Share

62. Kelompok 3

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Warren mengertakkan gigi, "Sukarela? Apa kau pikir kami selemah itu?"

"Kami memiliki ketua yang menempati peringkat satu, kalau kalian lupa," Alen berkata dengan tatapan menantang.

Salah seorang dari mereka meludah begitu mendengar ucapan Alen, seolah bermaksud menghina Alen dan kawan-kawannya itu.

Alen mengepalkan tangan sementara pria muda yang meludah itu menyeringai, "Dan di mana si Wood itu? Kenapa aku tak melihatnya? Bukankah tadi dia bersama dengan kalian?"

Dean hendak menjawab tapi si pria kurang ajar yang sekarang mendecih itu kembali berkata, "Dia pasti kabur dan meninggalkan kalian di sini."

Suara tawa mengejek pun membahana di antara sekelompok calon prajurit yang berasal dari kelompok 3 dengan tanda kain merah di lengan mereka itu.

"Oh, sudahlah. Tak perlu membuang waktu, ayo kita ambil pin mereka dan segera pergi dari sini," ucap salah seorang anggota kelompok yang sudah tidak sabar.

Dia pun memberi instruksi pada teman-temannya untuk segera menyerang tiga orang lawan m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sang Dewa Perang Terkuat    63. Kita Bisa Lolos!

    Sayangnya, meskipun tiga orang itu menyerang Riley secara bersamaan, mereka masih tak bisa mengalahkan Riley. Hanya dalam waktu beberapa menit saja, Riley berhasil meringkus mereka.Riley mengikat mereka dengan tali sambil menahan serangan yang datang dari anggota kelompok tiga itu yang cukup membabi buta. Akan tapi, lagi-lagi Riley menunjukkan kemampuan yang mengagumkan saat dia berhasil membuat enam orang terikat pada pohon hanya dalam waktu yang sangat singkat.Kini, tinggal empat orang lawannya yang menatap penuh takjub, heran sekaligus ngeri ke arah Riley. "Ba-bagaimana dia bisa melakukannya?" Damian bertanya dengan kaki bergetar.Dia memang melihat bagaimana Riley menendang tapi tangannya juga sibuk mencengkeram temannya yang lain dan secara bersamaan dia juga menyikut lawannya yang lain. Sungguh, dia bisa melakukan pertahanan diri sembari menyerang tanpa terluka sedikit pun."Dia ... sangat cepat dan tangkas. Aku ... aku tak berani," salah seorang dari mereka menelan ludah.Da

  • Sang Dewa Perang Terkuat    64. Kau Baru Sadar?

    Warren sontak bersiap-siap, seolah akan menyerang James. Tapi, ternyata di luar prediksi mereka, James malah mengangkat kedua tangan.Riley sontak mendesah, sementara Dean saling lempar pandang dengan Warren yang terlihat juga bingung arti dari gerakan itu.Sedangkan Riley bertanya dengan nada heran, "Kau sendirian?""Hm," jawab James singkat, masih dengan tangan terangkat."Lalu, di mana anggota kelompokmu?" tanya Alen yang celingukan mencari-cari teman satu kelompok James. Tapi tak dia temukan siapapun di belakang James. Pria muda itu benar-benar sendirian.James malah balas balik bertanya, "Omong-omong sampai kapan aku harus mengangkat tanganku?"Riley mendengus, "Dan siapa yang menyuruhmu untuk mengangkat tangan?""Oh, sialan!" umpat James.Dia menurunkan kedua tangannya dengan jengkel.Pria itu berjalan mendekat ke arah mereka dengan begitu santai.Hal itu membuat Warren melotot kaget, "Apa yang mau kau lakukan?""Riley, kenapa kau diam saja?" Dean bertanya penuh kebingungan.Ja

  • Sang Dewa Perang Terkuat    65. Katakan Ada Apa!

