Mendengar apa yang diminta oleh Safira langsung membuat Devano atau pun Sebastian cukup terkejut. Hal yang sangat jelas terlihat di raut wajah Sebastian. Dia sama sekali tidak mengerti, mengapa seorang wanita meminta bantuan sesuatu yang sangat aneh kepada Tuan Mudanya."Apa kamu sudah gila? Aku tidak mungkin melakukan sesuatu yang tidak mungkin seperti itu. Jadi aku tidak bisa!" jawab Devano kemudian."Tolonglah. Aku tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa lagi," ucap Safira sedikit memelas."Apa yang sebenarnya terjadi dengan dirimu?" tanya Devano dengan mengerutkan keningnya."Sebaiknya Nona duduk dahulu," ucap Sebastian sambil memberikan sebuah kursi kepada Safira."Terima kasih," ucap Safira sambil menerima kursi dan duduk di atasnya."Sekarang Nona bisa menceritakan mengapa tiba-tiba meminta sesuatu yang tidak mudah diterima oleh seseorang, kecuali dia adalah pacar ....""Tidak, dia bukan pacarku. Kami baru berkenalan beberapa hari yang lalu," potong Devano dengan cepat.Di
Waktu menunjukkan pukul lima lewat lima puluh menit. Keluarga besar Sukoco sudah hadir termasuk Axton bersama dengan istri dan juga putri satu-satunya yang mereka miliki, yaitu Safira.Malam ini Safira menggunakan gaun yang sangat cantik dan menawan. Gaun berwarna putih dengan beberapa hiasan bunga membuat lelaki mana pun, pasti akan tertarik.Belum lagi senyum yang dilepaskan oleh wanita berusai dua puluh dua tahun itu mampu menyihir setiap mata yang memandangnya.Jangankan lelaki di luar sana, Handerson yang sudah biasa melihat Safira menjadi gugup tak jelas. Dia tidak mampu memungkiri bahwa rasa sukanya menjadi bertambah lebih besar malam ini. Tidak ada yang lebih indah dari pada menikmati kecantikan Safira.Kamila juga merasakan perasaan cemburu yang begitu besar, karena sepupunya tersebut mampu menyihir semua mata yang ada di dalam ruangan tersebut.Pada saat mereka sedang bercengkrama seperti biasa, lalu seorang tamu yang sudah mereka tunggu masuk ke dalam ruangan. Dia adalah He
Safira yang memang sudah bertekat dan juga memang dia yang meminta Devano melakukan semua itu, dia berdiri dan menatap ke arah ayahnya. "Aku ingin mengatakan bahwa apa yang dikatakan pria tersebut adalah sebuah kebenaran. Sekarang aku sudah hamil!" Plak! Sebuah tamparan mendarat dengan begitu keras di wajah Safira. "Ayah sangat kecewa denganmu. Kamu sangat memalukan," ucap Axton dengan suara bergetar. Dia tentu saja kecewa dengan apa yang baru saja terjadi. Ketika mengetahui hal ini, maka secara tidak langsung tidak hanya mendapatkan malu, tapi juga kehilangan kesempatan mendapatkan proyek dari Horizon Solution. Hendra yang melihat situasi seperti itu cukup terkejut. Dia sama sekali tidak akan rela anaknya menikah dengan seorang penzina. Dia sama sekali tidak pernah berpikir seperti itu. "Ayah, aku tidak apa-apa menikahinya, meski dia sudah hamil sekali pun," bisik Gavin kepada ayahnya. "Tidak. Aku tidak mau mempermalukan keluarga kita dengan memiliki menantu bejat seperti diri
