"Lidya, itu terlalu berbahaya. Kita tidak bisa hanya mempertaruhkan nyawamu seperti itu," kata Ardiansyah dengan tegas."Tapi ... aku punya sesuatu yang dia mau. Mungkin kita bisa menggunakannya untuk membantu Kusuma Group dan mengembalikan kepercayaan investor. Aku tahu cara untuk berbicara dengannya," ucap Lidya dengan penuh keyakinan."Tapi bagaimana kamu bisa menyampaikan informasi tersebut tanpa mengorbankan dirimu sendiri?"Ardiansyah merasa semakin cemas dengan rencana istrinya. Ia tidak ingin Lidya menjadi korban hanya demi perusahaannya, sebab masih ada banyak cara untuk memulihkan keadaan yang sekarang.Tapi sepertinya Lidya punya cara sendiri. Ia mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan Ardiansyah."Aku bisa melakukannya dengan aman dan tanpa risiko, percayalah, sayang. Tapi aku butuh waktu untuk mempersiapkan semuanya dengan matang." Lidya berusaha meyakinkan suaminya."A-ku ... aku tidak yakin, tapi aku harap kamu berhati-hati."Ardiansyah merasa takut dan
Lidya dan Ardiansyah kini sedang berkumpul di ruang tamu mereka. Ardiansyah terlihat sedikit cemas dan khawatir. Ia takut keputusannya salah dan hal buruk akan terjadi pada perusahaan mereka."Lidya, aku masih merasa tidak nyaman dengan kesepakatanmu dengan pria itu. Aku tidak ingin terpuruk lagi karena sebuah kesalahan," ucap Ardiansyah dengan nada serius."Tidak perlu khawatir, sayang. Aku sudah mempersiapkan semuanya dengan baik dan aku yakin bisnis ini akan memberikan hasil yang baik untuk Kusuma Group." Lidya melemparkan senyuman ke arah suaminya, mencoba menenangkan hatinya.Ardiansyah masih terlihat ragu dan was-was. Namun, ia akhirnya memberikan kepercayaan pada istrinya dan mendukung rencana bisnisnya.Lidya kemudian melakukan banyak hal untuk memperbaiki kondisi Kusuma Group. Ia bekerja keras dengan Ardiansyah dan semua karyawan Kusuma Group untuk mengembangkan rencana bisnis yang matang dan efektif.Dalam waktu yang singkat, kinerja Kusuma Group meningkat dengan drastis. In
Lidya mencuci wajahnya dan mencoba untuk menenangkan diri. Ia memikirkan rencana terbaik untuk menghadapi situasi ini tanpa harus melibatkan Ardiansyah."Tentu saja, aku harus mencari tahu siapa orang itu dan apa yang dia inginkan," ucapnya pada diri sendiri.Lidya merasa gelisah sepanjang pertemuannya dengan pihak sponsor siang itu. Meskipun ia mencoba untuk fokus pada presentasinya, tetapi pikirannya terus tertuju pada telepon yang ia terima tadi pagi. Ia merasa seperti ada yang mengejar-ngejar dirinya.Setelah pertemuan berakhir, Lidya memilih untuk pergi ke kafe terdekat untuk menenangkan diri dan membicarakan situasi ini dengan temannya, asisten managernya - Natali."Sudah pasti, kamu harus coba untuk mengumpulkan informasi lebih banyak tentang orang itu," ucap Natali sambil memiringkan kepala."Tapi aku juga tidak tahu harus mulai dari mana," jawab Lidya dengan nada cemas."Ada orang yang bisa membantumu, aku punya seorang teman detektif swasta yang hebat. Aku pikir ia bisa memb
Tapi Lidya hanya menggelengkan kepalanya, membuat Ardiansyah semakin bingung dengan tingkah istrinya malam ini."Katakan, apa yang menjadi masalahmu?" Akhirnya Ardiansyah bertanya serius."Ini sesuatu yang berbeda, Ard. Ada pria misterius yang mengancamku dan terus memantau gerak-gerikku, sayang. Aku takut jika hal ini akan menjadi lebih buruk jika tidak ditangani dengan cepat."Ardiansyah langsung terkesiap mendengar penjelasan dari istrinya. Ia ingat dengan kejadian saat di mana istrinya diculik waktu itu. Dan penculik tersebut juga yang menjadikan banyaknya masalah di perusahaan.Pria itu tidak mau jika istrinya mendapatkan masalah seperti dulu, karena sejatinya ia sudah melarang istrinya untuk kembali ke dunia entertainment. Tapi karena masih ada beberapa kontrak yang harus diselesaikan, Lidya tidak bisa mengabaikannya begitu saja."Apa yang kamu maksud dengan mengancam dan memantaumu, Lid? Apa dia sudah menghubungimu?" tanyanya kemudian."Ya, ia bahkan mengirim surat kaleng."Lid