    Greg mengangkat bahu, "Dia terlihat terlalu akrab dengan putra Jody Gardner. Kau lihat sendiri kan, Jenderal? Dia bahkan tidak menyerang James Gardner dan malah menghindarinya."Andrew menggelengkan kepala dan membuang napas dengan kasar. Sementara Keannu berujar tanpa menoleh pada perkiraan yang juga dia anggap sebagai tebakan konyol itu, "Kalau dia memang putra dari salah satu anak buah Jody Gardner dulu, dia pasti akan langsung mengungkap kesetiaannya secara terang-terangan.""Yang Mulia, kalau masalah itu bisa saja dia memang diperingatkan oleh ayahnya kalau dia tak boleh terlalu terus terang berada di pihak James Gardner," bantah Greg, masih yakin akan tebakannya.Andrew tidak tahan lagi mendengarnya, "Astaga! Kau ini bodoh atau bagaimana?""Brengsek! Kau memang jenderal perang, tapi ....""Nyatanya kau memang bodoh, Greg." Andrew berkata dengan nada malas.Greg mengertakkan gigi, "Kalau bukan putra dari salah satu pengikut si pengkhianat kerajaan itu, lalu dia putra siapa?"And

  • Sang Dewa Perang Terkuat    66. Tidak Perlu

    William seketika menoleh ke arah sang istri dan memegang bahunya, mencoba menenangkan istrinya meskipun dirinya sendiri mulai tidak tenang.Dia lalu kembali memutar arah pandang ke arah gadis muda yang merupakan putri dari sahabatnya itu. "Mary, kau tidak salah soal ini kan? Jody Gardner ... memiliki seorang putra? Mengapa dulu aku tak pernah mendengar tentang hal itu?" William masih terdengar sulit mempercayainya. Mary pun menjelaskan, "Kami tidak tahu bagaimana tepatnya, Jenderal Mackenzie. Namun, jika dilihat dari catatan kelahiran milik James Gardner, kemungkinan besar, ibunya, Dorothy Winks pergi dari istana saat dalam keadaan sedang mengandung. Dan ... ada kemungkinan jika Jody Gardner sendiri tidak tahu kalau kekasihnya sedang hamil."William pun mengerutkan kening, seolah mencoba menggali ingatannya kembali. Kejadian itu memang sudah terjadi lebih dari 20 tahun yang lalu, tapi dia yakin bisa mengingat kejadian. Samar-samar dia pun teringat bila saat itu Dorothy Winks memang

  • Sang Dewa Perang Terkuat    67. Mengapa Sulit Sekali?

    "Ya," William lagi-lagi menjawab singkat.Sebelum Mary sempat mengajukan pertanyaan pada sang jenderal perang yang pernah mendapatkan julukan "Dewa Maut" itu, Cassandra yang telah hidup bersama suaminya selama hampir dua puluh lima tahun itu bertanya dengan mata menyorot setengah tidak percaya, "Kau akan merahasiakan kedatanganmu ke istana, Bill?"William menyungging sebuah senyum samar pada sang istri, "Kau benar-benar mengenalku dengan sangat baik, Cassie."Cassandra mendengus, "Kita berdua sudah hidup bersama selama hampir separuh hidupku, tentu saja aku bisa menebak jalan pikiranmu.""Tapi ... mengapa kau ingin merahasiakannya?" Cassandra kini bertanya dengan alis tebalnya terangkat ke atas."Karena aku hanya ingin berbicara dengan Riley, bukan bertemu dengan orang-orang di dalam istana," jelas William dengan tegas.Dia masih tetap pada prinsipnya, tak mau berurusan terlalu dalam dengan kehidupan istana yang telah lama dia tinggalkan. Yang dia pedulikan hanyalah hal yang menyangku

  • Sang Dewa Perang Terkuat    68. Jangan Buang Waktumu!

    "Saat ini yang paling penting bagi kita adalah kita harus mendapatkan dua pin yang tersisa itu. Kehilangan dua pin saat ini tidak akan membawa dampak yang buruk," jelas Riley masuk akal.Alen mengedipkan mata, "Oh, iya. Benar juga. Jumlah pin yang telah diambil dari kita memang tidak ketahui, tapi ... aku masih yakin jumlah yang kita dapatkan jauh lebih besar.""Hm, masalah jumlah pin yang diambil musuh hanya akan mempengaruhi peringkat akhir kita kan? Tak ada hubungannya dengan kita bisa lolos atau tidak," ujar Dean.Warren yang sudah bisa berpikir jernih itu pun akhirnya berkata, "Kalau begitu, pergilah. Dapatkan pin yang tersisa! Kami akan coba mempertahankan pin yang masih kita miliki, tapi jika tidak bisa ....""Tak akan jadi masalah," lanjut Riley mencoba menenangkan Warren.Warren pun mengangguk dengan ekspresi agak canggung. Dan setelah kesepakatan itu, Riley meninggalkan tiga temannya itu di area dekat gudang makanan.Riley bergerak cepat dengan mata tajam selalu mengawasi se

  • Sang Dewa Perang Terkuat    69. Dasar Bodoh!

