"Hei, aku yang seharusnya berkata begitu. Kau berbelok dengan tiba-tiba," ucap orang itu dengan sengit, masih belum berdiri.Tak mau kalah, Alen membalas lagi sembari memeriksa tangannya yang agak nyeri setelah bertabrakan, "Memang aku harus memberi tanda apa? Dan bagaimana caranya aku memberi tanda? Ini bukan jalan raya dan aku tak bisa membunyikan klakson untuk memberi peringatan.""Kau tak punya senter atau bagaimana?" anggota kelompok itu juga tak mau kalah dari Alen.Riley yang tak mau hal itu menjadi sebuah masalah besar pun segera berkata, "Alen, sudahlah!""Craig, berhentilah!" seorang anggota lain berkata setelah dia mengambil tas kecilnya yang terjatuh.Meskipun di bagian daerah itu tidak terlalu terang, tapi Riley masih bisa melihat wajah pria muda yang baru saja membuka mulut itu. Itu adalah Justin Donovan.Justin menatap ke arah dua orang itu dan terlihat terkejut, sama seperti Riley yang tidak menduga mereka akan berpapasan."Oh ... Riley Wood." Justin berkata sembari t
Alen membalas, "Kami yang melihatnya dulu. Kalian-""Tapi kami yang tiba terlebih dulu, jadi kau tak bisa mengatai kami licik," sang pemuda dengan tubuh besar dan tergolong cukup tinggi itu menjawab sembari menahan senyum menyebalkan.Alen hendak membalas tapi Riley mendahuluinya dengan berkata, "Ayo kita pergi ke tempat lain!""Riley, ayolah!" Alen berkata dengan ekspresi memelas sekaligus gemas, dia tahu Riley hendak mengalah lagi."Alen, ayo!" Riley berkata dengan nada yang seolah tidak ingin dibantah.Dengan begitu terpaksa Alen pun berbalik dan mengikuti Riley pergi. Bersamaan dengan mereka yang baru saja berlari itu, para kawanan yang licik itu menertawakan mereka berdua.Alen mengertakkan gigi, "Dengarlah! Mereka sedang menertawakan kita.""Aku tidak peduli," Riley menjawab sambil berlari. Dia tetap memeriksa daerah sekelilingnya."Tapi aku peduli, aku tidak mau kita diejek dan diremehkan seperti itu, Riley," Alen menjawab dengan kesal.Riley menghela napas, "Lalu kau mau kita
"Kalian ikut aku dan jangan banyak bertanya," Jason menjawab dengan tergesa-gesa, tak mau membuang waktu lebih banyak lagi. Kelompok mereka, kelompok empat sudah mengumpulkan 16 bendera yang artinya mereka masih harus menemukan 4 bendera lainnya. Sesungguhnya dia tahu James membenci kekalahan dan meskipun dia begitu kesal James yang merupakan ketua kelompoknya itu meninggalkan mereka tanpa berkata apapun, Jason tidak bisa memprotesnya. Seolah dia bisa memahami tindakan James. Sembari mencari-cari, secara tiba-tiba mereka mendengar pengumuman lagi bila kelompok dua telah berhasil menyelesaikan misi pertama itu dan menjadi kelompok pertama yang sudah memulai untuk melanjutkan misi yang kedua. "Astaga! Kenapa mereka cepat sekali?" salah seorang anggota kelompok empat itu mengeluh. "Mereka memiliki strategi yang lebih baik. Oh, aku kesal mengapa kita harus dipimpin oleh Gardner," sambung temannya yang lain yang kini dengan kesal mengangkat batu-batu. Orang pertama yang berkomentar t
"Iya, mereka sudah menemukannya." Riley bergegas mengambil pin milik Alen lagi dan melihat petunjuk yang berupa denah tentang keberadaan gudang makanan, yang kemudian muncul beberapa detik kemudian. Alen ikut menatap ke arah pin kecil itu dengan pandangan takjub, "Wah! Ini luar biasa!"Riley mengangguk setuju, benar-benar senang dengan hasil yang mereka capai saat ini. Bersamaan dengan hal itu, nama kelompok mereka pun juga telah diumumkan sebagai salah satu kelompok yang telah menemukan gudang makanan. "Ayo, kita ke gudang itu! Kau pasti haus dan lapar kan?" ucap Riley dengan senyum tipis.Alen mengangguk dengan antusias, "Tentu saja. Aku hanya meminum beberapa tetes air dan makan roti secuil. Bagaimana aku tidak lapar?"Riley terkekeh pelan dan segera berlari-lari kecil sambil melihat ke arah denah agar mereka tidak tersesat saat menemukan gudang makanan itu.Di tengah-tengah perjalanan, mereka berpapasan dengan beberapa kelompok lain dan terlihat sekali beberapa dari mereka menat
"Kena kau," Alen berujar ketika dia berhasil menarik tangan salah satu dari kelima calon prajurit itu. Namun, sayangnya sang prajurit tidak menyerah begitu saja dan melakukan perlawanan yang sengit. Alen berusaha mengunci lengannya, tapi ternyata sang calon prajurit dengan bendera berwarna ungu itu masih berhasil melepaskan diri. Dia lalu berlari cepat."Oh, tidak. Aku tidak akan melepaskanmu," Alen berkata sembari mengejarnya dengan penuh semangat.Sementara itu, Riley sudah berhasil menjatuhkan seorang pemuda dengan wajah lonjong dan memiliki tubuh yang jauh lebih pendek darinya. Segera dia menahan kedua tangan lawannya itu agar dia tak bisa bergerak."Lepaskan aku, sialan!" sang lawan mengumpat tapi Riley mengabaikannya dan dengan gerakan gesit mengikat kedua tangan calon prajurit yang memberontak mati-matian itu."Brengsek, apa yang sedang kau lakukan?" mata sang prajurit yang memiliki pin musang sebagai lambangnya itu melotot dengan sempurna.Riley pun hanya berkata, "Tenanglah!
