Mendengar tantangan yang diberikan oleh Safira, Handerson langsung mengatupkan kedua gerahamnya karena menahan amarah. "Baik. Kita bertaruh! Apa kau pikir aku takut dengan tantangan seperti ini? Kamu ingin bertaruh apa? Cepat katakan!"Safira berkata dengan datar, "Jika ayahku berhasil, maka kau akan memberikan penghormatan kepada ayahku dengan bersujud di kakinya dan tidak pernah lagi menghina dirinya. Begitu juga sebaliknya, jika tidak berhasil, maka aku akan sujud di kakimu. Bagaimana?"Handerson tertawa dengan suara penuh cibiran."Kamu sepertinya sedang menggali kuburan sendiri. Baiklah aku setuju dengan satu tambahan karena kau mewakili ayahmu. Jika ayahmu tidak berhasil, maka kau harus menerima apa pun permintaan yang aku berikan!"Tanpa berpikir panjang, Safira langsung setuju dengan syarat tambahan tersebut. Sebaliknya Axton merasa tidak berdaya dengan apa yang baru saja dilakukan oleh putrinya tersebut. Dia merasa bahwa apa yang dikatakan Handerson adalah sebuah kebenaran ya
Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam, pada saat Devano tiba di rumah panti asuhan yang sudah hampir ambruk itu.Tiba-tiba dia dikejutkan oleh beberapa orang yang sedang menunggu dirinya."Bagaimana? Apa ayah angkatmu sudah memberikan surat rumah serta tanda tangan persetujuan untuk menyerahkan rumah ini?"Sambil mengusap wajahnya, Devano berkata dengan lantang, "Aku sudah mengatakan kepada kalian sebelumnya bahwa rumah ini tidak akan dijual. Justru rumah ini akan diperbaiki dan juga dioperasikan kembali, jadi kalian lebih baik pulang dan mencari tempat yang lain saja!"Lelaki berkepala plontos yang terkenal sebagai kepala preman di daerah tersebut langsung berdiri.Raut wajah yang penuh dengan bekas luka yang menandakan bahwa dia memang sudah biasa terlibat dengan beragam kekerasan.Banyak julukan yang diberikan kepada lelaki ini. Si muka parut, si seram gelondongan, dan berbagai julukan lainnya. Dia sudah beberapa kali masuk penjara karena membunuh, tapi seperti yang terlihat, dia t
Devano menarik napas secara per lahan. Dia tahu betul bahwa rumah ini memang sudah tidak layak untuk ditempati. Jika dibiarkan akan membuat masalah bagi siapa pun yang tinggal di dalamnya. Dia merasa bahwa tawaran yang diberikan Sebastian bukan sebuah tawaran yang salah. Membiarkan tinggal di sebuah rumah yang nyaris ambruk, sementara dia bisa memilih tinggal di tempat yang lebih layak. Tidak hanya itu, dia juga mampu untuk memperbaiki rumah tersebut menjadi tempat yang layak untuk ditempati. Sungguh aneh, jika Devano tidak mau melakukan hal itu.Akhirnya Devano berkata, "Selama kau tidak mengubah bentuk rumahnya, maka aku tidak keberatan dilakukan perbaikan.""Apa Tuan Muda punya gambar rumah ini sebelumnya?""Itu!" ujar Devano sambil menunjukkan sebuah fhoto yang ada di belakang Sebastian."Baiklah kalau begitu, rumah ini dalam waktu satu minggu akan kembali berbentuk seperti itu, tapi dengan kondisi yang lebih baik dan layak untuk ditempati.""Waktu sudah malam dan aku sangat menga
Devano sama sekali tidak mengira akan mendapatkan kamar termewah yang ada di Hotel Mambo Kemilau. Devano sengaja langsung mandi dan masih menggunakan handuk hotel, dia duduk di atas ranjang hotel.Sepertinya kehidupan orang kaya memang berbeda dengan orang yang tidak punya apa-apa. Segalanya terasa begitu mudah. Di mana pun berada selalu dihormati. Mau melakukan apa pun bisa, sangat berbeda dengan yang dahulu dia alami. Selalu mendapatkan penghinaan dan tatapan mencibir.Beruntung ayah angkatnya sangat memperhatikan pendidikan dan juga pengembangan mentalnya selama ini. Dia boleh saja serba kekurangan, tapi tidak boleh rendah diri atau pun takut menghadapi siapa pun.Devano akhirnya berhasil menyelesaikan kuliah di jurusan manajemen dan mendapatkan ijazah S1 dengan nilai yang sangat memuaskan. Dia cukup bahagia dengan semua pencapain tersebut.Namun, baru saja lulus dan mendapatkan ijazah, ayah angkatnya mendapatkan musibah. Dia sama sekali tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak
