William yang merasa tak memiliki pilihan lain itu pun akhirnya berkata, "Yang Mulia, sebelumnya saya mohon maaf.""Pasti Anda sangat terkejut dengan kehadiran saya. Saya ... masuk ke dalam istana hanya ingin melihat keadaan putra saya yang sedang mengikuti seleksi penerimaan calon prajurit," lanjut William. Rowena mengerutkan kening, tapi masih belum berkomentar apapun."Pihak istana tidak mengizinkan para calon prajurit untuk menghubungi keluarga. Anda juga pasti tahu soal ponsel mereka yang disita. Tapi, Yang Mulia ... saya sebagai seorang ayah sangat mencemaskan keadaan putra saya, saya ingi melihat dia walaupun hanya sebentar untuk memastikan bahwa dia baik-baik saja," jelas William panjang lebar.Rowena menatap pria paruh baya itu dan memperhatikan penampilannya. Penampilannya rapi dan tidak mencurigakan. Dia terlihat seperti orang yang cukup berkelas. Oh, mungkin dia seorang pengusaha. Rowena Wellington membatin."Lalu, bagaimana kau bisa masuk ke dalam istana? Penjagaan sanga
Dua bola mata cokelat terang William Mackenzie pun seketika membulat akibat terkejut, tidak menyangka perkataan itu terucap oleh seorang putri raja yang baru dia lihat secara langsung.Vincent, sang pengawal pribadi mantan jenderal perang terhebat itu juga terlihat kaget tapi dia masih bisa mengontrol emosinya.Sementara Rowena Wellington kini menatap sang legenda dengan tatapan yang tiba-tiba menjadi berbinar penuh kekaguman. Seolah gadis muda berusia delapan belas tahun itu baru saja bertemu dengan seorang bintang yang tengah digilai oleh anak-anak muda."Yang Mulia, Anda ... tahu tentang putra saya dan saya? Tapi, bagaimana mungkin?" ujar William dengan nada sulit percaya.Rowena yang semula terlihat terbengong-bengong itu segera menyadarkan dirinya dan berdeham kecil untuk mengembalikan wibawanya sebagai seorang anggota keluarga kerajaan, "Aku sebenarnya ... aku tahu secara tidak sengaja."Kedua alis tebal William pun menyatu dan dia menyipitkan mata menatap sang putri dengan penu
Hanya dalam beberapa detik sebuah monitor besar di tengah-tengah menampilan sebuah gambar yang diperbesar hanya di bagian dua orang yang dicurigai sebagai penyusup.Andrew Reece memicing dan memeriksa gambar yang ditampilkan dengan teliti. Hanya dalam beberapa detik, raut wajahnya yang semula tidak bersahabat karena jengkel akibat dua penyusup itu kini berubah menjadi cerah."Jenderal Mackenzie," ucapnya tidak percaya.Begitu dia menyebut nama sang legenda itu, semua orang yang ada di ruang itu seketika ikut memperhatikan monitor. Salah seoran petugas yang berusia sekitar lima puluh tahun itu juga berkata, "Anda benar, Jenderal Reece. Itu benar-benar Jenderal Mackenzie.""Astaga! Dia berada di istana."Seorang menyeletuk, "Tapi, apa yang Jenderal Mackenzie sedang lakukan di istana.Andrew Reece tiba-tiba tersenyum dan berujar, "Kita akan segera tahu."Lelaki itu lalu memberi perintah, "Periksa setiap sudut istana. Temukan apa saja yang menunjukkan keberadaannya!""Baik, Jenderal Reece
Sang petugas menjawab dengan hati-hati, "Saya tidak tahu, Yang Mulia. Tuan Putri Rowena hanya berjalan menuju ke arah yang sama dan kembali ke jalan yang semula dalam beberapa menit.""Dia juga terlihat berjalan dengan menghindari jalan yang terdapat penjaga dan juga daerah dengan banyak kamera CCTV yang terpasang," jelas petugas itu lebih lanjut.Semua perkataannya itu bisa dibuktikan dengan rekaman video yang kemudian diputar.Wajah Keannu Wellington seketika memerah. Dia tidak hanya marah pada putrinya yang telah melanggar peraturan istana, tapi juga malu karena tindakan putrinya itu diketahui oleh banyak orang. Akan tetapi, Andrew Reece berkata dengan cepat, "Tuan Putri Rowena mungkin saja melihat Jendera Mackenzie, Yang Mulia.""Kita bisa bicara baik-baik dengan Putri Rowena, Yang Mulia," Greg ikut mencoba mendinginkan Keannu yang terlihat sudah marah.Keannu menoleh pada dua orang itu dan dengan berat hati menghela napas panjang. Sang raja dengan tatapan mata memerah itu lalu
