Para siswa Bratajaya hanya diuji mengisi kitab dan tanya jawab, sederhananya adalah menghafal buku.Makin banyak buku yang dihafal seseorang, maka dia makin hebat.Oleh karena itu, selama sepuluh hari Arjuna bersekolah, dia mendengarkan buku-buku yang telah dilafalkan oleh para pelajar di sekolah selama sepuluh hari.Arjuna memiliki ingatan yang cukup baik. Dia menghafal semua buku yang telah dibaca oleh para pelajar. Dia juga menghafal semua buku yang belum dibaca oleh para pelajar, yaitu buku-buku yang dibelinya dari toko buku.Karena kurangnya pria dan pasukan di perbatasan selama beberapa tahun terakhir, Kaisar Kerajaan Bratajaya memerintahkan pengurangan jumlah pelajar dalam ujian kekaisaran.Setelah menerima perintah tersebut, menteri pendidik mulai secara drastis meningkatkan kesulitan ujian kekaisaran, yaitu soalnya menjadi makin rumit dan tidak jelas.Jumlah kitab yang harus dihafal para pelajar kini belasan kali lipat dari jumlah sebelumnya.Daya ingat manusia terbatas, mayor
"Arjuna, Desa Kenari ada di depan."Arjuna mendongak, lalu dia melihat sebuah desa yang luasnya dua kali lipat dari Desa Embun.Rumah-rumah bata relatif sedikit di Desa Embun, tetapi rumah-rumah tersebut ada di mana-mana di Desa Kurnia. Hal ini menunjukkan bahwa Desa Kurnia tidak hanya lebih besar dari Desa Embun, tetapi juga jauh lebih kaya daripada Desa Embun.Di depan Desa Kurnia terdapat sebuah lapangan datar yang luas.Arjuna memandang sebidang tanah yang luas itu dengan iri.Dengan tanah yang begitu luas, bagaimana mungkin tidak kaya?Saat berbelok memasuki desa, Arjuna jelas merasakan tubuh Bulan sedikit gemetar."Tante, jangan takut, ada aku."Bulan berbalik, menatap pemuda yang berdiri di belakangnya.Pria muda ini bukan lagi pria tak terurus yang dilihatnya setengah tahun lalu.Sekarang dia berdiri tegak, matanya cerah, dia teguh dan kuat, juga tampak berwibawa.Bulan tersenyum tenang. "Ada Arjuna, Tante tidak takut.""Ayo kita masuk ke desa."...Tidak jauh di belakang Arjun
"Kamu juga menyuruhnya mendorong kereta itu ke dalam parit."Pria tua itu terkejut lagi, pikirannya menjadi makin yakin.Dia tidak boleh melewatkan pemuda ini."Kamu memang bukan orang biasa.""Apa?" Bulan lebih terkejut lagi. "Kalian sengaja mendorong keretanya ke dalam parit?"Pria tua itu tersenyum malu. "Kami memang sengaja.""Kenapa begitu? Omong-omong, kenapa kalian mengikuti kami?" Bulan tampak bingung."Ka ... kami ...." Pria tua itu agak gagap.Pelayan yang berdiri di samping lelaki tua itu merasa telinganya bermasalah.Kalau tidak, mengapa dia mendengar tuannya gagap?Bisa-bisanya tuannya gagap, padahal tuannya adalah ...."Kami tersesat."Lelaki tua itu masih gagap sehingga pelayannya tidak dapat menahan diri untuk tidak menjawab dulu."Ya, ya!" Lelaki tua itu mengangguk berulang kali. "Kami tersesat, jadi kami mengikutimu sepanjang jalan. Melihat kalian akan masuk ke dalam desa, aku pun berpikir untuk mendorong keretaku ke parit. Setelah kamu membantu, aku akan memberimu ha
