Supir penunjuk ke arah gerbang rumah, yang ternyata ada banyak sekali wartawan yang datang ingin mewawancarai Lidya. Dan ini pasti ada hubungannya dengan isu kebangkrutan Kusuma Group, perusahaan keluarga suaminya.Ardiansyah merasa kesal dan cemas melihat kerumunan wartawan di depan rumahnya. Ia tahu bahwa kasus pengadilan yang sedang dihadapinya telah memancing perhatian media. Namun, dia tidak menyangka jika hal ini akan menimbulkan kerumunan seperti ini. Lidya yang melihat suaminya yang tampak gugup dan tidak tenang, mengambil inisiatif untuk menenangkannya."Tenang, sayang. Aku akan mengurus mereka. Kamu tidak perlu khawatir," kata Lidya dengan lembut."Sayang, kamu tidak perlu menanggapi mereka." Ardiansyah tidak mau Lidya menjadi tertekan dengan banyaknya pertanyaan yang akan diajukan oleh para wartawan tersebut.Tapi Ardiansyah juga merasa terharu ketika mendengar perkataan istrinya. Ia tahu bahwa Lidya selalu ada untuknya dan selalu mendukungnya dalam segala situasi. Meski de
"Lidya, itu terlalu berbahaya. Kita tidak bisa hanya mempertaruhkan nyawamu seperti itu," kata Ardiansyah dengan tegas."Tapi ... aku punya sesuatu yang dia mau. Mungkin kita bisa menggunakannya untuk membantu Kusuma Group dan mengembalikan kepercayaan investor. Aku tahu cara untuk berbicara dengannya," ucap Lidya dengan penuh keyakinan."Tapi bagaimana kamu bisa menyampaikan informasi tersebut tanpa mengorbankan dirimu sendiri?"Ardiansyah merasa semakin cemas dengan rencana istrinya. Ia tidak ingin Lidya menjadi korban hanya demi perusahaannya, sebab masih ada banyak cara untuk memulihkan keadaan yang sekarang.Tapi sepertinya Lidya punya cara sendiri. Ia mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan Ardiansyah."Aku bisa melakukannya dengan aman dan tanpa risiko, percayalah, sayang. Tapi aku butuh waktu untuk mempersiapkan semuanya dengan matang." Lidya berusaha meyakinkan suaminya."A-ku ... aku tidak yakin, tapi aku harap kamu berhati-hati."Ardiansyah merasa takut dan
Lidya dan Ardiansyah kini sedang berkumpul di ruang tamu mereka. Ardiansyah terlihat sedikit cemas dan khawatir. Ia takut keputusannya salah dan hal buruk akan terjadi pada perusahaan mereka."Lidya, aku masih merasa tidak nyaman dengan kesepakatanmu dengan pria itu. Aku tidak ingin terpuruk lagi karena sebuah kesalahan," ucap Ardiansyah dengan nada serius."Tidak perlu khawatir, sayang. Aku sudah mempersiapkan semuanya dengan baik dan aku yakin bisnis ini akan memberikan hasil yang baik untuk Kusuma Group." Lidya melemparkan senyuman ke arah suaminya, mencoba menenangkan hatinya.Ardiansyah masih terlihat ragu dan was-was. Namun, ia akhirnya memberikan kepercayaan pada istrinya dan mendukung rencana bisnisnya.Lidya kemudian melakukan banyak hal untuk memperbaiki kondisi Kusuma Group. Ia bekerja keras dengan Ardiansyah dan semua karyawan Kusuma Group untuk mengembangkan rencana bisnis yang matang dan efektif.Dalam waktu yang singkat, kinerja Kusuma Group meningkat dengan drastis. In