Safira sendiri tidak mengira bahwa dia harus menghadapi kenyataan harus benar-benar menikah dengan Devano.Sebuah skanerio yang ingin melepaskan diri dari Gavin, justru membuat dirinya harus benar-benar menikah dengan Devano.Belum lagi kabar tentang kehamilannya sudah menyebar di seluruh kenalan Axton. Bahkan beberapa ada yang menghubungi dirinya dan mengatakan bahwa dia adalah seorang ayah yang tidak becus dan tidak layak untuk berbisnis dengan mereka.Sepertinya Carlos benar-benar memanfaatkan kesalahan saudaranya itu untuk membuat dia sama sekali tidak mendapatkan lagi posisi di Keluarga Sukuco.Pagi itu, beberapa kali Axton berteriak dengan kemarahan di rumahnya. Dia masih belum terima apa yang sedang terjadi, sementara Safira sendiri masih kebingungan antara mengaku jujur bahwa dia tidak hamil dan juga semua yang dia lakukan hanya untuk menghindari pernikahan dengan Gavin atau dia tetap melanjutkan sandiwara dengan resiko akan menikah dengan Devano.Sungguh sebuah situasi yang s
"Mengapa kamu baru menelponku sekarang?" tanya Devano dengan suara tidak sabar."Maaf. Aku sama sekali tidak mengira bahwa semuanya akan menjadi seperti ini. Aku sama sekali tidak pernah berpikir bahwa aksi kita semalam bisa sampai sejauh ini.""Sekarang bagaimana? Apa kamu mau aku tidak datang?""Jangan. Jika sampai tidak terjadi pernikahan hari ini, maka kedua orang tuaku akan sangat malu. Pernikahan harus tetap terjadi," ucap Safira. "Namun, kamu jangan terlalu khawatir, pernikahan ini tidak sebenarnya. Kita bisa mengakhirinya kapan pun!""Baiklah," ucap Devano dengan polosnya."Sampai bertemu di kantor pengadilan jam sepuluh!" ucap Safira yang kemudian menutup panggilan.Sementara itu, di hotel tempat Devano menginap. Dia sudah bersama dengan Sebastian.Devano langsung menghubungi lelaki tersebut, begitu terjadi sebuah peristiwa yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya."Apa Tuan Muda yakin akan menikah dengan wanita tersebut?""Mengapa?""Menikah bukan sebuah permainan.
Pada saat ini.Devano mengikuti Safira menuju ke kediaman Axton, yang sekarang sudah menjadi mertuanya.Selama perjalanan, Safira masih saja diam seribu bahasa, hal ini juga dilakukan oleh Axton dan istrinya, Nesya.Mereka seakan sedang berkelana dengan pikiran masing-masing. Sebuah situasi yang canggung dan juga membingungkan.Mobil tiba di rumah Safira, ini pertama kali buat Devano tiba di sebuah rumah yang bukan miliknya, selain dahulu berada di rumah yatim piatu yang dimiliki oleh ayah angkatnya."Duduklah!" perintah Axton kepada Devano.Dengan perasaan masih tidak percaya, Safira menatap lelaki yang sekarang sudah menjadi suaminya tersebut."Sekarang kamu adalah bagian dari keluarga ini. Kamu mendengar sendiri bahwa aku dan anakku Safira telah diusir dari Keluarga Sukoco. Secara tidak langsung kami tidak memiliki apa-apa lagi. Jadi kamu harus bekerja untuk menghidupi kami semua!"Tentu saja perkataan tersebut sengaja disampaikan oleh Axton untuk memberi tahu Devano bahwa hidup ti
Nampkanya semua masih bingung harus mengikuti atau tetap menunggu di tempat duduknya.Akhirnya Devano memutuskan untuk menemani istri dan ibu mertuanya menuju ke ruangan sang dokter."Saya harus memberi tahu bahwa Pak Axton harus dilakukan operasi, karena pembuluh yang menuju ke jantung Devanotersumbat. Jika diijinkan, maka kami akan melakukabn proses operasi Bypass jantung hari ini juga," ujar sang dokter yang langsung membuat Safira serta ibunya menjadi lemas.Mereka tidak hanya takut akan tingkat keberhasilan dari operasi tersebut cukup rendah, tapi juga biaya yang dikeluarkan juga cukup besar."Berapa biaya yang harus kami keluarkan?" tanya Nesya dengan suara penuh kekhawatiran."Sekitar enam milliar."Jawaban yang sungguh membuat perasaan Safira dan ibunya menjadi terkejut sekaligus syok. Mereka memang menduga bahwa biaya yang akan dikeluarkan tidak sedikit, tapi tidak setinggi itu juga.Selama pembicaraan, Devano sama sekali tidak berbicara. Dia hanya memperhatikan pembicaraan a
