Dua bola mata cokelat terang William Mackenzie pun seketika membulat akibat terkejut, tidak menyangka perkataan itu terucap oleh seorang putri raja yang baru dia lihat secara langsung.Vincent, sang pengawal pribadi mantan jenderal perang terhebat itu juga terlihat kaget tapi dia masih bisa mengontrol emosinya.Sementara Rowena Wellington kini menatap sang legenda dengan tatapan yang tiba-tiba menjadi berbinar penuh kekaguman. Seolah gadis muda berusia delapan belas tahun itu baru saja bertemu dengan seorang bintang yang tengah digilai oleh anak-anak muda."Yang Mulia, Anda ... tahu tentang putra saya dan saya? Tapi, bagaimana mungkin?" ujar William dengan nada sulit percaya.Rowena yang semula terlihat terbengong-bengong itu segera menyadarkan dirinya dan berdeham kecil untuk mengembalikan wibawanya sebagai seorang anggota keluarga kerajaan, "Aku sebenarnya ... aku tahu secara tidak sengaja."Kedua alis tebal William pun menyatu dan dia menyipitkan mata menatap sang putri dengan penu
Hanya dalam beberapa detik sebuah monitor besar di tengah-tengah menampilan sebuah gambar yang diperbesar hanya di bagian dua orang yang dicurigai sebagai penyusup.Andrew Reece memicing dan memeriksa gambar yang ditampilkan dengan teliti. Hanya dalam beberapa detik, raut wajahnya yang semula tidak bersahabat karena jengkel akibat dua penyusup itu kini berubah menjadi cerah."Jenderal Mackenzie," ucapnya tidak percaya.Begitu dia menyebut nama sang legenda itu, semua orang yang ada di ruang itu seketika ikut memperhatikan monitor. Salah seoran petugas yang berusia sekitar lima puluh tahun itu juga berkata, "Anda benar, Jenderal Reece. Itu benar-benar Jenderal Mackenzie.""Astaga! Dia berada di istana."Seorang menyeletuk, "Tapi, apa yang Jenderal Mackenzie sedang lakukan di istana.Andrew Reece tiba-tiba tersenyum dan berujar, "Kita akan segera tahu."Lelaki itu lalu memberi perintah, "Periksa setiap sudut istana. Temukan apa saja yang menunjukkan keberadaannya!""Baik, Jenderal Reece
Sang petugas menjawab dengan hati-hati, "Saya tidak tahu, Yang Mulia. Tuan Putri Rowena hanya berjalan menuju ke arah yang sama dan kembali ke jalan yang semula dalam beberapa menit.""Dia juga terlihat berjalan dengan menghindari jalan yang terdapat penjaga dan juga daerah dengan banyak kamera CCTV yang terpasang," jelas petugas itu lebih lanjut.Semua perkataannya itu bisa dibuktikan dengan rekaman video yang kemudian diputar.Wajah Keannu Wellington seketika memerah. Dia tidak hanya marah pada putrinya yang telah melanggar peraturan istana, tapi juga malu karena tindakan putrinya itu diketahui oleh banyak orang. Akan tetapi, Andrew Reece berkata dengan cepat, "Tuan Putri Rowena mungkin saja melihat Jendera Mackenzie, Yang Mulia.""Kita bisa bicara baik-baik dengan Putri Rowena, Yang Mulia," Greg ikut mencoba mendinginkan Keannu yang terlihat sudah marah.Keannu menoleh pada dua orang itu dan dengan berat hati menghela napas panjang. Sang raja dengan tatapan mata memerah itu lalu