Besoknya, Ardiansyah pergi bersama dengan Lidya ke hotel pinggir kota yang sudah ditentukan. Tapi kali ini penampilan mereka berbeda dari biasanya, sebab Ardiansyah berpenampilan seperti Lidya, sedangkan Lidya berpenampilan seperti supir pribadi keluarga mereka.Mereka sepakat untuk menyamar demi keamanan Lidya, saat bertemu dengan pria misterius yang selalu melakukan teror."Kamu yakin, Ard?" Lidya bertanya karena ragu dengan ide suaminya."Ya, asal kamu bisa berakting bagus seperti saat bermain peran. Bukankah kamu seorang artis?" Ardiansyah menemukan alasan agar istrinya tidak banyak bertanya."Ya, maaf. Aku malah membuatmu susah seperti ini," ucap Lidya yang merasa bersalah.Ardiansyah memeluk istrinya, memberikan rasa nyaman dan aman supaya lebih tenang. Hari ini mereka ingin menyelesaikan masalah yang datang menghantui Lidya, sebab dulunya tidak membagi masalahnya bersama dengan suaminya sejak awal.Tapi menurut Lidya, tind
Beno tampak kesal. Ia tidak bisa menerima fakta bahwa Lidya tidak mencintainya dan akan selalu menjadi milik Ardiansyah."Tapi, Lidya. Aku bisa menghancurkan hidup kalian jika kamu tidak menuruti permintaanku. Ingat, aku punya banyak pengaruh dan kuasa," kata Beno dengan nada ancaman.Lidya merasa semakin tertekan dan tidak tahu harus berbuat apa. Ia memandang ke arah suaminya, Ardiansyah, yang berdiri di sampingnya dengan tatapan tajam."Aku tidak akan pernah menyerahkan perusahaan Kusuma Group kepadamu, Beno. Dan aku siap menghadapi konsekuensi apapun yang akan kau berikan kepadaku," ucap Lidya dengan menantang.Beno mengernyitkan kening. Ia merasa semakin kesal dan tidak sabar untuk menghancurkan hidup Lidya."Aku akan membuat hidupmu hancur, Lidya. Kau akan menyesal telah menolak tawaranku," ucap Beno dengan nada tajam.Tiba-tiba, suara sirene polisi terdengar di luar kamar hotel. Lidya merasa lega dan langsung mengambil kepu
"Benarkah yang ada pada berita-berita tentang keluarga Beno? Ini bukan hoax, kan?" tanya Lidya terkejut."Aku juga kaget ragi, waktu beberapa staff membicarakan berita viral itu."Lidya dan Ardiansyah sama-sama terkejut saat mendengar berita tersebut. Mereka tidak menyangka bahwa tindakan Beno yang jumawa dan sesuka hatinya akan berdampak begitu besar pada keluarganya sendiri.Kekuasaan dan kekayaan menang tidak ada yang abadi, apalagi jika pemiliknya mengunakannya untuk kepuasan dan kepentingan pribadi."Lihatlah sekarang, dia menyalahkan orang lain atas kesalahannya sendiri. Dia tidak pernah belajar dari kesalahan dan terus membuat permasalahan bagi dirinya dan orang lain," ucap Ardiansyah dengan nada kesal."Semoga dia kapok dan tidak mengulanginya lagi," ujar Lidya yang geram dengan tingkah laku Beno.Sebenarnya, Lidya juga merasa sedih mendengar nasib keluarga Beno yang kini harus menghadapi konsekuensi atas tindakan ayah Beno - buntut dari kakusnya Beno juga. Namun, ia juga mera
Setelah beberapa hari, Lidya dan Ardiansyah akhirnya bertemu dengan pengacara keluarga Beno. Pertemuan itu berlangsung pada hari Jumat di kantor pengacara di pusat kota. Berdasarkan surat yang mereka terima, keluarga Beno menuntutnya atas dugaan keterlibatan dalam pembobolan perusahaan keluarga Beno yang terjadi beberapa minggu yang lalu.Lidya dan Ardiansyah tidak menyangka bahwa mereka akan terlibat dalam masalah ini. Namun, pengacara keluarga Beno mengatakan bahwa ada bukti yang menunjukkan bahwa Lidya dan Ardiansyah memiliki keterlibatan dalam pembobolan perusahaan keluarga Beno."Lidya, apakah kamu tahu ini?" tanya Ardiansyah dengan nada sedih."Ini tidak mungkin. Kita tidak pernah melakukan pembobolan perusahaan mereka," ucap Lidya sambil menatap tajam pengacara keluarga Beno."Maaf, nona Lidya. Tapi kami harus mengikuti setiap bukti yang ada dalam kasus ini," jelas sang pengacara sambil menggelengkan kepalanya.Lidya dan Ardiansyah merasa sangat tertekan. Mereka tidak memiliki