu saja tidak bisa terima dengan kenyataan buruk ini. Dia berteriak keras di dalam lift, "Aku akan menemui kakek dan menanyakan secara langsung kepadanya, siapa CEO yang baru. Aku ingin memastikan CEO atau pun Alana berakhir dengan menyedihkan. Aku akan membuat keduanya menjadi gembel yang menyedihkan."Lift masih sengaja dibiarkan terbuka oleh Kamila. Dia juga masih belum terima dengan apa yang baru saja ter
Sementara itu di ruangan Alana, Devano terlihat sangat senang. Dia mengakui keberanian dan juga ketegasan yang dimiliki oleh Alana. Dia tersenyum sangat puas, "Alana, aku mengakui cara kerjamu. Aku melihat bahwa kau memang cocok menjadi seorang wakil direktur. Aku akan mempertimbangkan untuk memberi tambahan gaji kepada dirimu. Terima kasih dan kerja bagus!"Alana terkejut dengan sikap yang ditunjukkan Devano. Dia tahu bahwa dibalik sikap culun tersebut, tersimpan sebuah kemampuan yang sangat luar biasa.Dia pun akhirnya berkata, "Terima kasih Tuan Devano."Devano mengangguk dan berkata lebih lanjut, "Aku mau kau mengumumkan tiga pengumuman.""Baik, silahkan disampaikan Tuan Devano. Saya siap mendengarkan!""Pertama, aku ingin kau menyampaikan tentang perubahan susunan kepemilikian Horizon Solution, termasuk perubahan jajaran direktur yang menjabat. Aku ingin kau juga bisa memberikan beberapa nama yang bisa diusulkan. Meski begitu, kau tetap harus menjaga identitasku. Biarkan mereka
Tentu saja tindakan polisi yang membiarkan Devano bisa pergi begitu saja tidak selesai begitu saja. Petugas keamanan masih menunjukkan ketidaksukaan kepada dirinya. Meski sang penjaga tidak mampu berbuat apa-apa, tapi mesti begitu, sang penjaga keamanan tersebut menyimpan dendam tersendiri kepada Devano dan juga wanita yang sudah berani ikut campur.Seorang lelaki berusia sekitar lima puluh tahun memasuki kantor polisi. Dia diberi tahu bahwa putrinya ikut dibawa ke kantor polisi."Safira, apa kau baik-baik saja?" tanya lelaki tersebut sambil mendekati sosok wanita yang membantu Devano."Aku tidak apa-apa, Ayah. Kebetulan membantu seseorang yang dianiayah oleh penjaga keamanan ini!"Penjaga keamanan tersebut tidak sama sekali menggubris, dia langsung keluar dari kantor polisi begitu saja."Siapa pemuda ini?" tanya ayahnya Safira sambil menatap dengan penuh kecurigaan.Wajar saja, jika ayah Safira mencurigai Devano. Pakaian lusuh tersebut membuatnya menjadi curiga. Dia tentu saja sangat
Udara malam berhembus pelan, meski dinginnya malam tidak terlalu seperti selama ini. Maklum sudah mulai musim hujan yang membuat udara tidak terlalu dingin. Tidak seperti biasanya, di kediaman Nyonya Amoro Sukoco ramai didatangi oleh semua anggota keluarga. Hal ini juga dengan kedua orang tua Safira bersama dengan dirinya. Jika bukan dipaksa oleh ayahnya, dia sama sekali tidak menyukai acara kumpul seperti ini, karena bisa menjadi ajang bulli terhadap ibunya.Malam mulai terlihat makin gelap, terlihat semua anggota keluarga Sukoco sudah datang di ruang keluarga. Mereka semua hadir untuk memenuhi undangan kepala keluarga, yaitu Amoro Sukoco, karena suaminya sudah lama meninggal dunia. Secara otomatis kepala keluarga jatuh kepada dirinya.Selain itu, mereka juga semua tahu bahwa pertemuan kali ini membahas banyak proyek, yang pada akhirnya adalah peluang untuk mendapatkan uang lebih banyak untuk keluarga kecil mereka masing-masing.Ketika Handerson masuk dan duduk di dekat Nenek Amora,
Hati dan perasaan Carlos begitu tidak tenang, tapi dia hanya bisa terdiam saja.Tentu saja keputusan yang diberikan oleh Nyonya Amora adalah sebuah tekanan tersendiri bagi Carlos, mau tidak mau dia harus mendapatkan proyek tersebut, jika ingin tetap berada di puncak kekuasaan.Meskipun dia tahu bahwa posisi tersebut tidak mudah untuk didapatkan karena mendapatkan proyek di perusahaan Horizon Solution bukanlah sebuah hal yang mudah untuk siapa pun.Nyonya Amora sendiri menyadari bahwa mendapatkan sebuah kontrak kerja sama dengan Horizon Solution tidak mudah. Bahkan, jika dirinya sendiri yang menemui Winoto, maka belum tentu dia berhasil mendapatkan kontrak kerja sama tersebut.Kembali ruangan menjadi hening. Seakan semuanya sedang berpikir tentang tawaran yang diberikan oleh Nyonya Amora.Kemudian Nyonya Amora menoleh dan melihat ke arah Axton. "Axton, kau baru saja berkata bahwa selama ini tidak pernah diberikan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan dirimu, maka sekarang aku memberik