Riley tidak membalas dan malah segera berjongkok untuk memeriksa luka Warren. Begitu Riley memegang kaki Warren yang masih meneteskan darah itu, Warren seketika meringis, "Oh, apa kau sedang menambah penderitaanku?"Sekali lagi Riley tidak membalas perkataan temannya itu dan malah menoleh ke arah Dean, teman mereka yang bersama dengan Warren itu, "Dean, bagaimana kejadian yang sebenarnya?"Dean sontak mendesah dan mulai bercerita, "Kami baru saja dari gudang makanan dan ketika kami hendak menyusul kalian, ada beberapa orang yang menyerang kami, ingin merampas pin milikku. Warren berusaha menghalanginya dan berhasil. Ya, sayangnya ada salah satu dari mereka yang memiliki pisau dan dengan agresif menyerang Warren."Alen ternganga. "Ini gila! Yang memiliki pisau itu bukan hanya dia, Riley juga punya. Tapi ... dia tidak pernah menggunakannya untuk menyerang calon prajurit lain."Warren berujar, "Tapi ... akhirnya mereka kabur, dasar pengecut!"Pria muda tertawa renyah meskipun kemudian la
Warren mengertakkan gigi, "Sukarela? Apa kau pikir kami selemah itu?""Kami memiliki ketua yang menempati peringkat satu, kalau kalian lupa," Alen berkata dengan tatapan menantang.Salah seorang dari mereka meludah begitu mendengar ucapan Alen, seolah bermaksud menghina Alen dan kawan-kawannya itu. Alen mengepalkan tangan sementara pria muda yang meludah itu menyeringai, "Dan di mana si Wood itu? Kenapa aku tak melihatnya? Bukankah tadi dia bersama dengan kalian?"Dean hendak menjawab tapi si pria kurang ajar yang sekarang mendecih itu kembali berkata, "Dia pasti kabur dan meninggalkan kalian di sini."Suara tawa mengejek pun membahana di antara sekelompok calon prajurit yang berasal dari kelompok 3 dengan tanda kain merah di lengan mereka itu."Oh, sudahlah. Tak perlu membuang waktu, ayo kita ambil pin mereka dan segera pergi dari sini," ucap salah seorang anggota kelompok yang sudah tidak sabar.Dia pun memberi instruksi pada teman-temannya untuk segera menyerang tiga orang lawan m
Sayangnya, meskipun tiga orang itu menyerang Riley secara bersamaan, mereka masih tak bisa mengalahkan Riley. Hanya dalam waktu beberapa menit saja, Riley berhasil meringkus mereka.Riley mengikat mereka dengan tali sambil menahan serangan yang datang dari anggota kelompok tiga itu yang cukup membabi buta. Akan tapi, lagi-lagi Riley menunjukkan kemampuan yang mengagumkan saat dia berhasil membuat enam orang terikat pada pohon hanya dalam waktu yang sangat singkat.Kini, tinggal empat orang lawannya yang menatap penuh takjub, heran sekaligus ngeri ke arah Riley. "Ba-bagaimana dia bisa melakukannya?" Damian bertanya dengan kaki bergetar.Dia memang melihat bagaimana Riley menendang tapi tangannya juga sibuk mencengkeram temannya yang lain dan secara bersamaan dia juga menyikut lawannya yang lain. Sungguh, dia bisa melakukan pertahanan diri sembari menyerang tanpa terluka sedikit pun."Dia ... sangat cepat dan tangkas. Aku ... aku tak berani," salah seorang dari mereka menelan ludah.Da