"Kamu bisa bicara atau tidak?" Sang pria tua menendang pelayannya.Pelayan itu menyentuh pantatnya yang sakit sambil bergumam, "Memang benar, apakah aku salah bicara?""Harus diikuti seketat ini. Kalau dia hilang, ke mana aku harus mencarinya?"Pria tua itu mengabaikan pelayannya. Dia mengangkat tirai kereta, melihat Arjuna yang berjalan ke dalam Kediaman Kosasih...."Tuan, Nyonya, Tuan Muda."Begitu Arjuna dan Bulan melangkah ke dalam Kediaman Kosasih, pelayan Keluarga Kosasih berlari ke aula utama untuk melapor."Nyonya Muda kembali!""Dia sudah kembali?" Kurnia yang sedang makan kacang mendongak. "Dia mencuri barang di rumah dan masih berani kembali?""Baguslah dia kembali, kita tidak perlu repot-repot mengantar surat cerai kepadanya." Ucapan Neha sama jahatnya dengan ekspresinya."Apakah dia kembali sendirian?" Nada bicara Susanto, kepala Keluarga Kosasih, relatif tenang."Ada seorang pemuda berusia sekitar dua puluh tahun kembali bersamanya.""Shaka?"Susanto, si rubah tua, mulai
Awalnya, Salma merasa sedikit kecewa ketika dia mendengar pelayan mengatakan bahwa seorang pemuda menemani Bulan kembali.Karena Salma mengira itu Shaka. Salma sangat licik, dia tahu bahwa Susanto sangat memandang penting Shaka dan akan menghargai Shaka.Melihat orang yang datang adalah Arjuna, bukan Shaka, Salma sangat senang.Bulan, Bulan, kamu benar-benar bodoh. Kamu pikir dengan membawa seorang pecundang kembali, dia bisa mendukungmu? Lucu sekali.'"Kakak, kenapa kamu masih berdiri di sana? Kalau kamu tidak pergi sekarang, pakaian hari ini tidak bisa kering."Selir yang bersikap kurang ajar terhadap istri sah merupakan suatu pemberontakan besar.Namun, Neha malah pura-pura tidak melihatnya. Dia harus mempertahankan citra dasar sebagai ibu mertua, lebih baik biarkan orang lain yang melakukan hal jahat."Apakah kamu tuli, tidak mendengar? Cepat pergi cuci ....""Persetan denganmu!"Arjuna dengan cepat melangkah maju, mengambil cangkir teh yang ada di samping Kurnia, kemudian menghant
Di dalam aula Kediaman Kosasih."Aduh, aduh!"Para pengawal Keluarga Kosasih ada yang tergeletak, berjongkok, membungkuk atau merangkak di lantai, merintih kesakitan.Para pengawal yang tumbang itu memiliki memar di wajah mereka, sedangkan penampilan sama seperti saat dia baru masuk ke Kediaman Kosasih. Rambutnya masih rapi, napas juga stabil.Arjuna menatap para pengawal dengan dingin. "Masih ada yang mau maju?"Para pengawal itu menutupi wajah mereka dan menundukkan kepala. Mereka takut menarik perhatian Arjuna. Beberapa bahkan mulai merangkak keluar."Apa yang kalian lakukan? Apakah Keluarga Kosasih membayar mahal kalian untuk kepengecutan kalian? Cepat berdiri dan hajar dia!"Kurnia menyentuh kepalanya yang dihantam Arjuna sembari berteriak kepada para pengawal.Akan tetapi, makin dia berteriak, makin cepat pula para pengawal merangkak pergi.Susanto yang berada di luar aula juga berusaha menghentikan mereka, tetapi tidak berhasil. Mereka benar-benar takut dipukuli.Setiap gerakan
Ayah mertua, ibu mertua dan suaminya terus meminta maaf, tetapi Bulan tidak mengatakan apa-apa.Selama ini, dia sudah cukup memahami karakter mereka.Tidak ada seorang pun dari Keluarga Kosasih, dari muda hingga tua, yang dapat dipercaya.Sebagai pria tua yang licik, Susanto tentu bisa menebak kekhawatiran Bulan."Bulan, aku akan meminta Kurnia menulis surat jaminan untukmu. Bukan hanya Kurnia, aku dan ibu mertuamu juga akan menulisnya. Kami berjanji bahwa Keluarga Kosasih akan memperlakukanmu dan keluargamu seperti keluarga sendiri.""Tuan!""Ayah!"Neha dan Kurnia menatap Susanto secara bersamaan. Mereka tidak setuju dengan usulan Susanto.Memperlakukan Bulan seorang dengan baik sudah cukup, untuk apa membawa-bawa keluarganya?Terutama Arjuna yang ada di depan mereka ini.Dia miskin dan malas, pecundang total. Kelak dia pasti akan bergantung pada keluarganya.Susanto lanjut berbicara seolah dia tidak mendengar protes dari istri dan anaknya. Kali ini dia berbicara kepada Arjuna. "Sura