Lidya mencuci wajahnya dan mencoba untuk menenangkan diri. Ia memikirkan rencana terbaik untuk menghadapi situasi ini tanpa harus melibatkan Ardiansyah."Tentu saja, aku harus mencari tahu siapa orang itu dan apa yang dia inginkan," ucapnya pada diri sendiri.Lidya merasa gelisah sepanjang pertemuannya dengan pihak sponsor siang itu. Meskipun ia mencoba untuk fokus pada presentasinya, tetapi pikirannya terus tertuju pada telepon yang ia terima tadi pagi. Ia merasa seperti ada yang mengejar-ngejar dirinya.Setelah pertemuan berakhir, Lidya memilih untuk pergi ke kafe terdekat untuk menenangkan diri dan membicarakan situasi ini dengan temannya, asisten managernya - Natali."Sudah pasti, kamu harus coba untuk mengumpulkan informasi lebih banyak tentang orang itu," ucap Natali sambil memiringkan kepala."Tapi aku juga tidak tahu harus mulai dari mana," jawab Lidya dengan nada cemas."Ada orang yang bisa membantumu, aku punya seorang teman detektif swasta yang hebat. Aku pikir ia bisa memb
Tapi Lidya hanya menggelengkan kepalanya, membuat Ardiansyah semakin bingung dengan tingkah istrinya malam ini."Katakan, apa yang menjadi masalahmu?" Akhirnya Ardiansyah bertanya serius."Ini sesuatu yang berbeda, Ard. Ada pria misterius yang mengancamku dan terus memantau gerak-gerikku, sayang. Aku takut jika hal ini akan menjadi lebih buruk jika tidak ditangani dengan cepat."Ardiansyah langsung terkesiap mendengar penjelasan dari istrinya. Ia ingat dengan kejadian saat di mana istrinya diculik waktu itu. Dan penculik tersebut juga yang menjadikan banyaknya masalah di perusahaan.Pria itu tidak mau jika istrinya mendapatkan masalah seperti dulu, karena sejatinya ia sudah melarang istrinya untuk kembali ke dunia entertainment. Tapi karena masih ada beberapa kontrak yang harus diselesaikan, Lidya tidak bisa mengabaikannya begitu saja."Apa yang kamu maksud dengan mengancam dan memantaumu, Lid? Apa dia sudah menghubungimu?" tanyanya kemudian."Ya, ia bahkan mengirim surat kaleng."Lid
Besoknya, Ardiansyah pergi bersama dengan Lidya ke hotel pinggir kota yang sudah ditentukan. Tapi kali ini penampilan mereka berbeda dari biasanya, sebab Ardiansyah berpenampilan seperti Lidya, sedangkan Lidya berpenampilan seperti supir pribadi keluarga mereka.Mereka sepakat untuk menyamar demi keamanan Lidya, saat bertemu dengan pria misterius yang selalu melakukan teror."Kamu yakin, Ard?" Lidya bertanya karena ragu dengan ide suaminya."Ya, asal kamu bisa berakting bagus seperti saat bermain peran. Bukankah kamu seorang artis?" Ardiansyah menemukan alasan agar istrinya tidak banyak bertanya."Ya, maaf. Aku malah membuatmu susah seperti ini," ucap Lidya yang merasa bersalah.Ardiansyah memeluk istrinya, memberikan rasa nyaman dan aman supaya lebih tenang. Hari ini mereka ingin menyelesaikan masalah yang datang menghantui Lidya, sebab dulunya tidak membagi masalahnya bersama dengan suaminya sejak awal.Tapi menurut Lidya, tind
Beno tampak kesal. Ia tidak bisa menerima fakta bahwa Lidya tidak mencintainya dan akan selalu menjadi milik Ardiansyah."Tapi, Lidya. Aku bisa menghancurkan hidup kalian jika kamu tidak menuruti permintaanku. Ingat, aku punya banyak pengaruh dan kuasa," kata Beno dengan nada ancaman.Lidya merasa semakin tertekan dan tidak tahu harus berbuat apa. Ia memandang ke arah suaminya, Ardiansyah, yang berdiri di sampingnya dengan tatapan tajam."Aku tidak akan pernah menyerahkan perusahaan Kusuma Group kepadamu, Beno. Dan aku siap menghadapi konsekuensi apapun yang akan kau berikan kepadaku," ucap Lidya dengan menantang.Beno mengernyitkan kening. Ia merasa semakin kesal dan tidak sabar untuk menghancurkan hidup Lidya."Aku akan membuat hidupmu hancur, Lidya. Kau akan menyesal telah menolak tawaranku," ucap Beno dengan nada tajam.Tiba-tiba, suara sirene polisi terdengar di luar kamar hotel. Lidya merasa lega dan langsung mengambil kepu