Sang jenderal perang itu pun menjawab, "Sebelumnya saya mohon maaf atas kelancangan saya, tapi semua yang saya tanyakan ini sudah mendapatkan izin dari Raja Keannu."Monica mengeryit heran, semakin penasaran dibuatnya tapi dia memilih untuk mendengarkan tanpa berniat menyela. Sedangkan saat dia menoleh ke arah putrinya, dia bisa melihat bila Rowena terlihat gugup.Oh, apa yang baru saja kau lakukan, Nak? Kau tidak berbuat sesuatu yang melanggar peraturan istana kan? batin Monica."Katakan saja! Aku akan menjawabnya jika aku bisa," kata Rowena dengan nada tenang meskipun sebenarnya dia sangat gelisah."Kami menemukan rekaman kamera CCTV mengenai keberadaan Anda yang sedang menuju ke arah pintu bagian selatan. Apa yang Anda lakukan di sana, Yang Mulia?" Andrew bertanya dengan nada serius.Monica yang mendengar hal itu langsung membuka mulut, "Apa? Pintu istana selatan?""Apa yang kau lakukan di sana, Rowena?" tanya sang ratu sembari menoleh ke arah putrinya.Rowena bukan hanya terkejut,
Rowena yang masih merupakan seorang remaja belasan tahun itu pun menjawab tanpa ragu, "Sayangnya tidak, Jenderal Reece." Dia bertekad tetap mengikuti keinginan sang jenderal perang. Andrew Reece menahan napas, masih mencoba berharap meski agak semuanya itu terasa sulit, "Atau mungkin dia menyebutkan dia berada di asrama yang mana, Yang Mulia?" Rowena memasang ekspresi penuh sesal dengan sorot mata serius. "Tidak, Jenderal Reece. Dia bahkan tidak tahu di mana putranya berada. Dia belum sempat menemuinya, mungkin karena istana yang sangat luas jadi dia kesulitan menemukan putranya," jelas Rowena sembari mengendikkan bahu. Andrew pun tersenyum samar, menyembunyikan rasa kecewa yang baru saja menghantam dadanya. Jenderal Perang yang dulunya dia layani selama bertahun-tahun itu telah menginjakkan kakinya lagi ke istana, tapi bahkan dia tidak sudi memberitahunya. Apa yang salah dengan dirinya? Apa dia tidak pantas untuk diberitahu? Semua pertanyaan-pertanyaan itu tentu saja hanya b
Andrew Reece tentu saja terkejut dengan pertanyaan dari putri sulung raja itu. Tidak biasanya sang putri memikirkan masalah istana. Bahkan, bisa dikatakan Rowena Wellington tidak terlalu peduli dengan hal-hal yang berkaitan selain dengan dirinya. Tetapi, Andrew pun kini tersadar bila perubahan sang putri memang sudah terlihat sejak semalam. Tepatnya ketika Rowena ikut menyaksikan apa yang terjadi di Hutan De Frost.Apa yang sebenarnya terjadi? Andrew tak bisa menebak alasan sang putri."Ke-kenapa kau menatapku begitu?" Rowena balas menatap Andrew dengan tatapan bertahannya.Andrew menggelengkan kepala, "Mohon maaf jika saya membuat Anda tidak nyaman, Yang Mulia. Saya hanya terkejut karena Anda sekarang mulai memperhatikan masalah istana."Rowena mengedipkan mata, memutar arah pandangnya dan kini menatap ibunya yang ternyata juga sedang menatapnya."Ada apa, Ibu?" tanya Rowena, mulai agak cemas jika sikapnya malah membuat orang-orang di sekitarnya curiga.Monica membalas, "Sama seper
Riley terdiam. Diam yang diartikan oleh Greg Sehel bahwa pemuda itu tak bisa menjawab pertanyaannya. "Kalau kau memang tidak mau melawan teman-temanmu, kau bisa mengundurkan dari pencalonan prajurit baru ini," kata Greg dengan berkacak pinggang, menatap Riley dari jarak yang tentu saja agak jauh. Riley masih saja diam, sehingga Greg menambahkan, "Kalau kau masih memiliki hati yang lemah, tak seharusnya kau mencalonkan dirimu sebagai seorang prajurit." Riley yang semula menundukkan kepala itu mengangkat kepalanya lagi hanya untuk mendengarkan perkataan Greg lagi. "Bagaimana bisa kau akan melawan musuhmu jika kau bahkan tidak bisa menang dari temanmu sendiri? Padahal ini bukan perkara hidup dan mati. Hanya soal kau mengalahkan temanmu dalam sebuah kompetisi," lanjut Greg. Secara perlahan Riley mengepalkan tangan. Hatinya berkecamuk. Apa yang dikatakan oleh Greg memang benar. Hanya saja dia masih sulit menerima. Dia telah berjuang satu malam bersama dengan teman-teman satu kelompokn