"Cepat! Kalau tidak, tidak keburu lagi."Melihat Arjuna tampak acuh tak acuh, Bulan pun cemas."Lari? Haha!"Kurnia tertawa terbahak-bahak. "Apakah menurutmu dia masih bisa lari?""Bawa beberapa teko kemari!"Dia akan memukul Arjuna dengan cara yang sama seperti Arjuna memukulnya tadi. Bahkan menggandakannya.Dia akan menyiksa Arjuna sedikit demi sedikit. Tidak akan membiarkannya mati begitu saja."Tante, jangan takut."Melihat Bulan begitu panik, Arjuna pun menghiburnya."Tante tidak takut, tapi Tante tidak ingin melibatkanmu. Mereka pasti sudah memanggil sekretaris daerah kemari. Sekretaris daerah adalah saudaranya Kurnia. Tadi kamu memukulnya ...."Pada saat ini, Bulan membenci dirinya sendiri. Jika kemarin dia tidak ragu-ragu, melainkan melompat ke jurang dengan cepat, masalah hari ini tidak akan terjadi."Sekretaris daerah?""Ya, dia adalah pamanku."Orang yang menjawab pertanyaan Arjuna adalah Kurnia. Wajahnya berlumuran darah, dia tampak sangat ganas. "Berlututlah dan mohon pada
Setelah bertengkar selama dua hari, Arga dan Danis tiba-tiba berdamai. Sebelum meninggalkan Kabupaten Damai, mereka masing-masing mencarikan lima tabib untuk Arjuna dan Alsava bersaudari.Awalnya Alsava bersaudari tidak tahu untuk apa tabib datang. Ketika mereka melihat sepuluh tabib mengelilingi Arjuna, mereka mengira Arjuna sakit parah.Daisha sempat meneteskan banyak air mata.Arjuna sangat marah hingga dia mengumpat, kemudian meminta Arga dan Danis untuk membawa pergi para tabib itu.Arga dan Danis mematuhi Arjuna untuk segala hal kecuali hal ini.Setelah sepuluh tabib mengatakan bahwa Arjuna dan Alsava bersaudari dalam keadaan sehat, dapat memiliki anak, kedua lelaki tua itu merasa lega.Mereka benar-benar lega, jika tidak ....Arjuna berdiri dengan linglung di depan gudang tempat keluarganya biasa menyimpan gandum selama tidak kurang dari lima menit.Kedua lelaki tua ini benar-benar tidak membiarkannya hidup tenang bahkan setelah mereka pergi."Arjuna, ternyata kamu di sini. Aku
"Yang Mulia Mois, bolehkah aku tahu dekrit yang dikeluarkan Yang Mulia Kaisar?"Tamael juga bertanya pada Mois dengan rasa ingin tahu."Tidak masalah. Tidak masalah juga kalau kamu mengetahuinya. Lagi pula, pengumuman daerah akan segera diumumkan. Dekrit kekaisaran itu sungguh ...."Mois menyerahkan salinan tulisan tangan dekrit kekaisaran kepada Tamael."Tidak adil. Bagaimana boleh Yang Mulia mengeluarkan dekrit seperti ini? Tidak adil bagi banyak orang, terutama bagi Arjuna. Benar-benar tidak adil."Setelah membaca isi dekrit kekaisaran, Tamael tidak dapat menerimanya dan merasa marah.Isi dari dekrit yang tidak bisa diterima Tamael dan membuatnya marah kira-kira sebagai berikut.Pada semua ujian daerah dan nasional di Bratajaya, prioritas akan diberikan kepada siswa yang memiliki anak laki-laki. Pelajar yang belum melahirkan anak boleh mengikuti ujian daerah dan nasional, tetapi tidak boleh mengikuti ujian perguruan tinggi.Dengan kata lain, Arjuna yang saat ini tidak mempunyai anak
