Share

Bab 004. TENTANG DAVID

Braaghk..! "Kagghh..!"

Robert Tanujaya tewas dengan kepala pecah membentur pojokkan dinding tajam di ruang kantornya sendiri. Akibat tendangan deras bertenaga dalam dari kakak sepupunya sendiri, David Tandinata.

David Tandinata menyerang dan tak sengaja menewaskan sepupunya itu bukan tanpa alasan, karena ini berkaitan dengan kematian ayahnya Julian Tanuwijaya.

Julian Tanuwijaya adalah owner dari 'Kharisma Group', sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang retail dan properti. Perkembangan bisnisnya bahkan merambah hingga ke seluruh kota-kota besar di negeri ini.

Bisa dikatakan dia adalah salah seorang triliuner sukses di negeri ini. Namun 6 bulan yang lalu sebuah kecelakaan tragis menimpanya, hal yang mengakibatkan dirinya tewas seketika di jalan raya. Porsche macan hitam yang dikendarainya mengalami tabrakkan beruntun di jalan, tepat sebelum masuk ke jalan tol Cikampek.

Mobilnya dihantam oleh sebuah truk berkecepatan tinggi di belakangnya, sedangkan di depannya adalah sebuah truk tanki pengangkut bensin yang sedang dalam perjalanan ke sebuah SPBU.

Spontan mobil yang dikendarainya tergencet ringsek lalu terbakar, Julian Tanuwijaya bersama supir pribadinya tewas di tempat dalam kondisi hangus mengenaskan, bersama mobil yang dikendarainya.

Berita ini sempat ramai dan panas menjadi pembicaraan di media, 'Kharisma Group'pun geger dengan kematian owner mereka.

Adalah Samuel, adik ipar sang 'owner' yang menjadi orang nomor dua di 'Kharisma Group' berinisiatip mengadakan pertemuan besar, dalam tema membicarakan prospek 'Kharisma Group' ke depannya.

Hal yang dirasa agak terlalu cepat dan aneh sebenarnya, di saat 'Kharisma Group' masih dalam masa berkabung. Dan Samuel Wijaya ini adalah ayah dari Robert Tanujaya.

Adalah hal wajar David sebagai putra 'owner' berkunjung ke kantor cabang milik mendiang ayahnya, seperti halnya hari itu. David berniat berbincang dengan sepupu dekatnya itu mengenai bisnis mereka.

Sebagai sarjana ekonomi manajemen jebolan Universitas Oxford. David memang sudah dipersiapkan oleh sang ayah, untuk menjadi obor penerus pimpinan 'Kharisma Group' di masa mendatang.

Tidak itu saja, David bahkan menekuni bela diri K****u Wushu sejak dia kecil. Bela diri k****u begitu mendarah daging dalam jiwanya. Karenanya sebagai 'bibit' seorang pemimpin, David bukanlah pemimpin kaleng-kaleng. Selain smart di medan bisnis, dia juga 'tangguh' di medan pertarungan.

David berjalan menuju ruang kantor pribadi Robert tanpa hambatan. Siapa pula karyawan yang berani menanyakan atau menegur pewaris 'Kharisma Group' itu, yang pastinya akan jatuh pada David selaku putra tunggal mendiang Julian Tanuwijaya.

David baru saja membuka setengah pintu ruang kantor Robert, saat dia mendengar perbincangan yang sangat mengguncang emosi jiwanya.

"Ayah. Bukankah misi yang Ayah bebankan padaku sudah 'clear' Robert selesaikan. Paman Julian sudah mati sekarang seperti keinginan Ayah, dan supir truk yang Robert suruh juga sudah di bereskan.

Kini status Ayah akan naik di "Kharisma Group'. Robert menunggu 'hadiah' yang Ayah janjikan dulu," Robert berkata di ponselnya, sambil menatap pemandangan di luar jendela ruangannya.

Posisi Robert di kursi saat itu membelakangi pintu masuk ke ruangannya, otomatis dia tak mengetahui jika setengah pintunya telah terbuka saat itu.

Dan darah muda David pun menggelegak terbakar saat itu juga. Pekat sudah emosi dalam jiwanya 'mendengar pengakuan' jelas dari Robert yang masih sepupunya ini. Tenaga dalam yang di latihnya selama bertahun-tahun kini mengalir seketika menjalari tubuhnya,

"Bangsat kau Robert..! Kenapa kau bunuh Ayahku..!! Hiyahhh...!!"

Dan seperti terkisahkan di atas, Robert pun ambruk dengan tengkorak kepala retak berlumuran darah..!

Inilah sebuah kejadian tentang David Tandinata, seorang keturunan bermarga Tan yang terjadi 3 bulan yang lalu.

Sebuah kejadian yang akan mempertemukannya dengan seorang 'sahabat terbaik' di dalam penjara kelak!

***

Di dalam penjara kota.

Klang..!