Riley tak tahu harus bagaimana menanggapi ucapan Warren lagi, sehingga dia memutuskan untuk diam saja. Alen sendiri berulang kali menghela napas hingga salah seorang anggota kelompoknya berkata, "Lawanmu kan si Bennedict. Tak akan terlalu susah."Pria muda yang cukup dekat dengan Riley itu pun membalas, "Apanya yang tidak akan susah? Kulihat, Bennedict bahkan salah satu orang yang menyumbang dalam misi ketiga.""Hei, dia hanya mendapatkan satu pin," sahut Adam, pria muda dengan mata abu-abu."Tetap saja dia ikut mengumpulkannya. Aku ... jika bukan karena bantuan Riley, mana bisa aku ikut menyumbang pin untuk kelompok kita?" balas Alen yang terlihat muram.Tapi dia segera menambahkan, "Tapi setidaknya aku sangat beruntung karena tidak melawan Riley. Kalau dia lawanku, aku hanya akan diam dan menunggu pengumuman jika aku kalah."Adam menanggapi dengan senyuman yang juga menampilkan gigi putih bersihnya, "Oh, kalau aku menghadapi Riley, aku akan langsung mundur tanpa mau pergi ke arena
“Jadi, kalian bisa memberi kami waktu untuk meratapi anggota keluarga kami, bukan? Kalian tidak lupa bukan bahwa Keannu Wellington bukan hanya seorang raja negeri ini, tapi dia adalah kepala keluarga kami. Dia suamiku, ayah dari kedua anakku dan seorang kakek dari cucuku,” kata Monica dengan nada datar tapi tegas.Perkataan sang ratu rupanya berhasil membuat para pejabat istana itu saling lirik dan akhirnya terbungkam.Beberapa di antara mereka tampak mundur beberapa langkah seakan memang benar-benar tidak ingin mengganggu lagi anggota keluarga kerajaan. James Gardner sendiri tersenyum melihat para pejabat istana yang sebagian merupakan jajaran menteri penting itu tidak berkutik di hadapan sang ratu. James tidak bisa tidak terkesan pada kemampuan sang ratu yang mampu membuat orang-orang tunduk atas perintahnya. Hal itu karena menurut James sangatlah langka dan jarang terjadi.Sebelum dia melepaskan jabatannya sebagai seorang wakil jenderal perang, dia telah bertemu dengan begitu ba
Dikarenakan James tidak kunjung bergerak dari tempatnya berdiri dan malah terdiam seperti sebuah patung, Rowena langsung melirik ke arah Xylan.Xylan tentu saja mengerti maksud dari kakak perempuannya itu sehingga dia cepat-cepat berkata, “Jenderal Gardner, apa … kau baik-baik saja?”James sontak tersadar dari lamunannya dan mengangguk pada Xylan. Dengan kebingungan yang sedang menguasai pikirannya, dia tetap melangkah masuk ke dalam kamar sang raja.Begitu dia memasuki area itu untuk pertama kalinya, James bisa melihat jasad raja Kerajaan Ans De Lou yang terbaring kaku di atas tempat tidur mewah itu. Dia hanya bisa menghembuskan napas pelan melihat orang yang pernah bertanggung jawab atas kerumitan hubungan antara ayahnya dan juga ayah Riley itu. Akibat kesalahan raja yang telah wafat itu, hubungannya dengan Riley pun meregang.Akan tetapi, sang raja telah meminta maaf kepadanya dan dia pun telah memaafkan segala kesalahannya sehingga saat itu sudah tidak ada rasa amarah ataupun den