Sang jenderal perang itu pun menjawab, "Sebelumnya saya mohon maaf atas kelancangan saya, tapi semua yang saya tanyakan ini sudah mendapatkan izin dari Raja Keannu."Monica mengeryit heran, semakin penasaran dibuatnya tapi dia memilih untuk mendengarkan tanpa berniat menyela. Sedangkan saat dia menoleh ke arah putrinya, dia bisa melihat bila Rowena terlihat gugup.Oh, apa yang baru saja kau lakukan, Nak? Kau tidak berbuat sesuatu yang melanggar peraturan istana kan? batin Monica."Katakan saja! Aku akan menjawabnya jika aku bisa," kata Rowena dengan nada tenang meskipun sebenarnya dia sangat gelisah."Kami menemukan rekaman kamera CCTV mengenai keberadaan Anda yang sedang menuju ke arah pintu bagian selatan. Apa yang Anda lakukan di sana, Yang Mulia?" Andrew bertanya dengan nada serius.Monica yang mendengar hal itu langsung membuka mulut, "Apa? Pintu istana selatan?""Apa yang kau lakukan di sana, Rowena?" tanya sang ratu sembari menoleh ke arah putrinya.Rowena bukan hanya terkejut,
Rowena yang masih merupakan seorang remaja belasan tahun itu pun menjawab tanpa ragu, "Sayangnya tidak, Jenderal Reece." Dia bertekad tetap mengikuti keinginan sang jenderal perang. Andrew Reece menahan napas, masih mencoba berharap meski agak semuanya itu terasa sulit, "Atau mungkin dia menyebutkan dia berada di asrama yang mana, Yang Mulia?" Rowena memasang ekspresi penuh sesal dengan sorot mata serius. "Tidak, Jenderal Reece. Dia bahkan tidak tahu di mana putranya berada. Dia belum sempat menemuinya, mungkin karena istana yang sangat luas jadi dia kesulitan menemukan putranya," jelas Rowena sembari mengendikkan bahu. Andrew pun tersenyum samar, menyembunyikan rasa kecewa yang baru saja menghantam dadanya. Jenderal Perang yang dulunya dia layani selama bertahun-tahun itu telah menginjakkan kakinya lagi ke istana, tapi bahkan dia tidak sudi memberitahunya. Apa yang salah dengan dirinya? Apa dia tidak pantas untuk diberitahu? Semua pertanyaan-pertanyaan itu tentu saja hanya b
Andrew Reece tentu saja terkejut dengan pertanyaan dari putri sulung raja itu. Tidak biasanya sang putri memikirkan masalah istana. Bahkan, bisa dikatakan Rowena Wellington tidak terlalu peduli dengan hal-hal yang berkaitan selain dengan dirinya. Tetapi, Andrew pun kini tersadar bila perubahan sang putri memang sudah terlihat sejak semalam. Tepatnya ketika Rowena ikut menyaksikan apa yang terjadi di Hutan De Frost.Apa yang sebenarnya terjadi? Andrew tak bisa menebak alasan sang putri."Ke-kenapa kau menatapku begitu?" Rowena balas menatap Andrew dengan tatapan bertahannya.Andrew menggelengkan kepala, "Mohon maaf jika saya membuat Anda tidak nyaman, Yang Mulia. Saya hanya terkejut karena Anda sekarang mulai memperhatikan masalah istana."Rowena mengedipkan mata, memutar arah pandangnya dan kini menatap ibunya yang ternyata juga sedang menatapnya."Ada apa, Ibu?" tanya Rowena, mulai agak cemas jika sikapnya malah membuat orang-orang di sekitarnya curiga.Monica membalas, "Sama seper
Riley terdiam. Diam yang diartikan oleh Greg Sehel bahwa pemuda itu tak bisa menjawab pertanyaannya. "Kalau kau memang tidak mau melawan teman-temanmu, kau bisa mengundurkan dari pencalonan prajurit baru ini," kata Greg dengan berkacak pinggang, menatap Riley dari jarak yang tentu saja agak jauh. Riley masih saja diam, sehingga Greg menambahkan, "Kalau kau masih memiliki hati yang lemah, tak seharusnya kau mencalonkan dirimu sebagai seorang prajurit." Riley yang semula menundukkan kepala itu mengangkat kepalanya lagi hanya untuk mendengarkan perkataan Greg lagi. "Bagaimana bisa kau akan melawan musuhmu jika kau bahkan tidak bisa menang dari temanmu sendiri? Padahal ini bukan perkara hidup dan mati. Hanya soal kau mengalahkan temanmu dalam sebuah kompetisi," lanjut Greg. Secara perlahan Riley mengepalkan tangan. Hatinya berkecamuk. Apa yang dikatakan oleh Greg memang benar. Hanya saja dia masih sulit menerima. Dia telah berjuang satu malam bersama dengan teman-teman satu kelompokn