"Masuk..!" seru sang sipir membukakan pintu sel penjara, seraya menyuruh Bara masuk ke dalamnya.

Bara pun masuk dengan wajah tenang tanpa keraguan ke dalamnya. Bara mendapati sel berukuran sekitar 2,5 m x 3 m itu sudah dihuni oleh 3 orang napi di dalamnya.

Dirasakannya pandangan penuh 'intimidasi' dari ke 3 rekan satu selnya itu pada dirinya. Namun Bara tetap tenang dalam diamnya.

"Hei kalian..! Ingat saling akurlah di situ dan jangan buat keributan..!" Klang..!

Sang sipir sejenak mengingatkan mereka untuk tenang, lalu dia pun bergegas kembali ke posko jaganya di ujung blok D.

Satu Blok terdiri dari 5 gang sel tahanan, setiap gangnya terdiri dari 30 sel dengan posisi 15 sel yang saling berhadapan sepanjang gang.

Posisi gang sel tahanan Bara adalah di gang ke 5, atau gang terakhir. Gang yang merupakan sel tahanan para pembunuh kelas teri. Karena umumnya para napi di gang 5 hanya membunuh seorang korban saja.

Oleh karenanya gang 5 di blok D kerap disebut sebagai Gang Teri, gang yang kerap mendapatkan penganiayaan dan pelecehan dari gang-gang di atasnya.

Karena hanya ada 3 sebutan di blok D untuk gang-gangnya yaitu, 'Gang Kakap' untuk gang 1, 'Gang Tengah' untuk gang 2,3 dan 4. Dan 'Gang Teri' untuk gang 5, yang kebetulan Bara berada di dalamnya.

Belum lama sang sipir meninggalkan sel mereka, ketiga napi yang tadinya seolah tak peduli kini mulai mendekat dan mengepung Bara, yang saat itu tengah duduk tenang di sudut sel.

"Heh..! Apa kasusmu..?!" seru seorang yang tubuhnya terlihat paling kekar di antara ketiga napi itu.

Pandangannya melotot tajam pada Bara. Nampak di bagian dadanya yang terbuka 3 kancing, menyembul tato kepala ular cobra hitam bermata merah.

Bara menatap tenang dan sedikit tersenyum pada orang yang bertanya kasar padanya itu. Baginya biarpun rambut orang itu terdiri dari ribuan ular cobra sekalipun, hal itu tak akan cukup membuatnya gentar.

"Aku membunuh demi kehormatan Ibuku," sahut Bara tenang.

"Ahh..! Anak yang berbhakti rupanya. Hahahaaa..!" si kekar terbahak di ikuti oleh kedua rekannya yang berbadan kurus, dan seorang lagi yang bertubuh gempal.

Bara hanya diam saja mendapat ucapan dan tawa yang bernada mengejek dari ke tiga orang ini, dia merasa malas menanggapi. Karenanya dia langsung membuka ranselnya yang sudah diperiksa oleh petugas penerima tahanan, sebelum akhirnya diperbolehkan di bawa masuk ke selnya.

Bara seolah tak melihat ketiga rekan selnya yang masih mengelilingi dirinya.

Bakhh..!

"Hei..! Aku sedang bicara denganmu, bangsat..!" si kekar memukul dinding di sisi tubuh Bara, seraya berseru memperingatkan.

"Sudahlah Jarot..! Hajar saja..! Kelamaan kau! Cemen..!!" terdengar teriakkan keras dari arah sel yang berhadapan dengan sel mereka. Sel yang hanya di pisahkan oleh jalan gang sel selebar 1,5 meter saja.

Tampak seorang napi yang bertato batik di kedua pipinya, tengah berdiri sambil memegang jeruji selnya. Pandangannya tajam ke arah mereka, dialah Paul, penguasa para napi di Gang Teri itu.

Seluruh napi penghuni Gang Teri tunduk padanya, dia memiliki kemampuan beladiri dan koneksi yang cukup kuat ke Gang Tengah.

Tanpa aba-aba lagi, ketiga napi rekan satu sel Bara langsung mengayunkan pukulan tinju mereka bersamaan ke wajah dan tubuh Bara.

Wushh..! Weshh..! Wshh..!

Sethh..!

Bara melenting bersalto secepat kilat dari posisi duduknya, dan mendarat ringan di belakang ke tiga sosok pengepungnya.

Dakhh..! Dughh..! Deghh..!

Ketiga pukulan itu terus melesat menghantam dinding sel dengan keras, akibat sosok Bara sudah tak berada lagi di tempatnya.

"Argghhhs...! Adawhhhss..!!" spontan ketiganya berteriak keras kesakitan, akibat pukulan mereka menghantam dinding sel yang keras dan tebal. Tangan mereka bertiga terasa berdenyut-denyut panas, pedih, dan perlahan membengkak biru.

"Hahhh..! Punya kemampuan..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status