"Ya, tapi ... tidak sampai melukai mereka, hanya menaklukkan mereka dengan mengambil pin mereka," Riley menjelaskan.Alen yang mendengar hal itu mengerutkan kening dan segera bertanya, "Pin? Pin apa maksudmu?"Riley pun menjawab, "Pin yang akan dipakai oleh sebagian calon prajurit."Warren Clay yang masih bingung bertanya lagi, "Sebagian? Apa maksudmu tidak semua calon prajurit memiliki pin itu?"Riley mengangguk, "Ya. Jumlah kita 100, itu artinya ada 50 orang yang memakai pin yang bisa ditangkap oleh kelompok lain.""Sedangkan 50 orang lainnya tidak memakai pin itu," lanjut Riley sembari menatap ke sekelilingnya, berharap teman-teman satu kelompoknya mengerti penjelasan singkatnya.Alen manggut-manggut dan tiba-tiba tertawa nyaring.Warren menatap pemuda itu dengan tatapan aneh, sementara calon prajurit lain berkomentar, "Kau bisa tertawa dalam keadaan gawat seperti ini?""Kau tidak gila kan? Aku tak mau kelompok kita kalah hanya karena ada orang gila," sambung calon prajurit lain.R
Tanpa menunda waktu lagi, Riley pun segera menjawab, "Akan aku jelaskan setelah pin ini dibagikan."Alen dan salah satu calon prajurit lain pun mengajukan diri untuk membantu Riley membagikan pin itu. Namun, ternyata selain pin itu, mereka juga mendapatkan sebuah tanda pengenal lain berupa sebuah kain berwarna biru yang harus diikatkan ke bagian lengan mereka.Dengan kain tersebut, mereka bisa mengenali rekan satu kelompok mereka. Di samping itu, mereka juga memiliki tugas untuk menghafal tanda pengenal kelompok lain."Aku ingin menangkap kelompok sembilan," seorang prajurit berkata setelah tanda pengenal setiap kelompok diperlihatkan di monitor itu.Alen yang telah selesai membagikan pin itu dan kembali dengan satu pin di tangannya itu pun menyahut, "Mengapa memangnya?""Sepertinya paling lemah, lihatlah! Pemimpin kelompok itu bukan termasuk calon prajurit yang dulu mendapatkan peringkat atas," sang prajurit tadi menjelaskan.Riley seketika menoleh ke arah layar dan mengenali calon p
Riley pun segera membalas, "Mungkin mereka membahas strategi mereka di dalam perjalanan atau ketika kita sampai di Hutan De Frost."Saat Riley menyebut nama hutan itu, semua orang seketika terdiam. Riley langsung tahu bila mereka kemungkinan besar pernah mendengar cerita soal hutan itu.Maka, Riley memutuskan untuk bertanya, "Ada yang pernah ke hutan itu?"Warren terkejut, "Kau gila? Untuk apa kita pergi ke daerah itu?""Benar. Hutan De Frost kan daerah perbatasan langsung dengan Kerajaan Erest, sebuah kerajaan yang dulu pernah membuat kerajaan kita kewalahan," seseorang menjelaskan dengan ekspresi terlihat ngeri.Alen mengangguk dan ikut menjawab, "Di sana Jenderal Reece terkena ledakan hingga membuat wajahnya rusak sampai dia harus melakukan operasi besar."Riley pun tahu akan hal itu. Sebab, sang ayah, William Mackenzie pernah bercerita kepadanya mengenai pertemuannya dengan Andrew Reece setelah dia memutuskan pensiun. William sampai tak bisa mengenali Andrew dikarenakan wajahnya
Mendengar kata 'inspeksi terakhir' itu Rowena yang masih duduk dengan tetap mengunci mulutnya di sana langsung menelan ludah dengan kasar. Bahkan, dia mulai berkeringat meskipun ruangan itu tak gerah.Dia lalu mendengar Keannu berkata lagi, "Inspeksi itu dilakukan oleh orang yang tak berhubungan dengan Jenderal Mackenzie, seharusnya hasilnya akurat."Greg menghela napas panjang, "Kalau memang begitu, berarti Mary Kesley tak bersalah. Astaga, Yang Mulia. Anda sudah menghukum gadis tak bersalah itu."Keannu menggeleng cepat, "Aku tidak menghukumnya, aku hanya membuatnya tidak bisa melakukan tugasnya untuk sementara waktu agar dia mau mengakui perbuatannya."Andrew Reece menanggapi, "Saya mengerti apa yang Anda lakukan, Yang Mulia. Anda pasti mengira bila Mary Kesley yang merupakan putri Amanda Clark akan membantu putra Jenderal Mackenzie.""Tentu saja begitu. Amanda bersahabat dengan Jenderal Mackenzie, mereka sangat dekat. Bahkan, dia jugalah yang dulu memberikan nama 'Stewart' untuk J