James seketika menghentikan kegiatannya tapi tetap tidak menoleh ke arah Diego.Diego yang melihat gerakan berhenti James yang tiba-tiba itu seketika menampar mulutnya sendiri seakan sadar bila dia telah salah berbicara.“Ah, apa yang sudah aku katakan? Kau … tentu saja masih menganggapnya sebagai sahabat baikmu. Kalau tidak, mana mungkin kau selalu membuatkannya senjata khusus?” kata Diego dengan penuh rasa bersalah.James mendesah pelan, “Dia pasti bisa lolos tanpa ikut campur tangan dariku.”“Aku tidak yakin, James. Kalau aku yakin, aku tidak mungkin datang lagi ke sini dan memintamu kembali. Bahkan, Putri Rowena dan Pangeran Xylan ….”James mengerutkan kening dan akhirnya menoleh ke arah Diego, “Ada apa dengan mereka?”“Putri Rowena secara khusus mendatangiku saat aku baru saja tiba di istana. Dia memintaku untuk mencari tahu keberadaanmu, James. Pangeran Xylan juga mend
“Jenderal, kita sudah terkepung.”Seorang prajurit dengan luka tembak di kaki menyeret dirinya untuk berjalan menuju ke tempat di mana sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou sedang mempersiapkan senjatanya.Prajurit yang terseok-seok ketika berjalan itu sudah tidak mengenakan pelindung kepala dan juga pelindung badannya yang lain. Hal itu membuat sang jenderal perang mendelik marah kepadanya, “Apa yang kau sudah lakukan? Di mana semua pelindungmu?”Sang prajurit dari kelas satu itu hanya bisa meringis menahan sakit dan menjawab, “Tidak bisa digunakan lagi, terlalu banyak luka tembakan.”Riley Mackenzie membelalakkan mata dan seketika melepas kacamata pelindung yang melindungi matanya.Pria muda itu sontak berjongkok dan melihat luka Benedict Arkitson yang ternyata sangat parah. Tidak hanya kakinya saja yang tertembak, tapi bagian perut kirinya rupanya juga terluka parah. Di samping itu, Riley melihat banyak luka lain yang tidak terhitung jumlahnya. “Tetaplah di sini! Staf medis a
Dear, ReadersIni Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 2 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuat buku ini dengan sepenuh hati.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Selanjutnya, saya akan membuat season 3 dari buku ini, tapi Season 3 ini akan menjadi buku dengan tokoh utama “James Gardner.”Semoga Anda semua akan menyukainya.Salam hangat selaluZila Aicha
Orang-orang pun berniat mendekati Riley, hendak membantunya. Akan tetapi, ketika mereka melihat James Gardner yang bergerak mendekati Riley, mereka pun hanya bisa diam di tempat mereka.James dengan cepat menangkap tubuh Riley yang terhuyung-huyung seolah tidak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri.James mendesah pelan, “Apa yang kau sedang lakukan?”“Mencegahmu pergi,” jawab Riley dengan lemah.James membuang napas dengan kasar dan memapah Riley yang ternyata masih begitu lemah.“Kau tidak perlu membuang-buang waktu dan tenagamu,” kata James.“Mengapa? Kau tidak harus pergi, James. Kau-”“Ini sudah keputusanku,” potong James cepat.Riley menggelengkan kepala, menatap pemuda yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya itu. “Kau tidak bersalah. Akulah yang brengsek karena ingin mempertahankan sebagai sahabatku.”“Senang sekali kau mengakuinya,” balas James yang kemudian diiringi senyuman samar.“Jika ada yang harus pergi dari sini, maka akulah orangnya, bukan kau,” kata Riley.Ja
Rowena mengangguk lemah, sementara keempat prajurit yang juga berada di dalam ruang rawat itu langsung saling lempar pandang. Riley sendiri butuh beberapa waktu untuk memproses informasi tersebut.Namun, Reiner langsung bertanya, “Yang Mulia, lalu … di mana wakil jenderal perang berada sekarang?”Rowena menoleh dengan cepat, “Aku tidak tahu. Aku … hanya mendengar berita itu dari pelayan istana, baru saja. Mungkin … dia sudah kembali ke asrama atau-”“Terima kasih, Yang Mulia,” Reiner memotong ucapan Rowena dengan cepat akibat terlalu panik.Setelah itu Reiner langsung memberi penghormatan pada sang putri raja dan cepat-cepat meninggalkan area tersebut bersama dengan Diego.Ben juga berujar, “Riley, aku ke sana dulu. Nanti aku … akan ke sini lagi.”Alen ikut mengangguk, “Jangan khawatir! Kami akan langsung memberitahumu bila kami sudah tahu apa yang sedang terjadi.”Riley hanya bisa menatap kepergian teman-temannya dengan tatapan penuh kebingungan.Tinggalah hanya Rowena yang berada d