    "Riley Wood?" ucap seorang teman satu kelompoknya yang tergelak."Untuk apa kita harus lari? Dia hanya sendiri," kata pemilik pin yang kedua."Benar. Kita pasti bisa meringkusnya," sambung pemilik pin pertama terlihat yakin bisa mengalahkan Riley."Dasar bodoh! Ini Riley Wood. Memangnya kalian lupa apa yang dikatakan oleh kelompok ...."Si pemberi peringatan tak jadi melanjutkan perkataannya dan malah mendengus sebal. Dengan nada jengkel dia berkata, "Persetan dengan kalian!"Setelah mengumpat seperti itu, dia menjadi orang pertama yang berlari meninggalkan tempat itu. Sedangkan dua pemilik pin dan dua orang lainnya masih berdiri di sana seolah memang ingin bersiap menghadapi Riley."Dia benar-benar pengecut!" pemilik pin kedua berkata sinis ketika melihat temannya yang sungguh-sungguh berlari untuk menyelamatkan diri sendiri.Riley membuang napas kasar dan tanpa berkata apapun langsung menyerang mereka. Seperti biasanya, pemuda itu tak benar-benar melukai lawannya. Dia selalu berusa

  • Sang Dewa Perang Terkuat    70. Bagaimana Kau Melakukannya?

    Justin tidak tersinggung dan malah berkata, "Hm, kau benar. Aku akan menemuimu di istana."Usai mengatakan hal itu, Justin dan beberapa anggota kelompoknya meninggalkan area itu. Riley berjalan dengan langah ringan menuju pos utama di mana pesawatnya menunggu semua anggota kelompoknya untuk dibawa kembali ke istana. Dia bisa melihat banyak sekali calon prajurit yang sedang kebingungan mencari-cari pin demi membuat kelompoknya lolos. Ketika mereka melihat Riley, mereka hanya bisa menahan napas kecewa karena tak mendapatkan apapun. Salah satu aturan dari misi ketiga itu adalah kelompok yang lolos tidak boleh diganggu dan sudah tidak bisa lagi diambil pin-nya. Akan tetapi, meskipun begitu, Riley cukup penasaran dengan hasil akhir mengenai pin mereka yang hilang.Maka, ketika dia mencapai garis batas, setelah para staf mencatat dirinya yang keluar dari area hutan dengan mesin otomatis, dia langsung mencari monitor khusus di mana terdapat rincian tentang pin yang didapatkan dan yang hil

Bab terbaru

  • Sang Dewa Perang Terkuat    2. Bagaimana Jika Saya Menolak?

    James seketika menghentikan kegiatannya tapi tetap tidak menoleh ke arah Diego.Diego yang melihat gerakan berhenti James yang tiba-tiba itu seketika menampar mulutnya sendiri seakan sadar bila dia telah salah berbicara.“Ah, apa yang sudah aku katakan? Kau … tentu saja masih menganggapnya sebagai sahabat baikmu. Kalau tidak, mana mungkin kau selalu membuatkannya senjata khusus?” kata Diego dengan penuh rasa bersalah.James mendesah pelan, “Dia pasti bisa lolos tanpa ikut campur tangan dariku.”“Aku tidak yakin, James. Kalau aku yakin, aku tidak mungkin datang lagi ke sini dan memintamu kembali. Bahkan, Putri Rowena dan Pangeran Xylan ….”James mengerutkan kening dan akhirnya menoleh ke arah Diego, “Ada apa dengan mereka?”“Putri Rowena secara khusus mendatangiku saat aku baru saja tiba di istana. Dia memintaku untuk mencari tahu keberadaanmu, James. Pangeran Xylan juga mend

  • Sang Dewa Perang Terkuat    1. Kau Siap?