Rowena ingin sekali menolak, tapi gadis itu tak bisa melakukan hal itu lantaran dia sudah dipaksa keluar dan diantar menuju ke kediamannya oleh sejumlah prajurit atas perintah sang raja."Oh, ini menyebalkan!" gadis muda itu menggerutu ketika dia memasuki kediamannya.Dia memasang wajah cemberut, sekaligus kesal sehingga sang pelayan pribadinya, Celia sontak bertanya, "Mengapa Anda terlihat kesal, Yang Mulia?"Rowena menatap gadis muda itu dengan tatapan tak percaya, "Kau masih bertanya, Celia? Astaga!"Celia mengedipkan mata, tidak tahu bagaimana dia harus menanggapi.Sang putri menekuk wajah dan kini menyangga kepala dengan tangan kanan. Dia pun bergumam pelan, "Aku tidak kesal pada ayahku tapi kesal pada diriku sendiri."Celia mengangguk dan segera membalas, "Karena melindungi calon prajurit yang telah menyelamatkan nyawa Anda, Yang Mulia?""Bukan itu, Celia. Hanya saja aku ... kesal karena tak mengetahui identitasnya sejak awal. Dan sekarang aku bingung, aku ... bagaimanapun juga
Namun, seseorang tetap saja berkata, "Hm, mungkin sebelumnya dia memang memutuskan untuk mundur, tapi kemudian dia berubah pikiran dan yah ... akhirnya mereka datang terlambat."Teman-temannya yang lain ikut menanggapi dengan tawa mengejek dan Jason hanya bisa menghela napas panjang."Hei, apa yang kalian lihat?" James tiba-tiba berkata dengan nada yang lebih keras hingga para anggota kelompoknya yang sedang membicarakan Riley itu tak lagi berani membuka mulut."Jika kalian tidak bisa fokus, lebih baik kalian angkat bendera putih saja dan mundur dari kelompok ini," James berkata dengan nada tajam.Para calon prajurit itu pun semakin tak berani bergerak dan hanya berdiri dengan kaku sembari mendengarkan perkataan sang ketua.James melirik ke arah Riley yang tak lama kemudian turun dari pesawat. Dia lega. Akhirnya dia datang, tantangan ini tak akan menyenangkan jika tidak ada dia, James membatin.Sungguh, lawan yang menurutnya sebanding dengan dirinya hanyalah Riley dan entah bagaimana
Para calon prajurit dari kelompok empat itu memberi tatapan tidak suka pada James, tapi kemudian mereka mendengar Jason ikut berbicara, "Riley yang pintar, dia ketuanya. Aku yakin dia juga yang menyusun strategi itu."James benci mengakui pendapat Jason yang sialnya benar menurutnya, sehingga dia hanya berdeham kecil dan berujar, "Sudahlah, tak perlu memikirkan kemampuan kelompok lain. Kita susun strategi yang tak kalah hebat. Ayo! Cepat berkumpulah kembali dan dengarkan aku!"Dikarenakan memang tak memiliki pilihan lain, mereka pun segera memusatkan perhatian mereka pada James lagi.Kelompok lain yang juga merasa terintimidasi dengan strategi yang dimiliki oleh kelompok Riley dan Justin pun segera memutuskan untuk merubah strategi mereka agar mereka tak kalah.Sementara di dalam hutan sendiri, Riley memerintah, "Berpencar sekarang! Dan ingat jika kita sudah mendapatkan jumlah bendera sesuai target segera berhenti dan melakukan misi yang kedua.""Siap, dimengerti," para calon prajurit
"Hei, aku yang seharusnya berkata begitu. Kau berbelok dengan tiba-tiba," ucap orang itu dengan sengit, masih belum berdiri.Tak mau kalah, Alen membalas lagi sembari memeriksa tangannya yang agak nyeri setelah bertabrakan, "Memang aku harus memberi tanda apa? Dan bagaimana caranya aku memberi tanda? Ini bukan jalan raya dan aku tak bisa membunyikan klakson untuk memberi peringatan.""Kau tak punya senter atau bagaimana?" anggota kelompok itu juga tak mau kalah dari Alen.Riley yang tak mau hal itu menjadi sebuah masalah besar pun segera berkata, "Alen, sudahlah!""Craig, berhentilah!" seorang anggota lain berkata setelah dia mengambil tas kecilnya yang terjatuh.Meskipun di bagian daerah itu tidak terlalu terang, tapi Riley masih bisa melihat wajah pria muda yang baru saja membuka mulut itu. Itu adalah Justin Donovan.Justin menatap ke arah dua orang itu dan terlihat terkejut, sama seperti Riley yang tidak menduga mereka akan berpapasan."Oh ... Riley Wood." Justin berkata sembari t