"Benarkah yang ada pada berita-berita tentang keluarga Beno? Ini bukan hoax, kan?" tanya Lidya terkejut."Aku juga kaget ragi, waktu beberapa staff membicarakan berita viral itu."Lidya dan Ardiansyah sama-sama terkejut saat mendengar berita tersebut. Mereka tidak menyangka bahwa tindakan Beno yang jumawa dan sesuka hatinya akan berdampak begitu besar pada keluarganya sendiri.Kekuasaan dan kekayaan menang tidak ada yang abadi, apalagi jika pemiliknya mengunakannya untuk kepuasan dan kepentingan pribadi."Lihatlah sekarang, dia menyalahkan orang lain atas kesalahannya sendiri. Dia tidak pernah belajar dari kesalahan dan terus membuat permasalahan bagi dirinya dan orang lain," ucap Ardiansyah dengan nada kesal."Semoga dia kapok dan tidak mengulanginya lagi," ujar Lidya yang geram dengan tingkah laku Beno.Sebenarnya, Lidya juga merasa sedih mendengar nasib keluarga Beno yang kini harus menghadapi konsekuensi atas tindakan ayah Beno - buntut dari kakusnya Beno juga. Namun, ia juga mera
Kebersamaan keluarga Lidya dan Ardiansyah semakin terjalin erat dengan kehadiran anak kedua mereka yang bernama Ardila. Rafael sangat senang memiliki adik perempuan, dia selalu merasa senang bermain-main dan ikut serta merawat adiknya. Seiring berjalannya waktu, Ardila tumbuh menjadi anak yang cantik dan aktif.Sementara itu, Lidya semakin sibuk di rumah karena harus menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga dan juga merawat kedua anaknya. Namun, Ardiansyah selalu membantu Lidya dalam mengurus anak-anak dan juga memenuhi kebutuhan mereka. Mereka saling mengasihi dan merasa bahagia karena bisa bersama-sama selalu.Untuk pekerjaan, Lidya sudah lama tidak ikut campur dan menyerahkan sepenuhnya pada suaminya. Ia fokus di rumah sejak kehamilan anak keduanya, karena tidak ingin terjadi sesuatu pada saat ia hamil - trauma saat hamil pertama yang penuh drama.Saat ini, perusahaan Kusuma Group semakin maju, Ardiansyah semakin banyak waktu yang harus dihabiskan untuk bekerja. Namun, dia tetap
"Emh ... aku juga tidak tahu, tapi aku merasa ada sesuatu yang salah, Ard. Apakah mungkin, kamu memiliki rahasia yang tidak kau beritahukan padaku?" ucap Lidya mencoba menerka-nerka."Rahasia? Ah, tidak ada. Aku tidak akan membuatmu cemas, Lidya. Aku berjanji padamu, bahwa aku tidak memiliki rahasia yang disembunyikan darimu. Mungkin seseorang hanya ingin mencoba memanipulasi kita, atau bahkan kamu telah dibuat bingung oleh segala sesuatu yang terjadi akhir-akhir ini." Ardiansyah mencoba menenangkan istrinya dengan lembut, ia merasa memang tidak memiliki rahasia apapun yang disembunyikan."Hm, syukurlah."Lidya merasa lebih tenang dengan jawaban suaminya dan ia merasa aman bersama Ardiansyah."Terima kasih, sayang. Kamu selalu mengerti aku dan membuatku merasa tenang," sambung Lidya dengan mengelus pipi suaminya - lalu mencium bibir Ardiansyah singkat."Aku selalu akan berada di sampingmu, sayang. Apapun itu!" ucap Ardiansyah memeluk istri tercintanya.Kini mereka menikmati makan mala