Seminggu kemudian ayah angkat Devano masih berada di rumah sakit, sementara Axton sudah bisa diperbolehkan pulang.Devano sengaja meminta Sebastian mencarikan rumah yang tidak terlalu besar, tapi tetap layak untuk ditempati, akhirnya dia diberikan sebuah rumah dengan tiga kamar tidur.Tentu dibandingkan rumah yang ditempati oleh Axton sebelumnya rumah tersebut masih jauh dari kata besar. Sebagai sarana transpotasi, Devano tidak membeli mobil, melainkan sengaja menggunakan taxi. Dia tidak mau terlihat kaya di hadapan mertua dan istrinya. Dia ingin mereka melihat kondisi apa adanya.Bagaimana pun, dia percaya dengan Safira, tapi dia masih ragu dengan sikap kedua orang tuanya, khususnya ayahnya Safira, Axton.Dia tidak mau jiwa serakah yang selama ini dimiliki oleh keluarga Sukoco masih tersisa di dalam diri ayah mertuanya tersebut.Sementara itu, petugas keamanan yang pernah menipu dan menindas dirinya, sudah dibereskan oleh Sebastian melalui Alana.Devano juga sudah rutin datang ke kan
Safira duduk di ruang tamu besar rumah keluarganya, mengamati ornamen-ornamen mewah yang menghiasi sekelilingnya. Dia adalah wanita muda berusia tiga puluhan, dengan rambut hitam panjang yang selalu rapi disanggul. Matanya yang tajam dan ekspresinya yang tenang menunjukkan kecerdasan dan ketegasan. Di hadapannya, duduk neneknya, seorang wanita tua dengan rambut putih yang terurai lembut. Neneknya, meskipun tampak lemah, memiliki aura otoritas yang tidak bisa diabaikan."Safira, sayang, nenek ingin membicarakan sesuatu yang penting," kata Ny. Amora dengan suara lembut namun tegas. Safira mengangguk, siap mendengarkan. "Perusahaan keluarga kita, Mega Rejeki, baru saja mengalami perubahan besar."Safira mengerutkan kening, merasa ada yang aneh. "Perubahan apa, Nek?""Nenek sudah menjual sebagian besar saham perusahaan kepada seseorang yang nenek percayai," jawab Ny. Amora, matanya bersinar dengan kilau yang tidak bisa dijelaskan.Safira terkejut. "Kenapa, Nek? Bukankah kita selalu menjag
Berita tentang perpindahan Perusahaan Mega Rejeki kepada pemilik baru langsung membuat semua orang menjadi terkejut. Banyak orang bertanya tentang kebenaran dan juga penyebab semua terjadi. Hal ini membuat banyak orang berspekulasi bahwa keluarga Amora sudah bangkrut. Bahkan ada yang berani memprediksi bahwa keluarga Amora akan menjadi gelandangan.Sungguh sebuah isu yang sama sekali tidak mengenakan telinga buat Amora dan keluarganya. Meski sudah berusaha menahan semua isu tersebut, tetap saja semua berjalan tanpa bisa terkendali sama sekali.Berita ini juga memberikan cerita bahwa pemilik baru masih sangat muda dan tentu saja sangat kaya. Hal ini membuat banyak orang kaya berharap bisa menjalin hubungan dengannya. Meski begitu, rahasia tentang siapa pria tersebut masih belum terbuka sama sekali.Melihat situasi yang seperti ini, banyak berharap bahwa mereka juga bisa menjalin hubungan bisnis dengan Perusahaan Mega Rejeki. Sebelumnya mereka enggan bekerja sama karena perusahaan terse