Selesai mendengar perkataan yang disampaikan oleh pihak Horizon Solution, beberapa orang sudah meninggalkan lobi gedung, beberapa yang lain masih berusaha untuk bertemu, tapi semua mendapatkan jawaban yang sama. Mereka diminta untuk meletakan proposal di box yang tersedia, kemudian menunggu pemberitahuan melalui telpon untuk presentasi di depan direksi Horizon Solution."Sekarang bagaimana, Nak?" tanya Axton dengan perasaan kecewa."Ayah bisa mencoba untuk bertanya kepada receptionis untuk meminta bantuan memberi tahu Bu Alana bahwa kita perwakilan Mega Rejeki ingin bertemu dengannya. Siapa tahu dia berkenan bertemu dengan kita, ayah?" ujar Safira memberi saran kepada ayahnya. "Aku akan ke kamar mandi terlebih dahulu, nanti aku akan menyusul ayah."Axton mengangguk dengan saran yang disampaikan oleh Safira. Sementara Safira menuju ke toilet, dia berjalan mendekati meja receptionis yang sudah mulai terlihat sepi."Ada yang bisa kami bantu?" tanya receptionis dengan ramah, setelah melih
"Sepertinya ayahku masuk ke rumah sakit, jadi aku akan menyusulnya. Maaf tidak bisa menemanimu makan," ucap Safira menyampaikan alasan dia tidak bisa makan bersama."Kita sama-sama saja ke rumah sakit. Kebetulan ayah angkatku juga sedang dirawat, jadi kita bersama saja pergi ke sana. Sekarang tidak ada salahnya kita makan terlebih dahulu."Akhirnya Safira tidak bisa menolak lagi, dia setuju mengikuti Devano menuju ke sebuah warung makan yang ada di pinggir jalan.Warung tersebut hanya menjual mie dan di sebelahnya ada yang menjual beragam jenis minuman. Safira sama sekali tidak mengira, jika di tempat seperti ini masih ada orang yang berdagang mie."Kita akan makan di sini, kau jangan khawatir, semua makanan di sini enak dan juga bersih," ucap Devano sambil mengajak Safira masuk ke dalam warung yang hanya ditutupi terpal.Safira hanya tersenyum dan menganggukan kepala."Pak, pesan dua mie ayam, sekalian minumnya es kelapa muda. Kau mau minum apa?""Samakan saja.""Bu, jadi pesan dua m
"Kamu tidak boleh berkata seperti itu, Safira. Kamu tahu bahwa keluarga kita sangat memandang bobot seseorang. Memang benar semua yang sebutkan itu tidak menjamin kebahagian, tapi apa kamu yakin bisa hidup bahagia, jika menikah dengan orang yang tidak punya apa-apa. Justru nanti, kamu akan hidup dalam penderitaan karena tidak memiliki apa-apa, jadi kamu harus mendengarkan apa yang dikatakan ayah dan ibu!" tambah Nesya dengan suara sedikit geram."Kebetulan ayah tadi bertemu dengan Om Hendra, dia adalah rekan bisnis ayah. Dia memiliki seorang putra yang kebetulan baru saja lulus kuliah S2 di luar negeri. Namanya Gavin, sekarang anaknya Om Hendra bersiap menggantikan ayahnya, menurutku kamu sangat cocok dengannya!" ucap Axton sambil tersenyum menatap ke arah Safira."Ayah. Aku tidak mau dijodohkan dengan siapa pun. Jaman sekarang tidak ada lagi perjodohan. Pokoknya, aku tidak mau."Tanpa menghiraukan perkataan Safira, Axton kembali berkata."Kebetulan besok sore dia akan bermain ke ruma
Mendengar apa yang diminta oleh Safira langsung membuat Devano atau pun Sebastian cukup terkejut. Hal yang sangat jelas terlihat di raut wajah Sebastian. Dia sama sekali tidak mengerti, mengapa seorang wanita meminta bantuan sesuatu yang sangat aneh kepada Tuan Mudanya."Apa kamu sudah gila? Aku tidak mungkin melakukan sesuatu yang tidak mungkin seperti itu. Jadi aku tidak bisa!" jawab Devano kemudian."Tolonglah. Aku tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa lagi," ucap Safira sedikit memelas."Apa yang sebenarnya terjadi dengan dirimu?" tanya Devano dengan mengerutkan keningnya."Sebaiknya Nona duduk dahulu," ucap Sebastian sambil memberikan sebuah kursi kepada Safira."Terima kasih," ucap Safira sambil menerima kursi dan duduk di atasnya."Sekarang Nona bisa menceritakan mengapa tiba-tiba meminta sesuatu yang tidak mudah diterima oleh seseorang, kecuali dia adalah pacar ....""Tidak, dia bukan pacarku. Kami baru berkenalan beberapa hari yang lalu," potong Devano dengan cepat.Di