"Kamu tidak boleh berkata seperti itu, Safira. Kamu tahu bahwa keluarga kita sangat memandang bobot seseorang. Memang benar semua yang sebutkan itu tidak menjamin kebahagian, tapi apa kamu yakin bisa hidup bahagia, jika menikah dengan orang yang tidak punya apa-apa. Justru nanti, kamu akan hidup dalam penderitaan karena tidak memiliki apa-apa, jadi kamu harus mendengarkan apa yang dikatakan ayah dan ibu!" tambah Nesya dengan suara sedikit geram."Kebetulan ayah tadi bertemu dengan Om Hendra, dia adalah rekan bisnis ayah. Dia memiliki seorang putra yang kebetulan baru saja lulus kuliah S2 di luar negeri. Namanya Gavin, sekarang anaknya Om Hendra bersiap menggantikan ayahnya, menurutku kamu sangat cocok dengannya!" ucap Axton sambil tersenyum menatap ke arah Safira."Ayah. Aku tidak mau dijodohkan dengan siapa pun. Jaman sekarang tidak ada lagi perjodohan. Pokoknya, aku tidak mau."Tanpa menghiraukan perkataan Safira, Axton kembali berkata."Kebetulan besok sore dia akan bermain ke ruma
Mendengar apa yang diminta oleh Safira langsung membuat Devano atau pun Sebastian cukup terkejut. Hal yang sangat jelas terlihat di raut wajah Sebastian. Dia sama sekali tidak mengerti, mengapa seorang wanita meminta bantuan sesuatu yang sangat aneh kepada Tuan Mudanya."Apa kamu sudah gila? Aku tidak mungkin melakukan sesuatu yang tidak mungkin seperti itu. Jadi aku tidak bisa!" jawab Devano kemudian."Tolonglah. Aku tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa lagi," ucap Safira sedikit memelas."Apa yang sebenarnya terjadi dengan dirimu?" tanya Devano dengan mengerutkan keningnya."Sebaiknya Nona duduk dahulu," ucap Sebastian sambil memberikan sebuah kursi kepada Safira."Terima kasih," ucap Safira sambil menerima kursi dan duduk di atasnya."Sekarang Nona bisa menceritakan mengapa tiba-tiba meminta sesuatu yang tidak mudah diterima oleh seseorang, kecuali dia adalah pacar ....""Tidak, dia bukan pacarku. Kami baru berkenalan beberapa hari yang lalu," potong Devano dengan cepat.Di
Waktu menunjukkan pukul lima lewat lima puluh menit. Keluarga besar Sukoco sudah hadir termasuk Axton bersama dengan istri dan juga putri satu-satunya yang mereka miliki, yaitu Safira.Malam ini Safira menggunakan gaun yang sangat cantik dan menawan. Gaun berwarna putih dengan beberapa hiasan bunga membuat lelaki mana pun, pasti akan tertarik.Belum lagi senyum yang dilepaskan oleh wanita berusai dua puluh dua tahun itu mampu menyihir setiap mata yang memandangnya.Jangankan lelaki di luar sana, Handerson yang sudah biasa melihat Safira menjadi gugup tak jelas. Dia tidak mampu memungkiri bahwa rasa sukanya menjadi bertambah lebih besar malam ini. Tidak ada yang lebih indah dari pada menikmati kecantikan Safira.Kamila juga merasakan perasaan cemburu yang begitu besar, karena sepupunya tersebut mampu menyihir semua mata yang ada di dalam ruangan tersebut.Pada saat mereka sedang bercengkrama seperti biasa, lalu seorang tamu yang sudah mereka tunggu masuk ke dalam ruangan. Dia adalah He
Safira yang memang sudah bertekat dan juga memang dia yang meminta Devano melakukan semua itu, dia berdiri dan menatap ke arah ayahnya. "Aku ingin mengatakan bahwa apa yang dikatakan pria tersebut adalah sebuah kebenaran. Sekarang aku sudah hamil!" Plak! Sebuah tamparan mendarat dengan begitu keras di wajah Safira. "Ayah sangat kecewa denganmu. Kamu sangat memalukan," ucap Axton dengan suara bergetar. Dia tentu saja kecewa dengan apa yang baru saja terjadi. Ketika mengetahui hal ini, maka secara tidak langsung tidak hanya mendapatkan malu, tapi juga kehilangan kesempatan mendapatkan proyek dari Horizon Solution. Hendra yang melihat situasi seperti itu cukup terkejut. Dia sama sekali tidak akan rela anaknya menikah dengan seorang penzina. Dia sama sekali tidak pernah berpikir seperti itu. "Ayah, aku tidak apa-apa menikahinya, meski dia sudah hamil sekali pun," bisik Gavin kepada ayahnya. "Tidak. Aku tidak mau mempermalukan keluarga kita dengan memiliki menantu bejat seperti diri