"Terima kasih sudah menemaniku untuk makan siang hari ini, Sarah. Kamu benar-benar selalu memikirkan hal yang terbaik untukku." Lidya tersenyum dan merasa bersyukur, sambil melihat jam di sebelah kanannya."Sama-sama, Bu Lidya.""Waktu menunjukkan pukul 5 sore. Oh, kita harus segera menyelesaikan pekerjaan, Sarah. Kita tidak bisa melakukannya sampai malam, karena aku tidak mau lembur hingga malam hari."Lidya membuka laptopnya dan mulai membuat strategi-strategi baru untuk pemasaran produknya, sementara Sarah duduk di sampingnya dan mulai mengambil catatan yang penting.Mereka bekerja bersama-sama sampai menyelesaikan tugas yang mereka berdua kerjakan, dan benar-benar selesai pada pukul 7 malam. Lidya dan Sarah merasa lelah tetapi berhasil merampungkan pekerjaan tersebut."Bu Lidya, pekerjaan sudah selesai. Saya akan menunggu Ibu sampai pulang atau saya pulang duluan?" tanya Sarah memastikan."Baiklah, terima kasih, Sarah. Lebih baik kamu menunggu aku pulang, ya? Aku tinggal sedikit l
Kini kehidupan Lidya lebih tenang setelah mendapatkan kabar tentang kematian Beno, meskipun ia juga prihatin atas nasib pria tersebut.Beno merupakan salah satu fans berat Lidya - semasa ia menjadi artis pada saat itu. Sementara Beno yang memaksakan kehendaknya dengan cara menyalahgunakan kekayaan dan kekuasaan orang tuanya untuk mendapatkan Lidya dengan berbagai cara. Meskipun Beno sudah mengetahui jika Lidya telah menikah dengan Ardiansyah sekalipun.Namun, Lidya tidak pernah merespons atau memberikan harapan palsu pada Beno. Lidya hanya menganggap Beno sebagai fans dan tidak pernah memberikan perlakuan khusus. Namun, meskipun begitu, Beno tetap bersikukuh dengan pendekatan yang salah tersebut - bahkan dengan cara menculik untuk memaksakan kehendaknya."Hahhhh ..."Lidya membuang nafas panjang setelah kejadian yang memprihatinkan, yang dialami Beno. Sebenarnya Lidya juga merasa terkejut dan sedih atas berita yang didengarnya itu. Ia merenungkan tentang pentingnya hidup dengan cara y
Gerri hanya bisa melihat bagaimana Beno yang semakin terjerumus dalam kehidupan penjara yang rusak dan kejam, karena merasa sudah berkuasa. Ia merasa sedih melihat seorang manusia kehilangan pengendalian dirinya dan menghancurkan hidupnya sendiri dengan mengkonsumsi barang-barang haram tersebut, padahal di dalam penjara adalah tempat untuk merenungkan segala kesalahan yang pernah dilakukan sebelum masuk ke sel tahanan ini."Hai, Beno. Apa yang kau pikirkan? Apa kau tidak merasa kasihan pada dirimu sendiri?" ujar Gerri tanpa ekspresi wajahnya, saat ada kesempatan untuk berbicara dengan Beno.Tapi tanggapan Beno justru tidak mengenakkan. Pria arogan itu tersenyum sinis, lalu menggertaknya. "Apa yang kau tahu? Kau bukan siapa-siapa di sini. Biarkan aku menjalani hidupku sendiri, pecundang!"Gerri menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Beno. "Tapi kau sendiri tahu kalau kehidupanmu semakin rusak dan sia-sia. Apa yang kau cari selain kesenangan sesaat?" tanyanya dengan maksud menyadarkan
Lidya dan Rafael menjelaskan jika mereka sedang membahas persiapan untuk hari pertama sekolah Rafael yang akan datang. Ardiansyah mendengarkan dengan seksama dan memberikan beberapa saran tambahan untuk putranya."Rafael, kau harus berani dan percaya diri di sekolah. Jangan takut untuk mengambil inisiatif dan berbicara dengan teman-temanmu," ucap Ardiansyah dengan senyum lembut.Rafael mengangguk patuh, menunjukkan bahwa ia akan mengingat semua saran yang diberikan oleh orang tuanya. Lidya dan Ardiansyah melanjutkan membicarakan hal-hal lain tentang keluarga mereka dan Ardiansyah memutuskan untuk membuka sebuah topik yang sudah lama ia pendam."Lid, selama ini aku merasa tidak enak hati karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Aku merasa seperti aku tidak bisa memberikan cukup waktu dan perhatian yang cukup untukmu dan Rafael," ucap Ardiansyah dengan wajah yang terlihat jelas jika sedang bersedih.Lidya tersentak dan menatap suaminya, "Apa maksudmu, Ard?""Aku merasa terhutang bud
