Beranda / Urban / Sang KAISAR PRODEO / BAB 001. PENGORBANAN

Share

Sang KAISAR PRODEO
Sang KAISAR PRODEO
Penulis: BayS

BAB 001. PENGORBANAN

Pagi menjelang siang.

Di sebuah lapangan tenis dan badminton yang merupakan fasilitas umum bagi warga kompleks perumahan elit di bilangan Menteng, Jakarta Pusat.

Nampak seorang pemuda tengah di kelilingi oleh tiga orang yang berdiri angkuh di sekitarnya. Pemuda itu berpakaian security dan dia baru saja mengundurkan diri dari pekerjaannya, sebagai security di kompleks perumahan elit itu.

Hal ini tak lain karena dia ingin pergi sejauh mungkin dari kompleks itu. Kompleks dimana ‘mantan kekasihnya’ tinggal.

Baru saja semalam dia ‘memutuskan’ hubungan kasihnya dengan ‘Resti’, dan mengembalikan amplop coklat tebal yang diberikan ayahnya beberapa hari lalu.

Ya, Resti adalah putri jelita seorang pengusaha garment yang sukses di bilangan kota Jakarta.

Sungguh, menjalin hubungan kasih dengan Resti sama sekali bukan inisiatif Bara. Tapi berawal dari perkenalan mereka di posko masuk area kompleks, yang berlanjut pada rasa saling suka pada kepribadian masing-masing.

Sejak munculnya rasa suka itulah, Bara berusaha menghindar dan ‘membunuh’ rasa sukanya pada Resti. Namun sebaliknya, Resti malah semakin intens dan agresif mendekati dirinya.

Hingga terjadilah ‘ikrar saling mencintai’ di antara mereka, saat Resti berhasil memaksanya mengakui rasa cintanya pada Resti. Jadilah mereka menjalin kasih selama satu setengah tahun lamanya.

Keputusan untuk mengakhiri hubungannya dengan Resti sebenarnya sudah tertanam sejak lama di hati Bara, berangkat dari kesadaran dirinya yang ‘mengakui’ betapa jauh kesenjangan dirinya dengan Resti.

Dari sisi status..? Apa yang bisa di banggakannya, yang hanya berprofesi sebagai security kompleks..?!

Dari sisi penghasilan..? Berapa sih gaji seorang security yang hanya sebatas memenuhi UMR saja..! Bahkan bagi Resti mungkin itu hanya uang jajannya satu-dua hari.

Dari sisi pendidikkan..? Dia hanyalah lulusan STM, yang kebetulan punya kelebihan di bidang bela diri ajaran sang kakek.

Dari sisi tempat tinggal..? Dia hanya tinggal di sebuah kontrakkan satu petak, itu pun kadang dia nunggak sewa.

Dari sisi kendaraan..? Apalah yang bisa di banggakan, jika dia hanya mengendarai motor Win 100 keluaran tahun ‘jebot’ yang sudah usang.

Dan berbagai pertimbangan lain di benak pemuda gagah ini. Namun yang membuatnya benar-benar ‘bergerak’ memutuskan hubungannya dengan Resti, sebenarnya adalah kedatangan ayah Resti ke posko security beberapa hari yang lalu.

Tidak hanya marah-marah dan memaki dirinya tak tahu diri, bahkan Rudi Handoko juga mengancam akan mengeluarkannya dari pekerjaan sebagai security di kompleks itu.

Dan itu bukan bualan belaka, karena koneksi ayah kekasihnya ini memang sangatlah luas. Dan kata-kata terakhir dari Rudilah yang dirasanya sangat ‘menjatuhkan’ martabat diri Bara ke level terendah.

“Kau harusnya sadar diri, jika hanya ingin ‘numpang hidup’ padaku lewat putriku maka katakan saja berapa hargamu..?!

Dan jika kau masih bermimpi untuk menikah dengan Resti, maka ketahuilah Resti sudah bertunangan sejak kecil dengan Donald, putra dari relasiku di Bandung.