Sebelum James memberikan jawaban atas perkataan Xylan Wellington, sang putra mahkota yang masih sangat muda itu, Xylan telah kembali berbicara, “Jenderal Gardner, aku tahu permintaanku ini sangat berlebihan.”“Dan aku tahu … tujuanmu bersedia kembali ke istana ini adalah demi kakak iparku, namun … aku sangat membutuhkan bantuanmu, Jenderal Gardner,” Xylan menambahkan dengan raut wajah penuh permohonan.James menghela napas panjang dan kemudian menggelengkan kepalanya.Hal itu membuat Xylan lemas dan juga kecewa. Tetapi, itu hanya berlangsung sementara karena tidak lama kemudian Xylan mendengar James berkata, “Anda tidak perlu meminta saya sampai seperti ini, Yang Mulia.”Xylan terhenyak. Terlebih lagi James melanjutkan dengan berkata, “Sebagai seorang Jenderal Perang Kerajaan Ans De Lou, tugas saya tidak hanya melindungi negeri ini. Tapi juga melindungi kepala pemimpin kerajaan ini.”Mulut Xylan terbuka sedikit karena terkejut mendengar jawaban James yang tanpa sedikitpun keraguan it
“Apa yang sedang terjadi sebenarnya?” Reiner terlihat semakin bingung.Biasanya, jika mereka memenangkan sebuah peperangan, mereka akan disambut dengan begitu meriah.Tidak hanya sejumlah prajurit istana saja yang menyambut mereka, namun juga para pejabat istana serta anggota keluarga kerajaan akan menyambut kedatangan mereka.Akan tetapi, saat itu hanya ada sejumlah prajurit dan prajurit pengawal pangeran saja yang ada di lapangan tempat pesawat mereka akan segera mendarat.Hal itu tentu saja menimbulkan berbagai pertanyaan yang akhirnya mencuat di kepala para prajurit yang baru kembali dari pertempuran antara hidup dan mati itu. “Apa mereka tidak mendengar kabar kemenangan kita?” celetuk salah seorang prajurit kelas satu dengan nada penuh rasa kecewa.Seorang prajurit kelas dua menanggapi, “Tidak mungkin. Mereka pasti mendengarnya. Ini sebuah kemenangan besar yang ditunggu-tunggu. Mereka tidak mungkin tidak tahu.”“Betul. Istana pasti telah mengumumkan berita paling membahagiakan i
“Astaga, Xylan! Mengapa kau meragukan dia?” Rowena membalas dengan nada pelan, seolah takut membuat putra kecilnya yang sedang tertidur dalam gendongannya terbangun akibat suaranya yang mungkin terlalu kencang.Xylan menggelengkan kepala, “Aku sama sekali tidak bermaksud meragukan dia. Hanya saja, aku tahu tujuan utamanya kembali ke istana ini, Rowena. Dia ….”“Berhenti berpikir seperti itu! Dia akan sangat kecewa kalau dia tahu ternyata kau meragukan kesetiaannya,” kata Rowena dengan tajam.Rupanya nada suaranya kali itu sedikit agak lebih keras sehingga sang putra, Kharel Mackenzie terganggu tidurnya sampai bocah kecil itu menggerakkan tubuhnya.Rowena pun kembali mencoba untuk membuat pangeran kecil itu terlelap lagi dengan cara menimangnya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.Xylan terdiam, seakan dia tahu sang kakak masih belum selesai berbicara.Ternyata memang benar dugaan Xylan. Usai keponakan kesayangannya itu tertidur tenang lagi, Rowena pun berkata lagi, “Xylan, menuru