Setelah memanggil suaminya dan anaknya, Dina mengajak mereka untuk berkumpul di ruang makan dan menikmati hidangan yang sudah disediakan. Tapi nyatanya, Lidya masih memikirkan masalah yang belum benar-benar selesai.Saat menyantap makanan, mereka makan dengan lahap tanpa banyak bicara atau pun bicarakan hal-hal yang tidak perlu. Baru setelah selesai menikmati makanan, Lidya bicara dan memberikan usulan setelah Rafael kembali bermain dengan Bu Rahma."Ard, bagaimana kalau kita pergi liburan sejenak saja? Agak jauh dari sini, tapi bukan ke villa. Ini supaya kita bisa menghilangkan rasa cemas dan tegang akhir-akhir ini," ucap Lidya sambil menatap suaminya."Emh, aku setuju, Lid. Kira-kira, kemana kita akan pergi?" tanya Ardiansyah - menanggapi usulan istrinya."Lihat saja nanti, Ard. Yang penting kita mencari tempat yang indah dan tenang untuk keluarga kita," ucap Lidya dengan senyumannya yang lembut."Ok," sahut Ardiansyah ikut tersenyum melihat istrinya yang bahagia.Mereka sepakat unt
"Hm ... aku belum yakin, Lid."Ardiansyah mengambil napas dalam-dalam, mencari jawaban atas pertanyaan istrinya. Dia tahu dia harus berhati-hati dalam mengambil tindakan sehingga tidak menyakiti orang yang tidak bersalah, apalagi asisten kakeknya itu sudah lama ikut bersama keluarga mereka - menjaga kesehatan kakek Hendra selama ini."Mungkin kita perlu memeriksa kamera pengintai yang tersembunyi di tempat-tempat penting di rumah ini, untuk mencari tahu siapa yang berusaha mencuri dokumen dan mencuri hadiah dari kakek," ujar Ardiansyah setelah memikirkan situasinya."Iya, itu ide bagus, Ard. T-api, bukannya di ruang baca kakek memang tidak ada kamera CCTV?" sahut Lidya dengan wajah tegang.Ardiansyah menghembuskan nafas panjang, lupa jika ruang baca tersebut merupakan ruang pribadi termasuk kamar tidur kakeknya. Jadi, pada saat ada pemasangan kamera CCTV untuk penjagaan pada waktu itu - dari kejahatan Beno, semua kamar tidur dan ruangan yang dianggap privasi memang tidak dipasangi ala
Sementara mereka mencari tahu siapa yang mencoba mencuri hadiah warisan dari kakek Hendra untuk mereka, berbagai praduga terus berputar di kepala Ardiansyah. Dia tidak bisa menghentikan dirinya untuk berpikir ketika ia menyadari bahwa hal ini bisa jadi tidak berakhir dengan baik."Aku tidak tahu siapa yang mencoba merusak hadiah dari kakek. Tapi aku pikir ada orang terdekat yang telah memperhatikan kakek selama ini," ucap Ardiansyah, berpikir bahwa selama ini kakek Hendra tidak pernah berinteraksi secara intens dengan orang-orang, setelah memutuskan untuk tidak berkecimpung di dunia bisnis karena sakit-sakitan."Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang, Ard?" tanya Lidya dengan wajah yang penuh kebingungan."Apakah kita harus melapor ke polisi?" tanyanya lagi.Ardiansyah terdiam dan berpikir sejenak, mencari keputusan yang tepat untuk masalah ini - sebab tidak boleh gegabah dalam keadaan seperti ini."Sepertinya tidak perlu, Lidya. Aku tidak ingin hal ini diselesaikan dengan kekerasan