Jadi..! Berhentilah bermimpi dan menjauhlah dari putriku..! Atau kau akan menyesal telah lahir di dunia ini..!" Bragh..! Rudi menggebrak meja dengan sebuah amplop tebal setelah berkata-kata, lalu pergi begitu saja meninggalkannya yang terdiam di kursi posko.

Dua orang rekan securitynya yang juga berada di posko itu, Didik dan Eko hanya bisa menatap prihatin atas nasib yang menimpa rekan mereka ini. Demikianlah kata-kata dan sikap Rudi ayah kekasihnya beberapa hari lalu.

Donald baru saja mengunjungi rumah tunangannya, dan mendapati muka masam serta penolakkan dari Resti atas ajakkan-ajakkannya untuk berjalan-jalan.

Dan kesalahan terbesar Resti adalah mengatakan ‘identitas’ kekasihnya pada Donald. Dalam kegalauan dan rasa sedih akibat putusnya dia dengan kekasihnya, kata-katanya menjadi tak terkendali.

Maka saat dengan nada arogan Donald berkata,

“Resti sayang, kurang apa aku padamu? Kau minta apapun pasti akan kuberikan. Rumah mewah..? Mobil..? Perusahaan atas namamu..? Tinggal sebutkan saja keinginanmu Resti, maka kau akan tahu hanya aku yang mengerti kamu.”

Spontan Resti naik tensi mendengarnya,

“Donald..! Seujung kuku pun aku tak pernah menilai orang dari kekayaan atau statusnya..! Dan kau hanyalah seekor ‘kutu’, bila dibandingkan dengan kekasihku Mas ‘Bara Satria’..!" Brakk..! Resti berseru keras pada Donald, lalu masuk dan membanting keras pintu kamarnya.

Karuan Donald pun ‘naik tensi’nya ke level planet ‘jupiter’, dia segera beranjak dari depan kamar Resti menuju ruang tengah. Status ayahnya yang merupakan penyuplai produk ke perusahaan ayah Resti, membuatnya di bebaskan untuk bebas hilir mudik di rumah Resti. Karena ayahnya adalah bos bagi ayah Resti.

Dilihatnya Sofia, ibu Resti yang sedang asyik memposting gambar produk-produk barunya ke lingkaran grup para pelanggannya. Donald pun menghampiri Sofia,

“Maaf tante Sofia, Donald boleh tanya sesuatu sama Tante..?”

“Ohh, Donald. Tanyakan saja langsung, seperti pada siapa saja,” sahut Sofia.

“Apakah Tante mengenal ‘Bara Satria’..?” tanya Donald penasaran.

“Maksudmu Bara Satria petugas security di posko pintu masuk kompleks ini..? Tenang Donald, pemuda itu sudah tak ada hubungan lagi dengan Resti dan sebentar lagi dia akan dipecat oleh yayasannya,” sahut Sofia menenangkan, dia terkejut mendengar Donald menyebut nama itu.

“Baiklah tante Sofia, terimakasih,” Donald berkata tersenyum, namun hatinya panas luar biasa pada pemuda bernama ‘Bara Satria’.

‘Brengsek si Resti, aku dikatakan tak ada apa-apanya dibandingkan dengan seorang security kompleks..! Kurang ajar..! Akan kuhabisi pemuda kere ini..!’ Donald segera mengajak kedua pengawal setianya yang menunggu di teras.

Tanpa banyak kata mereka pun beranjak menuju posko kompleks mengendarai mobil BMW 3 Donald.

Dan tak perlu waktu lama, mereka melihat seorang security yang tengah berjalan di pinggir lapangan tenis dan badminton, tak jauh dari posko security.

“Hadang dia..! Jika nama pengenal di dadanya adalah Bara Satria, langsung giring dia masuk ke lapangan tenis yang sepi itu..!” seru Donald pada dua orang pengawalnya.

Dan ternyata memang benar, bordiran ‘Bara Satria’ jelas tertulis di bagian dada security itu sebagai pengenal. Maka tak ayal kedua pengawal itu segera memerintahkan Bara, untuk masuk ke dalam lapangan tenis.

“Kamu Bara Satria..?” tanya seorang pengawal Donald.