Awalnya Riley sangat ingin memaksa James untuk menjawab perkataannya, namun dia tidak lagi melakukannya saat dia akhirnya memahami James mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri.Dia pun menghela napas pelan, “Aku akan bicara lagi dengannya nanti.”Sementara itu, di luar ruang Riley, semua orang yang merupakan teman baik dari kedua anak muda yang sedang memiliki masalah yang cukup rumit itu sontak menatap James dengan tatapan penuh tanya.Ketika Alen dan Ben hanya diam saja lantaran tidak berani bertanya, Diego dengan santai bertanya, “Kau … sudah berbicara dengan Riley?”James mengangguk.“Lalu … bagaimana?” Reiner bertanya dengan nada was-was.James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan hanya berkata, “Aku akan kembali ke asrama dulu.”Shin yang mendengar hal itu menggigit bibir dan membalas, “Aku akan menemanimu.”James tidak menolak dan membiarkan Shin ikut bersamanya, sementara Diego dan Reiner tetap di sana.Setelah James dan Shin tidak terlihat lagi di sana, Alen memutuskan masuk
James tertawa penuh kecewa ketika dia melihat Riley hanya diam sajaRiley sontak menatapnya tanpa kata.“Kenapa? Apa kau … jangan-jangan memang tidak pernah memiliki niat sekalipun untuk memberitahu masalah itu kepadaku?” James berkata dengan nada tajam.Riley membuka mulut tapi ternyata tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut Riley.James semakin kesal melihatnya, “Ah, jadi begitu. Aku mengerti sekarang.”James manggut-manggut dan melangkah mundur, membuat Riley terkejut.“James, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan,” kata Riley pada akhirnya bisa membalas ucapan James.James menggelengkan kepala.“Kau memangnya tahu apa yang sedang aku pikirkan, Riley?” James berkata dengan nada sinis.Pemuda itu tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kecewanya yang sangat besar, “Kau tidak tahu, Riley. Tapi … aku bisa tahu apa yang sedang kau pikirkan.”“James, aku … tahu aku sudah bersalah kepadamu. Tapi, tolong mengertilah! Posisiku sangat sulit. Aku tidak ingin kau … membenciku
Shin dan Reiner seketika saling melempar pandang, seakan sama-sama bingung harus meninggalkan area itu sesuai permintaan James atau tidak.Akan tetapi, alasan mereka ragu-ragu tentu saja bukan karena mereka berdua khawatir bahwa James akan menyakiti Riley. Justru keduanya lebih mengkhawatirkan James.Sayangnya, James yang tidak mendapatkan jawaban dari dua orang temannya itu sontak menoleh dengan kening berkerut, “Kenapa? Apa kalian berdua tidak percaya padaku?”“Kalian … berpikir aku akan berbuat hal yang … sampai menyakiti Riley? Apa seperti itu?” James menambahkan dengan raut wajah sedih.Shin cepat-cepat menoleh ke arah James, “Tentu saja tidak. Kau tidak akan melakukan hal seburuk itu.”“Jangan salah paham, James! Justru kami … hanya sangat khawatir terhadapmu,” Reiner berujar pelan.James terkejut dan ketika dia menatap kedua temannya itu secara bergantian, dia langsung tahu bahwa kedua teman baiknya itu sama sekali tidak sedang berbohong.Pemuda itu memejamkan matanya dan langs
Ben sontak menundukkan kepala.James pun seketika memejamkan matanya, benar-benar tidak mempercayai sebuah kenyataan yang menyakitkan telah menamparnya.Sementara Shin menatap temannya itu dengan pandangan penuh kekecewaan.Dia menyentuh bahu Ben dan bertanya, “Kau tahu soal rahasia besar ini dan kau … diam saja? Apa yang sudah kau lakukan?”Ben terdiam.Shin menghela napas panjang dan memperhatikan ekspresi semua prajurit yang merupakan teman-teman baiknya itu. Pria itu mendesah pelan, “Bukankah kita ini … semuanya teman? Bagaimana bisa kau … dan kau menyembunyikan hal penting ini?”Ben mengangkat kepala, “Lalu, kau berharap aku melakukan apa?”“Melakukan apa katamu?” balas Shin sengit.“Kau pikir itu mudah? Menyembunyikan rahasia sebesar ini? Pikirmu … apa yang terjadi jika aku memberitahu kau dan yang lain? Apalagi James. Dia … pasti akan bertengkar dengan Riley. Mereka akan-”“Sialan!” James mengumpat karena sudah tidak tahan.Pemuda itu berkata, “Jangan berlagak kau tahu tentang