Mendengar tidak ada pilihan lain, kecuali menerima tawaran seorang investor, Amora hanya bisa menarik napas pendek. Dia tahu bahwa ada kemungkinan dia akan kehilangan posisi. Sebagai pemegang saham minoritas, maka tidak ada jalan lain, kecuali ikut dengan pemilik yang terbanyak. Tidak ada yang bisa dilakukan akan hal itu."Baiklah. Aku setuju dengan semua yang kau tawarkan. Apa prosesnya bisa dilakukan sekarang juga?" tekanan yang diberikan Bank Nagara membuat Amora sama sekali tidak bisa memilih. Dia pasti lebih baik menjual delapan puluh persen saham, dari pada dia harus kehilangan perusahaan secara penuh. Setidaknya dengan kehilangan delapan puluh persen saham, dia masih mempunyai kesempatan di masa yang akan datang.Amora duduk di kursi kantor yang empuk dengan perasaan campur aduk. Ruangan meeting yang mewah dengan dinding kaca yang memberikan nuansa kehebatan di masa lalu, terasa begitu menyesakkan hari ini. Di hadapannya terhampar berkas-berkas transaksi yang harus ia selesaika
Amora sama sekali tidak mampu berkata apa-apa. Dia sendiri baru saat ini tahu akan keuangan yang sebenarnya. Selama ini, dia hanya terpaku pada laporan keuangan yang selalu dibuat baik-baik saja oleh Carlos. Sekarang dia sudah tahu, tapi semua itu sudah terlambat sama sekali."Emang kita masih punya cadangan seberapa besar lagi?" tanya Amora dengan tatapan penuh kebingungan kepada manejer keuangan.Dengan suara terbata-bata, sang manejer keuangan menjawab, "Maaf Bu Amora. Pada saat ini, uang yang ada di rekening sudah tidak mungkin untuk kita pakai lagi.""Maksudmu?" tanya Amora dengan tatapan tajam, "jelaskan apa maksudmu bahwa uang di rekening sudah tidak bisa digunakan lagi?""Uangnya sudah habis. Pada saat ini, kita sudah sama sekali tidak bisa melakukan pembayaran hutang. Bahkan untuk biaya operasional saja, kita sudah tidak mampu lagi!""Apa?" ucap Amora dengan suara tertahan. "Berapa saham kita yang bisa dijual untuk menutup itu semua?""Sebelumnya saya menghitung sekitar empat
Amora memang tidak tahu harus berbuat apa. Dia sama sekali tidak mengira, jika kleputusan yang sulit harus dia ambil. Sungguh bukan sesuatu yang mudah, tapi pada saat ini, dia harus melakukannya. "Bu, apa ada cara lain yang bisa kita lakukan?""Apa kau mau menjual semua hartamu untuk digunakan membayar semua hutang jatuh tempoh?" tanya Amora kepada Carlos yang memang selama ini lebih dipercaya dari pada anak sulungnya.Carlos tentu saja langsung terdiam setelah mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya. Dia tidak mau membuat sesuatu hal yang sangat merugikan. Dia memang tidak mau membuat Perusahaan Mega Rejeki diambil orang lain, tapi dia tidak mau sama sekali berkorban untuk perusahaan tersebut menggunakan hartanya.Pada saat semuanya masih terdiam dengan pikiran masing-masing, terdengar pintu dibuka dari luar. Seorang wanita yang merupakan asisten pribada Amora masuk dan mendekat."Maaf, Bu. di luar ada perwakilan dari Bank Nagara. Mereka mau bertemu dengan ibu terkait hutang jatuh
Amora memandang ke arah semua orang. Dia sama sekali tidak mengira, jika semua ini terjadi hanya karena ulah dari Handerson yang merupakan cucu kesayangannya. Dia selama ini selalu berusahaan mendapatkan sebuah kesenangan dan keuntungan, tapi kini, semua itu terasa lenyap di tangannya.Amora menekan telpon untuk menghubungi Handerson. Dia tidak bisa menerima berita begitu saja, kecuali langsung mendengar dari yang bersangkutan.Ketika telpon tersambung, Amora masih menahan kemarahannya. Dia bertanya dengan suara yang lembut dan tidak terlihat sedang menahan sebuah kemarahan sama sekali."Handerson, apa yang terjadi dengan Horizon solution? Aku baru saja mendengar bahwa kau bersikap tidak sopan yang membuat CEO yang baru di Horizon solution tersinggung dan memutus semua kontrak kerja sama kita. Sebenarnya siapa yang telah kau hina dan remehkan?"Handerson langsung terkejut mendengar pertanyaan nenek mertuanya tersebut. Dia sama sekali tidak mengira akan diberi pertanyaan seperti ini. D