“Benar,” jawab Bara tegas.

“Masuklah ke lapangan tenis..! Tuan Donald ingin bicara denganmu..!”

‘Degh..!’

Hati Bara berdegup kaget, dia merasa pernah mendengar nama ini disebut oleh ayah Resti. Bara pun tanpa rasa curiga masuk ke lapangan tenis itu. Lapangan tenis yang pagarnya sengaja di tanami tanaman menjalar, sehingga orang-orang di dalamnya tak nampak dari pinggir jalan.

Donald masuk dengan angkuh dan dada membusung, dia langsung menghampiri Bara yang sudah di sana.

“Kau bernama Bara Satria..?!” seru Donald.

“Benar, kamu siapa..?” tanya balik Bara.

“Saya calon suami Resti yang akan membahagiakannya..!” Donald berseru angkuh.

“Syukurlah, kalau begitu saya ucapkan selamat dan bahagiakan dia,” Bara berucap tulus, dadanya terasa sesak dan dia hendak beranjak pergi dari situ, saat..

“Hajar dia..!!” perintah keras Donald turun pada dua pengawal setianya.

Bakhh..!! Bughh..!! Daghh..!! Paghh..!! Digghh..!!

Bara hanya diam menerima, saat pukulan dan tendangan dua pengawal Donald menerpa sekujur tubuhnya.

Darah mengalir deras dari hidung dan bibirnya yang pecah, namun tak satu pun keluhan kesakitan keluar dari mulutnya. Bathinnya bahkan merasa lebih sakit saat ini,

‘Jika memang ini hukuman atas diriku yang tak tahu diri telah berani mencintaimu, maka aku menerimanya Resti’, bathin Bara pasrah.

“Puihh..!! Cuma seorang security kampungan begini apa hebatnya..! Resti terlalu tinggi menilaimu security kere..!!” ludah Donald hinggap di dada Bara yang tengah di telikung oleh seorang pengawalnya, sementara pengawal lainnya terus menghantam tubuh Bara dengan pukulan-pukulan keras.

‘Semoga kau bahagia Resti, biarlah diriku hancur karena tak berdaya menjanjikan kebahagiaan untukmu’, bathin Bara lagi pedih. Dia sama sekali tak peduli dengan rasa sakit dan hinaan yang mendera tubuhnya.

Bara mulai merasakan pandangannya perlahan menjadi ‘gelap’, saat..

"Dasar anak wanita jalang..! Beraninya kau berpacaran dengan jodohku sejak kecil.! Lihat dirimu..!! Dari rahim kotor mana kau di lahirkan?! Dasar kasta sampah..!!" sentak Donald sangat kesal, karena tak mendengar suara mengeluh sedikitpun dari mulut Bara.

Dan itu adalah kesalahan terfatal dalam hidup Donald..!

Mata Bara yang hendak terpejam tiba-tiba berkilat bak besi membara, dia memutar tubuhnya dan membanting pengawal yang menelikungnya ke lantai semen hingga tulang punggungnya berderak remuk.

Kraghh..!!

"Harrgghs..!" seru tersedak penelikung itu, dengan darah muncrat dari mulutnya. Lalu ia pun pingsan seketika.

Wukkhh..!! KRAGHH..!!

"Hekgs!" Brugh!

Tendangan bertenaga dalam tinggi Bara Satria melesat dan menghajar patah leher Donald, sosok Donald pun langsung terhempas dan ambruk ke tanah tanpa nyawa.

Donald sang arogan, tewas..!

Dan itu hanya untuk satu kata..! Ibu..!

‘Kau boleh menginjak, menghajar bahkan membunuhku, bangsat..! Tapi jangan kau sebut dan hina Ibuku! karena Ibu adalah ‘cerita lain’ bagiku..!’ bathin Bara murka.

Ssementara seorang pengawal lagi bingung dan panik melihat tuannya tewas. Dia pun gentar melihat aksi Bara yang hanya sekali gerak mengakibatkan kematian tuannya dan juga temannya pingsan.

Dan Bara tetap tegak di sana, dengan wajah penuh darah.

Ibu ...............

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status