"Yang Mulia sekalian, mohon berhenti sebentar." Arjuna mendatangi Danis dan Arga dengan membawa dekrit kekaisaran."Ada apa? Apakah kamu tidak melihat bahwa kami sedang sibuk?"Danis yang pemarah mengira itu adalah salah satu dari bawahan mereka, jadi dia berteriak marah.Dia sungguh kesal. Karena gangguan yang tiba-tiba ini, Arga melemparkan segenggam lumpur ke wajahnya.Dia telah bertarung dengan Arga selama dua hari, ini adalah pertama kalinya dia berhasil diserang oleh Arga. Bagaimana mungkin dia tidak marah?"Arjuna, dia memarahi kamu, jadi jangan ikuti dia ke Pasukan Serigala."Orang pertama yang mengetahui bahwa itu adalah Arjuna adalah Arga. Dia sangat senang melihat Danis memarahi Arjuna."Baiklah, aku akan mendengarkan Perdana Menteri. Aku tidak akan pergi ke Pasukan Serigala," sahut Arjuna sembari tersenyum.Danis meminta maaf kepada Arjuna dengan panik. "Oh, Arjuna, aku salah, aku salah. Aku tidak bermaksud begitu, aku tidak tahu kalau kamu yang datang.""Omong kosong! Arju
Kali ini Arga tidak berkunjung secara diam-diam, identitas Danis juga telah terungkap. Arjuna adalah seorang pelajar biasa, tetapi dia dilindungi oleh tiga lapis perlindungan.Mois, yang melihat pemandangan ini untuk pertama kalinya pun menarik napas dalam-dalam.Ngomong-ngomong, jika bukan karena Arjuna, Mois mungkin tidak akan pernah melihat pemandangan seperti itu sepanjang hidupnya.Arjuna benar-benar pembawa keberuntungan bagi dirinya dan Eshan.Mois merapikan seragamnya, kemudian bertanya kepada orang di sekitarnya. Setelah dia yakin penampilannya sudah rapi, dia baru berani melangkah ke dalam rumah Arjuna.Saat masuk ke halaman, Mois tidak melihat Arga dan Danis, tetapi hanya melihat Arjuna yang duduk di paviliun, minum teh sembari membaca buku.Mois berlari mendekat.Melihat Mois, Arjuna berdiri untuk memberi hormat."Jangan, jangan!" Mois segera menghentikannya.Dia menjadi kepala daerah berkat Arjuna. Jika bukan karena ada para pembantu dan penjaga, dia ingin memberi hormat p
"Kalian pegawai negeri memegang pulpen seharian, begitu kecil dan pendek. Huh, pantas saja bagian itu kalian juga begitu kecil dan ....""Danis, kamu ... apa gunanya itu? Bukankah kamu tetap tidak memiliki anak perempuan?""Arga, kamu sombong mentang-mentang punya anak laki-laki."Danis melempar sebuah batu ke arah Arga."Dasar pria tua biadab, Danis! Bisa-bisanya kamu melempar barang!"Arga juga melemparkan batu tinta ke Danis.Keduanya saling adu mulut hingga saling melempar barang.Semua orang di sekitar Danis dan Arga tercengang, tetapi tidak ada yang berani melangkah maju untuk menghentikan mereka.Arjuna merasa tidak berdaya saat melihat dua lelaki tua itu berkelahi, melempar barang seperti anak kecil.Jika Raka tidak berlutut tadi, dia tidak akan percaya bahwa kedua lelaki tua ini adalah dua orang berkuasa di pengadilan istana.Setelah melempar barang-barang yang ada pada tubuh mereka, mereka mulai melempar perabotan rumah."Pak Tua, kalau kalian berani melempar perabotan rumahk
"Hormat kepada Perdana Menteri Kiri."Melihat lelaki tua itu, Raka segera berlutut.Pria tua itu mengabaikan Raka, berjalan cepat menuju Arjuna. Di tengah jalan, Danis berteriak padanya. "Arga, kenapa kamu ada di sini, tidak berada di pemerintah pengadilan?"Danis begitu marah. Jika pak tua ini tidak muncul, Arjuna pasti sudah menyetujuinya."Kalau aku tidak kemari, orangku sudah mau direbut pergi!"Saat berbicara, Arga sudah datang ke depan Arjuna. Dia menatap Arjuna dengan penuh semangat. "Arjuna, apakah kamu merindukanku? Aku sangat merindukanmu."Setelah kembali ke ibu kota dari Kabupaten Damai, Arga merasa bahwa hari berjalan dengan lambat. Dia menghitung hari, menantikan ujian perguruan tinggi.Hanya tersisa sekitar sebulan lebih, atau tiga puluh delapan hari, antara ujian nasional dan ujian perguruan tinggi. Akan tetapi, Arga merasa bahwa tiga puluh delapan hari ini sama panjangnya dengan tiga ratus delapan puluh hari.Karena khawatir terjadi sesuatu pada ujian perguruan tinggi,