    “Jenderal, kita sudah terkepung.”Seorang prajurit dengan luka tembak di kaki menyeret dirinya untuk berjalan menuju ke tempat di mana sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou sedang mempersiapkan senjatanya.Prajurit yang terseok-seok ketika berjalan itu sudah tidak mengenakan pelindung kepala dan juga pelindung badannya yang lain. Hal itu membuat sang jenderal perang mendelik marah kepadanya, “Apa yang kau sudah lakukan? Di mana semua pelindungmu?”Sang prajurit dari kelas satu itu hanya bisa meringis menahan sakit dan menjawab, “Tidak bisa digunakan lagi, terlalu banyak luka tembakan.”Riley Mackenzie membelalakkan mata dan seketika melepas kacamata pelindung yang melindungi matanya.Pria muda itu sontak berjongkok dan melihat luka Benedict Arkitson yang ternyata sangat parah. Tidak hanya kakinya saja yang tertembak, tapi bagian perut kirinya rupanya juga terluka parah. Di samping itu, Riley melihat banyak luka lain yang tidak terhitung jumlahnya. “Tetaplah di sini! Staf medis a

  • Sang Dewa Perang Terkuat    Author's Note

    Dear, ReadersIni Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 2 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuat buku ini dengan sepenuh hati.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Selanjutnya, saya akan membuat season 3 dari buku ini, tapi Season 3 ini akan menjadi buku dengan tokoh utama “James Gardner.”Semoga Anda semua akan menyukainya.Salam hangat selaluZila Aicha

  • Sang Dewa Perang Terkuat    260. Akhir

    Orang-orang pun berniat mendekati Riley, hendak membantunya. Akan tetapi, ketika mereka melihat James Gardner yang bergerak mendekati Riley, mereka pun hanya bisa diam di tempat mereka.James dengan cepat menangkap tubuh Riley yang terhuyung-huyung seolah tidak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri.James mendesah pelan, “Apa yang kau sedang lakukan?”“Mencegahmu pergi,” jawab Riley dengan lemah.James membuang napas dengan kasar dan memapah Riley yang ternyata masih begitu lemah.“Kau tidak perlu membuang-buang waktu dan tenagamu,” kata James.“Mengapa? Kau tidak harus pergi, James. Kau-”“Ini sudah keputusanku,” potong James cepat.Riley menggelengkan kepala, menatap pemuda yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya itu. “Kau tidak bersalah. Akulah yang brengsek karena ingin mempertahankan sebagai sahabatku.”“Senang sekali kau mengakuinya,” balas James yang kemudian diiringi senyuman samar.“Jika ada yang harus pergi dari sini, maka akulah orangnya, bukan kau,” kata Riley.Ja

  • Sang Dewa Perang Terkuat    259. Ini Salahku!

    Rowena mengangguk lemah, sementara keempat prajurit yang juga berada di dalam ruang rawat itu langsung saling lempar pandang. Riley sendiri butuh beberapa waktu untuk memproses informasi tersebut.Namun, Reiner langsung bertanya, “Yang Mulia, lalu … di mana wakil jenderal perang berada sekarang?”Rowena menoleh dengan cepat, “Aku tidak tahu. Aku … hanya mendengar berita itu dari pelayan istana, baru saja. Mungkin … dia sudah kembali ke asrama atau-”“Terima kasih, Yang Mulia,” Reiner memotong ucapan Rowena dengan cepat akibat terlalu panik.Setelah itu Reiner langsung memberi penghormatan pada sang putri raja dan cepat-cepat meninggalkan area tersebut bersama dengan Diego.Ben juga berujar, “Riley, aku ke sana dulu. Nanti aku … akan ke sini lagi.”Alen ikut mengangguk, “Jangan khawatir! Kami akan langsung memberitahumu bila kami sudah tahu apa yang sedang terjadi.”Riley hanya bisa menatap kepergian teman-temannya dengan tatapan penuh kebingungan.Tinggalah hanya Rowena yang berada d

  • Sang Dewa Perang Terkuat    258. Berita Buruk

    Awalnya Riley sangat ingin memaksa James untuk menjawab perkataannya, namun dia tidak lagi melakukannya saat dia akhirnya memahami James mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri.Dia pun menghela napas pelan, “Aku akan bicara lagi dengannya nanti.”Sementara itu, di luar ruang Riley, semua orang yang merupakan teman baik dari kedua anak muda yang sedang memiliki masalah yang cukup rumit itu sontak menatap James dengan tatapan penuh tanya.Ketika Alen dan Ben hanya diam saja lantaran tidak berani bertanya, Diego dengan santai bertanya, “Kau … sudah berbicara dengan Riley?”James mengangguk.“Lalu … bagaimana?” Reiner bertanya dengan nada was-was.James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan hanya berkata, “Aku akan kembali ke asrama dulu.”Shin yang mendengar hal itu menggigit bibir dan membalas, “Aku akan menemanimu.”James tidak menolak dan membiarkan Shin ikut bersamanya, sementara Diego dan Reiner tetap di sana.Setelah James dan Shin tidak terlihat lagi di sana, Alen memutuskan masuk

  • Sang Dewa Perang Terkuat    257. Ah, Jadi Begitu!