Safira sendiri tidak mengira bahwa dia harus menghadapi kenyataan harus benar-benar menikah dengan Devano.Sebuah skanerio yang ingin melepaskan diri dari Gavin, justru membuat dirinya harus benar-benar menikah dengan Devano.Belum lagi kabar tentang kehamilannya sudah menyebar di seluruh kenalan Axton. Bahkan beberapa ada yang menghubungi dirinya dan mengatakan bahwa dia adalah seorang ayah yang tidak becus dan tidak layak untuk berbisnis dengan mereka.Sepertinya Carlos benar-benar memanfaatkan kesalahan saudaranya itu untuk membuat dia sama sekali tidak mendapatkan lagi posisi di Keluarga Sukuco.Pagi itu, beberapa kali Axton berteriak dengan kemarahan di rumahnya. Dia masih belum terima apa yang sedang terjadi, sementara Safira sendiri masih kebingungan antara mengaku jujur bahwa dia tidak hamil dan juga semua yang dia lakukan hanya untuk menghindari pernikahan dengan Gavin atau dia tetap melanjutkan sandiwara dengan resiko akan menikah dengan Devano.Sungguh sebuah situasi yang s
"Mengapa kamu baru menelponku sekarang?" tanya Devano dengan suara tidak sabar."Maaf. Aku sama sekali tidak mengira bahwa semuanya akan menjadi seperti ini. Aku sama sekali tidak pernah berpikir bahwa aksi kita semalam bisa sampai sejauh ini.""Sekarang bagaimana? Apa kamu mau aku tidak datang?""Jangan. Jika sampai tidak terjadi pernikahan hari ini, maka kedua orang tuaku akan sangat malu. Pernikahan harus tetap terjadi," ucap Safira. "Namun, kamu jangan terlalu khawatir, pernikahan ini tidak sebenarnya. Kita bisa mengakhirinya kapan pun!""Baiklah," ucap Devano dengan polosnya."Sampai bertemu di kantor pengadilan jam sepuluh!" ucap Safira yang kemudian menutup panggilan.Sementara itu, di hotel tempat Devano menginap. Dia sudah bersama dengan Sebastian.Devano langsung menghubungi lelaki tersebut, begitu terjadi sebuah peristiwa yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya."Apa Tuan Muda yakin akan menikah dengan wanita tersebut?""Mengapa?""Menikah bukan sebuah permainan.
Pada saat ini.Devano mengikuti Safira menuju ke kediaman Axton, yang sekarang sudah menjadi mertuanya.Selama perjalanan, Safira masih saja diam seribu bahasa, hal ini juga dilakukan oleh Axton dan istrinya, Nesya.Mereka seakan sedang berkelana dengan pikiran masing-masing. Sebuah situasi yang canggung dan juga membingungkan.Mobil tiba di rumah Safira, ini pertama kali buat Devano tiba di sebuah rumah yang bukan miliknya, selain dahulu berada di rumah yatim piatu yang dimiliki oleh ayah angkatnya."Duduklah!" perintah Axton kepada Devano.Dengan perasaan masih tidak percaya, Safira menatap lelaki yang sekarang sudah menjadi suaminya tersebut."Sekarang kamu adalah bagian dari keluarga ini. Kamu mendengar sendiri bahwa aku dan anakku Safira telah diusir dari Keluarga Sukoco. Secara tidak langsung kami tidak memiliki apa-apa lagi. Jadi kamu harus bekerja untuk menghidupi kami semua!"Tentu saja perkataan tersebut sengaja disampaikan oleh Axton untuk memberi tahu Devano bahwa hidup ti
Nampkanya semua masih bingung harus mengikuti atau tetap menunggu di tempat duduknya.Akhirnya Devano memutuskan untuk menemani istri dan ibu mertuanya menuju ke ruangan sang dokter."Saya harus memberi tahu bahwa Pak Axton harus dilakukan operasi, karena pembuluh yang menuju ke jantung Devanotersumbat. Jika diijinkan, maka kami akan melakukabn proses operasi Bypass jantung hari ini juga," ujar sang dokter yang langsung membuat Safira serta ibunya menjadi lemas.Mereka tidak hanya takut akan tingkat keberhasilan dari operasi tersebut cukup rendah, tapi juga biaya yang dikeluarkan juga cukup besar."Berapa biaya yang harus kami keluarkan?" tanya Nesya dengan suara penuh kekhawatiran."Sekitar enam milliar."Jawaban yang sungguh membuat perasaan Safira dan ibunya menjadi terkejut sekaligus syok. Mereka memang menduga bahwa biaya yang akan dikeluarkan tidak sedikit, tapi tidak setinggi itu juga.Selama pembicaraan, Devano sama sekali tidak berbicara. Dia hanya memperhatikan pembicaraan a