Makin Danis berbicara, makin menyedihkan suaranya, makin keras dia menangis.Arjuna merasa tidak enak ketika mendengarnya. "Jangan menangis, Pak Tua. Bagaimana mungkin kamu punya ahli waris? Ada begitu banyak jenderal berbakat di Pasukan Serigala.""Banyak? Banyak dari mana? Mereka memang jago bertarung dan membunuh musuh. Tapi kalau soal taktik, mereka semua bodoh."Meskipun kata-kata Danis dilebih-lebihkan, para jenderal yang ganas dalam pasukannya memang kalah Arjuna.Saat Arjuna bilang tidak mau ikut dengannya, Danis benar-benar menangis. Namun setelahnya, dia hanya untuk menipu Arjuna.Alasan dia bisa sampai ke posisi sekarang, selain karena dia petarung yang handal, dia juga cukup tidak tahu malu.Dia meminta Pedang Sakti Penstabil Negara dari mendiang kaisar sebelumnya dengan tidak tahu malu."Bagaimana dengan Raka?" Arjuna menunjuk Raka yang berdiri di samping Danis. "Menurutku dia bagus. Dia pintar dan loyal padamu, sangat cocok menjadi penerusmu."Danis menyeka air matanya, k
Danis mengayunkan pedang di tangannya kemudian berkata, "Arjuna, apa pendapatmu tentang pedangku ini?"Tatapan Arjuna tertuju pada pedang Danis dengan tenang. "Bentuknya sangat indah, cahaya pedangnya jernih. Pedangnya tajam dan bagus. Kenapa? Marsekal mau membunuhku?""Aish!" Danis tampak tidak senang. "Arjuna, apa yang kamu bicarakan? Aku ingin memberimu pedang ini."Pada titik ini, Raka tidak dapat menahan diri lagi. Dia melangkah ke depan Arjuna kemudian berkata, "Marsekal, ini sama sekali tidak boleh.""Enyahlah!" Danis mendorong Raka menjauh. "Tidak boleh? Sejak kapan kamu yang mengajariku?"Sambil mendorong Raka, Danis memasukkan kembali pedang ke sarungnya, kemudian menyerahkannya kepada Arjuna.Arjuna melipat tangannya di depan dada, kemudian berkata dengan acuh tak acuh. "Aku tidak layak menerimanya, tidak mau.""Bam!" Raka terjatuh ke lantai."Dasar tak berguna!" Danis menendang Raka. "Keluar dari sini.""Marsekal, Anda benar-benar harus mempertimbangkannya." Raka masih belu
"Astaga." Danis begitu panik. "Arjuna, kenapa kamu tidak mau memadamkan api? Jangan menyerah, kita pasti bisa menyelamatkan beberapa buku."Arjuna menatap api yang berkobar di ruang kerja sejenak, lalu menoleh untuk menatap Danis sambil tersenyum tipis. "Bukankah Marsekal sangat jelas apakah kita bisa menyelamatkannya atau tidak?""Ba ... bagaimana mungkin aku tahu? Aku sedang tidur, kemudian menyadari bahwa ruang kerjamu kebakaran."Aneh sekali.Danis merasa bingung. Mengapa dia bisa merasa tidak tenang karena takut ketahuan?Sekalipun dia yang menyebabkan kebakaran, mengingat kepribadiannya seperti apa, bagaimana mungkin dia merasa takut? Sekarang begitu bertemu Arjuna ....Anak ini tidak hanya genius dalam menggunakan pasukan, tetapi auranya juga sangat mengintimidasi hingga menakutkan.Sebuah tatapan Arjuna dapat membuat orang lain merasa terbaca isi hatinya."Kalaupun aku membakar ruang belajar itu, lalu kenapa?"Karena tidak bisa menyembunyikannya, Danis pun mengakuinya."Kamu ya