    James tertawa penuh kecewa ketika dia melihat Riley hanya diam sajaRiley sontak menatapnya tanpa kata.“Kenapa? Apa kau … jangan-jangan memang tidak pernah memiliki niat sekalipun untuk memberitahu masalah itu kepadaku?” James berkata dengan nada tajam.Riley membuka mulut tapi ternyata tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut Riley.James semakin kesal melihatnya, “Ah, jadi begitu. Aku mengerti sekarang.”James manggut-manggut dan melangkah mundur, membuat Riley terkejut.“James, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan,” kata Riley pada akhirnya bisa membalas ucapan James.James menggelengkan kepala.“Kau memangnya tahu apa yang sedang aku pikirkan, Riley?” James berkata dengan nada sinis.Pemuda itu tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kecewanya yang sangat besar, “Kau tidak tahu, Riley. Tapi … aku bisa tahu apa yang sedang kau pikirkan.”“James, aku … tahu aku sudah bersalah kepadamu. Tapi, tolong mengertilah! Posisiku sangat sulit. Aku tidak ingin kau … membenciku

  • Sang Dewa Perang Terkuat    256. Bicaralah Padaku!

    Shin dan Reiner seketika saling melempar pandang, seakan sama-sama bingung harus meninggalkan area itu sesuai permintaan James atau tidak.Akan tetapi, alasan mereka ragu-ragu tentu saja bukan karena mereka berdua khawatir bahwa James akan menyakiti Riley. Justru keduanya lebih mengkhawatirkan James.Sayangnya, James yang tidak mendapatkan jawaban dari dua orang temannya itu sontak menoleh dengan kening berkerut, “Kenapa? Apa kalian berdua tidak percaya padaku?”“Kalian … berpikir aku akan berbuat hal yang … sampai menyakiti Riley? Apa seperti itu?” James menambahkan dengan raut wajah sedih.Shin cepat-cepat menoleh ke arah James, “Tentu saja tidak. Kau tidak akan melakukan hal seburuk itu.”“Jangan salah paham, James! Justru kami … hanya sangat khawatir terhadapmu,” Reiner berujar pelan.James terkejut dan ketika dia menatap kedua temannya itu secara bergantian, dia langsung tahu bahwa kedua teman baiknya itu sama sekali tidak sedang berbohong.Pemuda itu memejamkan matanya dan langs

  • Sang Dewa Perang Terkuat    255. Itu Sudah Terlalu Lama!

    Ben sontak menundukkan kepala.James pun seketika memejamkan matanya, benar-benar tidak mempercayai sebuah kenyataan yang menyakitkan telah menamparnya.Sementara Shin menatap temannya itu dengan pandangan penuh kekecewaan.Dia menyentuh bahu Ben dan bertanya, “Kau tahu soal rahasia besar ini dan kau … diam saja? Apa yang sudah kau lakukan?”Ben terdiam.Shin menghela napas panjang dan memperhatikan ekspresi semua prajurit yang merupakan teman-teman baiknya itu. Pria itu mendesah pelan, “Bukankah kita ini … semuanya teman? Bagaimana bisa kau … dan kau menyembunyikan hal penting ini?”Ben mengangkat kepala, “Lalu, kau berharap aku melakukan apa?”“Melakukan apa katamu?” balas Shin sengit.“Kau pikir itu mudah? Menyembunyikan rahasia sebesar ini? Pikirmu … apa yang terjadi jika aku memberitahu kau dan yang lain? Apalagi James. Dia … pasti akan bertengkar dengan Riley. Mereka akan-”“Sialan!” James mengumpat karena sudah tidak tahan.Pemuda itu berkata, “Jangan berlagak kau tahu tentang

DMCA.com Protection Status