"Apa kau bisa melakukan proses akuisisi tanpa diketahui oleh nenek dari istriku? Berapa lama dan berapa besar uang dibutuhkan?" tanya Devano kepada Sebastian.Meski dia sudah menetapkan waktu selama dua bulan, tapi tetap saja, dia ingin mendengar pendapat yang ada di kepala orang kepercayaan dari kakeknya tersebut."Aku sama sekali tidak mau membuat kau terpaksa melakukan semua ini. Aku tahu bahwa tidak semua orang memiliki pemikiran yang sama, tapi pada saat ini, aku ingin tahu tanggapan darimu, jika memang kau tetap tidak mau melakukan, maka aku akan mencari jalan yang lain!"Kembali Devano berkata untuk menekankan bahwa dia sama sekali tidak sedang bermain-main.Sebastian sendiri memahami bahwa Tuan Mudanya sedang menjalan misi pertama setelah beberapa tahun menjadi orang biasa. Dia tentu saja akan mendukung apa pun keputusan tersebut, meski tidak masuk akal sekali pun. Uang yang akan digunakan untuk mengakuisisi Perusahaan Mega Rejeki tidak terlalu besar buat keluarga kakek Devano
"Mengapa Anda ingin mengakuisisi Perusahaan Mega Rejeki? Apa semua ini karena dendam Anda, Tuan?"Sebastian bertanya seperti itu bukan tanpa maksud. Dia sebagai pembisnis sangat menghindari melakukan keputusan bisnis karena dendam atau kemarahan. Bisa banyak cara yang dilakukan untuk membalas dendam, tapi tentu saja tidak dengan mengorbankan diri untuk masuk ke dalam sebuah bisnis yang sudah pati akan merugi.Sebastian sudah tahu akan rencana Devano dari apa yang dikatakan oleh Alana. Alana juga sudah menyampaikan pendapatnya. Dia tidak mau Devano tetap melanjutkan proses akuisisi yang sangat tidak masuk akal."Apa kalian tidak mendukung aku untuk mengambil Perusahaan Mega Rejeki? Apa kalian menganggap apa yang aku lakukan ini sebuah kekonyolan dan juga karena dendam? Apa itu yang ada di pikiran kalian? Katakan saja, jika kalian tidak mau membantu. Aku sama sekali tidak memaksa kalian untuk ikut dengan apa yang aku rencanakan.""Tentu saja bukan itu yang saya maksudkan, Tuan. Saya aka
"Kalian akan menyesali karena sudah berani mengindahkan dan menghina diriku, Tunggu saja!" ancam Handerson dengan suara berapi-api."Kau tidak sama sekali belajar dari pengalaman. Apa kau tidak sadar bahwa hukuman telah datang bertubi-tubi kepada dirimu. Apa kehilangan proyek di Perusahaan Horizon Solution tidak juga memberikan sebuah pembelajaran kepada dirimu? Sangat disayangkan."Mendengar hal itu, Handerson cukup terkejut, tapi dia langsung sadar bahwa semua informasi itu bisa saja diceritakan oleh Safira. Dia dengan raut wajah kesal kembali bertanya untuk mengalihkan pembicaraan, "Untuk apa kau datang ke gedung ini?"Devano berkata dengan sangat santai, "Aku ingin mencari pekerjaan. Siapa tahu di kantor ini mau menerima diriku.""Mencari pekerjaan?" Handerson dan istrinya langsung mencibir dengan sorot mata penuh penghinaan. "Apa kau yakin pemilik perusahaan ini akan menerima orang seperti dirimu. Akan lebih baik, kau menjadi pengemis saja di jalanan. Jangan permalukan dirimu. Aku