Selama Ben mengenal James, baru saat itu dia melihat James terlihat begitu sangat frustasi.Biasanya James selalu tampak datar, dingin dan tak jarang malah tanpa emosi. Akan tetapi, James yang sangat kaku itu telah berubah.Rasa cemas dan gelisah itu ditampakkan dengan jelas. Hal itu tentu membuat Ben cukup bingung menanggapinya.Akan tetapi, dia kemudian mendengar Reiner berkata, “Tenanglah, James! Ini bukan berarti kau tidak bisa membawa Riley pulan selamanya. Namun, kau hanya belum bisa membawanya pulang saat ini saja.”Reiner menepuk punggung James yang terlihat sedikit bergetar itu. Oh, Reiner sangat terkejut. Rupanya James benar-benar sangat memikirkan perasaan putra sahabat mereka itu. “Ingat, James. Kita akan kembali ke sana untuk mencarinya lagi, jadi kau tidak perlu merasa bersalah,” Reiner menambahkan.Bukannya menjadi tenang, James malah semakin resah. Pria muda itu menoleh ke arah Reiner dan membalas, “Bagaimana bisa aku tidak merasa bersalah, Rei? Aku … sudah berjanji
Seakan baru tersadar, James sontak mengangguk perlahan, “Kau benar, Rei. Kita … harus kembali ke istana dan menyusun strategi lagi untuk menemukan Riley.”Reiner pun akhirnya bisa bernapas dengan penuh kelegaan.“Ayo! Kita harus segera meninggalkan tempat ini terlebih dulu,” ucap Reiner.James melihat sekeliling area tersebut untuk yang terakhir kalinya. Setelah dia merasa semua usahanya sudah cukup untuk saat itu, dia segera naik ke pesawat yang akan membawanya kembali menuju Kerajaan Ans De Lou.Selama dalam perjalanan, James lebih banyak terdiam.Sementara Reiner dan Ben yang juga berada di dalam pesawat yang sama dengan James berulang kali masih mengajak James berbicara. Namun, pria muda itu tetap memilih untuk diam.Padahal, Reiner ingin menghiburnya dengan cara mengalihkan perhatian James dari masalah Riley yang belum ditemukan. Sayangnya, dia masih gagal melakukannya. James masih terlihat tidak ing
Sang prajurit sontak mendadak takut.Apalagi, sorot mata James Gardner tiba-tiba berubah tajam seolah sedang menusuk dirinya.Oh, dia sungguh hanya bermaksud untuk mengungkapkan apa yang sedang dia pikirkan. Dia tidak bermaksud menyinggung jenderal perang itu.Dia tentu saja tidak berani melawan James Gardner. Nyalinya pun seketika semakin menciut kala dia mendengar James berbicara kembali, “Ayo! Katakan padaku! Apa kau bermaksud mengatakan kalau Riley tidak mau bertemu denganku?”Prajurit bernama Joseph Zow itu dengan segera menggelengkan kepala kuat-kuat. “Tidak, Jenderal Gardner. Bukan itu maksud saya. Saya hanya-”“Lalu, apa? Bagaimana bisa kau berpikir Riley tidak ingin keluar dari tempat persembunyiannya?” kini nada suara James semakin terdengar frustasi.Tidak mau suasana di sana semakin tidak terkendali, Reiner segera mendekati sahabatnya itu dan berkata, “James, hentikan!&r
Reiner mengedipkan mata mendengar perkataan temannya tersebut. Lelaki itu pun menggelengkan kepala dengan tegas, “Masalah militer di istana? Kau gila? Masalah seperti apa?”“Tidak ada masalah perebutan kekuasaan di istana, James. Pangeran Xylan dan Putri Rowena memiliki hubungan yang sangat baik,” Reiner menjelaskan dengan alis terangkat akibat sangat heran.Belum sempat James menjawab penjelasan Reiner, Ben sudah buru-buru ikut berkata, “Reiner benar. Mereka berdua tidak pernah memiliki masalah. Tidak mungkin mereka bertengkar.”“Tentu saja. Bahkan, Putri Rowena selalu mendukung Pangeran Xylan. Sangat mustahil memperebutkan sebuah tahta. Lagipula, Putri Rowena pastilah masih sangat sedih karena Riley belum ditemukan. Mana mungkin dia memikirkan-”“CUKUP!” James tiba-tiba memotong perkataan Reiner yang sangat panjang itu.Reiner hendak meneruskan perkataannya, tapi rupanya James sedang agak kesal sehingga dia tidak memperdulikan niat Reiner tersebut dan malah lanjut berkata, “Astaga!